RADARSEMARANG.COM, Sebelum menikah, John Dori, 27, dan Lady Sandi, 23, sudah terpisah jarak. Keduanya menjalani pacaran jarak jauh alias LDR. Jawa dan Kalimantan. Pun setelah menikah, kedua tetap tinggal berbeda pulau. John harus bekerja di Kalimantan. Sedangkan Lady tetap tinggal di Semarang. Itu risiko yang harus diterima Lady.
Tahun kedua pernikahan, Lady dirundung gelisah yang tak kunjung usai. Sejak John kembali merantau ke Kalimantan, Lady merasa sangat tertekan. Ya, sebagai pengantin baru tentunya ingin selalu berdekatan.
Lady merasa ada sesuatu yang tidak beres. Ada yang mengganjal hatinya. Sebelum keberangkatannya pun Lady tak ikhlas. “Mau melepas dia pergi susah banget, padahal biasanya tidak masalah,” ujarnya.
Dan benar, kabar burung pun menghampirinya. Meski Lady percaya penuh dengan suaminya, namun kenyataan tak bisa dielakkan. Begitu foto pernikahan John dengan wanita lain sampai di tangannya, Lady tak berpikir panjang. Ia eksekusi, ia marah. Sangat marah.
Pikirannya semrawut. Ada saja pikiran buruk yang membuatnya gelisah. Bahkan saat dihubungi, John hanya termangu karena tak bisa mengelak. Itu benar fotonya. Ia tak lagi bisa menjelaskan.
Entah dari mana foto itu dikirimkan, Lady tak peduli. Ia hanya butuh kejelasan. Sudah tersiksa LDR, masih saja dibuat menderita. Bebannya semakin berat. “Aku ditinggal merantau, pamitnya mau cari nafkah, malah nikah. Kebangetan, walaupun cuma siri, tapi aku ini istri sahnya,” ucapnya jengkel.
Hingga John mengonfirmasi hal itu, ia tak berani pulang. Ketakutan John sangat besar. Ia tak mau diamuk istri sahnya. Entah apa yang merasuki John hingga harus menikah lagi.
Pikir Lady, jika sudah tak mampu hidup rumah tangga dengannya ya bilang saja. Bukan menyakiti diam-diam seperti ini. Hatinya benar-benar hancur. Ingin rasanya ia menghampiri ke sana untuk melabrak, namun tak ada biaya.
Selama ini, John tak pernah lalai memberikan nafkah. Perhatiannya juga tak kurang. Untuk itu, tak ada alasan untuk curiga, karena LDR sudah biasa.
Sayangnya, ia tertipu habis-habisan. Meskipun kecukupan, namun hatinya berantakan. Perlahan, ia tak tahan harus menahan sakit yang teramat dalam. Ia pasrah. Kemarahannya dirasa percuma jika ia sendiri tak bisa melihat langsung raga suaminya.
“Daripada terbayang-bayang terus, mending saya akhiri saja. Toh dia juga gak kembali ke sini. Saya pastikan status saya ini tak lagi jadi istrinya, tak sudi,” katanya geram. (ifa/aro)