RADARSEMARANG.COM, JOHN, 32, tak menyangka pernikahannya benar-benar berakhir. Masih tak cukup siap hatinya. Wajahnya pun sayu, setelah menerima berkas dari petugas Pengadilan Agama (PA) kelas 1A Semarang.
Pernikahannya ambyar. Namun apa bisa dikata. Semua bermula dari Lady Sandi, yang saat menjadi istrinya, berani bermain belakang dengan pelanggan setianya. Lady yang membuka usaha jualan kopi, tak selalu ditemani John. Karena John sendiri buruh pabrik.
Dia pun mengenang. Kali pertama bertemu Lady, ya memang di warung itu juga. Saat itu, Lady masih berusia 17 tahun, sedangkan John sudah 24 tahun. Perbedaan usia itu tak menyurutkan niat keduanya untuk menikah segera.
Pernikahan harmonis berjalan selama 4 tahun. Kini, anaknya masih duduk di bangku Taman Kanak-Kanak (TK). Itu sebelum Lady kepincut dengan pelanggannya yang kebetulan perjaka, meski sudah tua.
Yah namanya juga masih muda. Lady pasti butuh sarana untuk memenuhi kebutuhan zaman now seperti skincare. Berhubung penghasilan John pas-pasan, Lady harus mengeluarkan uang dagangannya untuk membeli barang-barang untuk perawatan wajah.
Lady sendiri mudah tergoda dengan iming-iming teman-temannya yang sudah seperti sales dikejar target. “Dia minta dibelikan skincare. Katanya biar awet muda dan glowing. Ah, ono-ono wae,” kata John masih sayu.
Sesekali ia menengok kanan kiri, tapi lebih sering pandangannya kosong. Mungkin sulit baginya harus mengingat kenangan buruk tentang Lady. “Kadang ngambek kalau ga dituruti,” lanjut John.
Bagi John, kebutuhan skincare tidak perlu langsung dibeli, terpenting harus ada beras dan biaya anak sekolah. Gaji John sudah terkuras untuk membayar cicilan bulanan, ada cicilan motor, cicilan mesin cuci, dan cicilan bank.
Ia harus menyediakan uang itu karena mendring dan petugas bank selalu datang menagih. “Barang-barang yang dicicil itu, ya Lady sendiri juga yang minta. Karena kepingin punya seperti tetangga punya,” jelasnya. (ifa/ida)
