RADARSEMARANG.COM, Usia remaja identik dengan pencarian jati diri. Itulah yang sedang dicari John Dori. Kala itu, ia berusia 17 tahun. Ia masih duduk di kelas XI SMA. John mempunyai pacar, namanya Lady Sandi.
Suatu ketika John mengajak Lady untuk bermalam di hotel. Saking cintanya Lady pun menyetujuinya. Namun, hal yang tidak terduga terjadi pada malam itu. Dua bulan kemudian Lady merasa ada yang janggal. Ia tidak datang bulan. Setelah diperiksa ternyata ia sedang hamil.
“Waktu itu aku sama Mas John bingung. Selain takut dimarahi orang tua, juga takut dikeluarkan dari sekolah,” cerita Lady.
Seiring berjalannya waktu, hal yang ditakutkan pasangan ini terjadi. Selain terkena amukan dari orang tua. Keduanya terpaksa dikeluarkan dari sekolah.
“Akhirnya, orang tua waktu itu menyuruh kita menikah,” jelasnya.
Setelah menikah, sikap John berubah drastis. Pria yang awalnya lemah lembut dan penuh kasih sayang ketika masih pacaran, tiba-tiba berubah menjadi frontal. Bahkan saat hamil Lady kerap mendapat pukulan darinya.
Namun Lady masih bertahan. Pikirnya suaminya akan berubah. Pernikahannya juga baru berjalan tiga bulan.
“Antara mau lanjut atau cerai. Tapi aku malu sama orang tua, nikah aja belum ada satu tahun,” katanya.
Lady selalu meminta agar suaminya bersikap lembut seperti dulu. Namun ia justru dimarahi serta mendapat beberapa pukulan di wajah. Ia selalu memaklumi suaminya. Pikirnya mungkin karena masih muda, tapi ia sudah menjadi seorang suami.
Anehnya, saat sedang bersama orang tua Lady, John bersikap baik. Bahkan John bersikap layaknya suami yang selalu memanjakan istri.
“Mas John itu pintar bersandiwara. Mau gimana lagi mbak, nasi sudah menjadi bubur,” jelasnya.
Setelah bertahan selama dua tahun. Lady tak kuat dan memilih cerai. Perlakuan John kepada anaknya juga kasar. Bahkan ia tidak mau bergantian menggendong buah hatinya. Akhirnya Lady menggugat cerai suaminya.
“Wis ora kuat aku mbak. Mending pisah, terus aku sekolah lagi,” katanya. (cr4/aro)
