RADARSEMARANG.COM – Terlepas dari cinta itu buta, Lady Sandi memang wanita yang baik. Jika tidak, mana mungkin ia mau menanggung beban keluarga. Tak hanya memberi makan, ia juga banting tulang membayar biaya kuliah John Dori, suaminya. Sudah begitu, suaminya kerap tak tahu diri, serta tak menghargai jerih payah Lady.
Suatu ketika, John tengah sibuk. Ada banyak tugas kuliah. Sementara Lady tetap bekerja sebagaimana biasa. Sebelum berangkat, Lady sudah terbiasa menyiapkan segala macam pekerjaan rumah. Bahkan sebelum subuh, ia sudah bangun. Mulai dari memasak, membersihkan rumah, dan menyiapkan perlengkapan John kuliah. Namun karena sedikit kesalahan, ia dimaki-maki suaminya hingga menangis terisak.
“Saya malah kayak babu, gak dihargai,” katanya.
Bahkan, lanjutnya, ia sampai tak sanggup mendengar kata-kata kasar yang terlontar dari mulut John. Baginya, kalimat itu tak layak didengar. Apalagi bagi Lady yang merupakan istrinya sendiri. Sekaligus tak patut diucap oleh suami yang berpendidikan. “Kurang apa saya? Dia menyelesaikan kuliah saya yang bayar karena belum kerja, kok malah semena-mena,” ujarnya.
Padahal Lady sangat mudah tersinggung. Ia sensitif seperti kebanyakan perempuan. Praktis, saat dibentak ataupun dimarahi, ia langsung sakit hati.
Diakuinya, selama ini terus mencoba bertahan meski sikap suaminya tak karuan. Pengorbanan yang ia lakukan semata-mata karena rasa sayang. Namun, ia tak pernah menyangka suaminya bisa berbuat demikian. Padahal ia tulus meski harus rekoso.
Namun itu dulu sebelum John benar-benar keterlaluan. Sebagaimana rekomendasi yang diberikan keluarganya untuk meninggalkan John, Lady manut. Kini, Lady sudah acuh. Seiring berjalannya waktu, perasaannya memudar. Ia juga lelah karena terus mengalah, sementara perasaannya tak berbalas. Apa yang dipertahankan, ia lepaskan. Ia ikhlas jika perceraian melalui Pengadilan Agama Semarang menjadi jalan terbaik. (ifa/aro)
