RADARSEMARANG.COM, JOHN Dori dan Lady Sandy sudah lima tahun membangun mahligai rumah tangga. Namun tuntutan ekonomi yang seharusnya menjadi tanggung jawab suami, tak sepenuhnya terpenuhi.
Hal itu mendorong Lady menjadi tenaga kerja wanita (TKW) di Malaysia. Setiap bulan Lady rutin mengirim uang untuk John.
Selain itu, Lady menjadi TKW untuk mengumpulkan biaya buat pengobatan ibunya yang sedang sakit. Namun, minimnya komunikasi serta jarak yang jauh, membuat rumah tangganya kisruh. Puncaknya setelah tiga tahun merantau, Lady pulang ke rumah. Bukannya pulang sendiri, tapi berbadan dua. Hal ini membuat John terkejut. “Dia itu pulang tapi sedang hamil besar,” ujar John.
Ia marah dengan kondisi istrinya. Pertengkaran kembali terjadi. Kali ini lebih besar. Bahkan kata talak hampir keluar dari mulut John. Tapi apa mau dikata, John terpaksa menerima Lady dengan kondisinya.
“Malu mbak dengan tetangga, tapi mau bagaimana lagi dia tetap istri saya,” jelasnya.
Kehidupan menjadi TKW tak semudah yang dibayangkan. Disana Lady kerap disiksa oleh majikannya. Lady kerap dipaksa melayani nafsu sang majikan. Pernah berontak, tapi ia diancam akan dibunuh. Dengan terpaksa Lady pun mematuhi perintah. Walaupun harus mengorbankan kehormatannya.
“Dia sudah cerita semuanya, saya kasihan. Lady kan juga masih menjadi tanggung jawab saya,” kata John.
Dua bulan kemudian anak Lady lahir. Uang tabungannya menjadi TKW telah habis untuk biaya lahiran. Kebutuhan ekonomi meningkat, sedangkan John tidak bekerja. Tidak ada pemasukan, namun pengeluaran terus mengalir. Setiap hari, pasangan ini selalu cek-cok. Selain itu, John belum mau menerima anak Lady.
“Saya masih belum bisa terima, karena dia bukan darah daging saya,” tegasnya.
Bukannya ikhlas menerima. John justru semakin benci dengan anak Lady. Kata-kata talak selalu muncul dari mulut John. Akhirnya John pun pegi ke Pengadilan Agama (PA) untuk mengurus berkas perceraian.
“Jujur saya sudah nggak cinta sama Lady, cuma kasihan saja,” ungkap John. (cr4/ida)
