RADARSEMARANG.COM, Mengajukan gugatan cerai menjadi keputusan besar yang diambil Lady Sandi sepanjang hidup. Jika tidak karena tersiksa, ia tentu masih mau mempertahankan rumah tangganya. Namun akibat perlakuan John yang tak menyayangi dirinya, membuat Lady harus mengakhiri pernikahannya.
Lady mengaku langkahnya ini sangat berat. Apalagi ia memiliki anak yang masih kecil. Tentunya ia tak mau anaknya tumbuh besar tanpa kasih sayang seorang ayah. “Saya egois bagi anak saya, tapi jika diteruskan saya juga tidak sanggup,” katanya.
Beban Lady selama ini lantaran John sangat sulit mengendalikan emosi. Entah urusan apapun, suaminya tidak bisa mengontrol diri. Hasilnya, Lady jadi pelampiasan. Padahal ia tak tahu apa-apa. Bahkan, upayanya untuk membantu menyelesaikan masalah juga tak ditanggapi dengan baik.
Kekerasan dalam rumah tangga dimulai John ketika Lady mengandung enam bulan. Padahal seharusnya ia mendapatkan perhatian dan kasih sayang supaya kehamilannya tak bermasalah. Namun John berlaku sebaliknya. Tangannya dengan enteng memukul Lady.
Akibatnya penderitaannya, Lady mengadu ke mertua. Sayang, harapannya mendapatkan perlindungan pupus. Mertuanya membela John tanpa peduli apa yang dirasakan Lady.
“Sia-sia saja. Saya sudah berharap, setidaknya supaya Mas John gak mengulangi lagi. Ternyata sebaliknya,” tambahnya.
Perihal masalah lain, Lady ingin membantu perekonomian. Ia pun meminta izin untuk bekerja. Namun John tak mengizinkan dengan alasan anaknya tidak ada yang mengurus. Lady lantas berdalih anaknya bisa dititipkan. Hal ini menjadi perdebatan serius hingga ia kembali mengalami kekerasan. Akhirnya, ia mengalah.
Semakin hari, diakuinya, John makin tak kondusif. Karena tidak tahan, Lady meminta untuk pisah. John tak terima, ia kembali mendapat kekerasan. Lady pun meminta orang tuanya untuk menjemput. Beruntung, dukungan orang tuanya sangat besar, karena John pernah berlaku kasar di hadapan orang tuanya. Seiring dengan hal itu, rasa benci muncul menggantikan cinta. Ia kecewa pernikahannya tak bahagia. (ifa/aro)