RADARSEMARANG.COM, Punya mertua cerewet memang menyebalkan. Terlebih masih tinggal bersama. Apa saja dikomentari. Niat baik pun terkadang disalahartikan. Lady Sandi sudah lama memendam rasa sakit hati terhadap mertuanya. Berharap hidup tenteram, ini justru tak nyaman. Perkara dimulai ketika mertuanya selalu mencampuri urusan rumah tangganya, bahkan sampai masalah pribadi. Ia mengaku terusik dengan sikap kepo ibunda suaminya ini.
Apalagi posisi Lady tak bekerja. Praktis, jadi sasaran empuk bahan mengomel. Ia dibilang enak-enakan menikmati hasil kerja suami. Padahal, menurutnya, itu sah-sah saja, karena memang tanggungjawab suaminya. Tapi tidak bagi mertuanya.
Yang lebih menyakitkan, lanjutnya, ia kerap dibanding-bandingkan dengan istri kakak iparnya yang bekerja kantoran. Memiliki penghasilan jelas, tak bergantung pada suami, dan mandiri. Otomatis jadi menantu kesayangan. Sementara Lady berada di posisi sebaliknya. “Sudah numpang, gak pernah bisa kasih duit, ya bakal didiskriminasi,” katanya.
Sejak kejadian yang tak mengenakkan itu, Lady jarang berbicara ke mertuanya. Paling ketika ada hal penting. Di depan suaminya, ia bersikap seolah tak ada apa-apa. Hal itu ia lakukan demi tak memperkeruh suasana. Ia juga tak bercerita seperti apa sikap ibunya ke Lady.
Meski begitu, Lady tetap berusaha menjadi menantu yang baik. Ia pastikan harus bangun tidur sebelum mertuanya. Menyelesaikan pekerjaan rumah seperti memasak, mengepel, mencuci, dan lain-lain. Sudah begitu terkadang masih tak dianggap. Berbeda dengan menantu yang lain, walaupun tak membantu pekerjaan rumah, tapi bukan jadi masalah. Menurutnya, sikap ini dilandasi karena uang. “Ya, mungkin karena aku nggak bisa kasih duit, jadi pilih kasih,” tuturnya.
Kepada John, ia pun tak berani menuntut untuk mengajak tinggal terpisah. Ia menyadari suaminya belum memiliki cukup uang. Saking lamanya memendam, Lady kerap stres. Akhirnya, pertahanannya jebol. Ia memutuskan mengajukan gugatan cerai ke Pengadilan Agama Semarang. (ifa/aro)
