RADARSEMARANG.COM, Sudah satu setengah tahun Lady Sandi ditinggal pergi John Dori. Saban hari makan hati membuat mereka tidak betah lagi tinggal satu rumah. Anak yang masih kecil terpaksa sering mendengar cekcok mereka setiap hari.
“Perkara kecil aja bisa jadi marah besar. Nggak pernah mau ngalah. Disuruh salat nggak pernah mau,” kata Lady.
Dulu Lady tak pernah membayangkan bahwa keluarganya akan berakhir seperti ini. Masa-masa pacaran yang manis itu membuatnya mantap menikah dengan John. Ia melihat John seorang pekerja keras dan tanggung jawab. Tidak dinyana, selama lima tahun pernikahan, ada saja masalah yang lahir, dan tidak ada yang mau mengalah.
Soal salat lima waktu, John tidak menunaikan. Setiap kali diingatkan, malah darah tingginya naik. Bahkan, salat Idul Fitri dan Idul Adha juga tidak dijalankan. Lady membiarkan saja dengan pertimbangan dari pada memancing keributan baru.
“Saya sudah nggak kuat. Mending pergi dan mandiri sajalah. Satu setengah tahun saya banting tulang buat hidup dan beli susu anak. Bisa nyatanya. Akhire manteb tak pegat,” ujarnya.
Jam enam pagi, Lady relakan izin kerja dan melangkahkan kaki menuju Pengadilan Agama Semarang. Satu-satu harapannya adalah hidupnya akan lebih baik setelah resmi berpisah. Perihal hak asuh anak, tidak ia khawatirkan. “Jelas anak saya bakal ikut saya, wong dia itu nggak tahu agama dan nggak pernah ngurus,” tuturnya.
Lady merasa sudah tidak butuh suami. Ia akan berjuang membesarkan anaknya seorang diri, dibantu orang tuanya di rumah. Biarlah John meninggalkan. Lagi pula tidak ada gunanya.
“Kan tidak ada yang namanya mantan anak ya. Halah nyatanya dia ndak pernah peduli sama anaknya,” tutur Lady dengan nada tinggi.
Undangan sidang perceraian sudah sampai di rumah mertuanya. Akan tetapi hari itu Lady tidak melihat John di pengadilan. Ia berkeyakinan, John pasti merasa bersalah atas apa yang telah ia lakukan. Sehingga ia takut dengannya. (cr9/aro)
