RADARSEMARANG.COM, Mengarungi mahligai rumah tangga tidaklah mudah. Sebelum menikah, Lady Sandi selalu diiming-imingi tentang nikmatnya kehidupan setelah pernikahan. Namun baru seumur jagung mereguk nikmatnya perkawinan, Lady tak menyangka kehidupannya malah semakin berat. John Dori, suaminya, yang dulu dilihat sebagai pekerja keras dan bertanggung jawab, berubah drastis setelah menikah. Sifatnya yang temperamental dan bebal membuat ubun-ubun Lady sering mengepul.
Soal sederhana saja, bisa jadi pertengkaran hebat. Lady mengakui hubungan pacaran yang ia jalin dulu tidak pernah memperhatikan perihal agama. “Yang penting saya cinta,” tuturnya.
Namun setelah menikah barulah ia sadar. Pondasi agama sangat diperlukan. John yang notabene ber-KTP Islam, tidak pernah menunaikan salat. Beberapa kali diingatkan, tapi masih bebal. Lady tidak peduli lagi.
Pernikahan yang indah seperti bayangan Lady sebelumnya, tidak terwujud sama sekali. Menurut Lady, lebih baik ia menanggung hidupnya sendiri dari pada mengandalkan laki-laki yang selalu membuatnya makan hati.
Selain perihal agama, kerjaan John yang hanya buruh serabutan, ternyata tidak sanggup menghidupi kehidupan mereka berdua. Biaya listrik, air, kos, makan, iuran RT, hajatan, dan lain-lain harus mereka keluarkan. Terlalu banyak beban yang lahir dari pernikahan.
Untuk mencukupinya, Lady memantapkan diri mencari kerja dengan tujuan membantu ekonomi keluarga. Bukannya bersyukur, John malah semakin temperamen. Apalagi kalau ia sudah pulang, sedangkan Lady belum pulang.
Pernikahan berjalan setahun. Lady sudah tidak tahan lagi, dan memilih pulang ke rumah orang tuanya. Setelah ia menceritakan semua kepada keluarganya, mereka mendukung keputusan Lady melangkah ke Pengadilan Agama Semarang guna hidup bebas dari cengkeraman John. (cr9/aro)