RADARSEMARANG.COM, Pendapat Lady Sandi, perempuan juga harus kerja. Hal ini tak lain agar bisa mandiri, dan tidak mengandalkan suami. Apalagi jika punya suami yang pelit seperti John Dori.
Sejak remaja, Lady memang sudah mandiri. Di sela sekolah, ia menyempatkan untuk berjualan. Saat libur, ia bekerja serabutan. Yang penting ada pemasukan. Sementara kini setelah menjadi istri, ia dikekang tidak boleh bekerja. “Orang terbiasa kerja kalau gak kerja rasanya aneh,” katanya.
Karena dilarang inilah, Lady merasa suaminya membatasi ruang geraknya. Padahal, ia seharusnya punya kebebasan untuk menentukan pilihan. Ia blak-blakan membeberkan kondisinya yang tertekan oleh suami.
“Istri manut dengan suami memang bagus, tapi saya gak bisa kalau cuma disuruh di rumah tanpa kegiatan,” ujarnya.
Apalagi, lanjutnya, suaminya terhitung pelit. Hanya memberikan uang belanja dapur, listrik, dan air. Sementara, untuk kebutuhan sekunder Lady, seperti make up, kosmetik, dan liburan, tidak diperhatikan.
Untuk memenuhi keinginannya pribadi, ia harus menyisihkan sebagian uang belanja. “Dulu mau beli ini-itu langsung cus, sekarang boro-boro. Mau beli lipstik saja harus nabung dua bulan,” katanya.
Ia sudah berkali-kali memohon agar diizinkan untuk bekerja. Selain untuk memenuhi kebutuhan pribadi tanpa merepotkan suami, ia juga bisa sekaligus membantu perekonomian keluarga.
Namun permohonan ini tak pernah dikabulkan. John masih keukeh minta Lady menjadi ibu rumah tangga. Ia berdalih selama ini sudah merawat istri dengan baik.
“Sekadar ngopeni saja ya kurang, cuma kasih makan. Memangnya kita gak butuh hiburan, refreshing saja gak pernah. Gitu kok mau istrinya seneng,” kritiknya.
Meski ada alasan lain Lady menggugat suaminya ke Pengadilan Agama Semarang, namun penekanan masalah ini penting untuk jadi pelajaran. Ia berharap, pria di luar sana tidak membatasi istri untuk berekspresi. “Kalau bisa cari suami yang gemati, gak pelit, dan bisa mengerti kondisi istri,” pesannya. (ifa/aro)