RADARSEMARANG.COM, Seorang suami wajib memberi nafkah keluarga. Namun berbeda dengan John Dori. Sejak sepi job selama pandemi, ia tak mampu memenuhi kebutuhan anak istrinya. Sementara saat Lady Sandi, sang istri, izin akan melamar bekerja, tidak diizinkan. Lama-lama, Lady pun tidak tahan.
John bekerja sebagai musisi. Namun sejak pandemi, banyak konser musik yang dibatalkan. Praktis, John sudah tidak punya pendapatan lagi. Untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, keluarga ini harus menggunakan uang tabungan. Padahal uang tabungan hanya cukup untuk membeli susu, popok anak, dan makan saja. Di luar kebutuhan itu, Lady juga ingin perawatan kecantikan dan makan enak.
Melihat suaminya hanya menganggur, Lady meminta izin melamar kerja. Namun John tidak memperbolehkan. Alasannya, siapa yang akan mengurus anak. Selalu saja anak menjadi alasan. Padahal, keluarga ini masih tinggal serumah dengan orang tuanya.
“Kamu nggak usah ngeyel. Fokus urus anakmu,” kata Lady meniru ucapan suaminya.
John meminta Lady untuk sabar dan prihatin dulu. Tapi, ini sudah berlangsung berbulan-bulan. Untuk makan saja, mereka mengandalkan bantuan dari orang tua dan saudara. Saat John disarankan mencari kerja lain, selalu saja menolak karena bukan passion-nya. Sebaliknya, saat Lady meminta izin bisa bekerja, John melarang keras.
Sudah berulang kali Lady berusaha menjelaskan baik-baik kepada suaminya bahwa niatnya baik. Ia ingin bekerja membantu ekonomi keluarga. Namun apa daya. Keduanya sama-sama egois. “Saya dibilang egois, tidak memikirkan anak,” tutur Lady.
Puncaknya, suatu hari John marah besar kepada Lady. Karena Lady mencoba melamar pekerjaan diam-diam. Ia dikirimi beberapa lowongan pekerjaan oleh temannya.
Kemarahan John ini membuat Lady hilang kesabarannya. Ia sudah tak tahan dengan keegoisan suaminya itu. Lady pun memutuskan mengakhiri rumahnya tangganya. Ia mengajukan gugatan cerai ke Pengadilan Agama. Hati kecilnya, ia masih berharap bisa menyelamatkan rumah tangganya yang telah dikaruniai seorang anak berusia 1,5 tahun. (cr9/aro)