RADARSEMARANG.COM, Bermula dari Lady Sandi, 22, yang bermain belakang, pernikahannya dengan John Sandi, 32, pun ambyar. Keduanya memiliki pekerjaan masing-masing. Lady jualan kopi, sedangkan John buruh pabrik. John terlihat sayu setelah tangannya menerima berkas dari petugas Pengadilan Agama kelas 1A Semarang. Ia tak pernah menyangka bahwa yang dipegangnya adalah akta cerai.
Dulu, mereka bertemu di warung itu juga. Warung itu milik ibu Lady yang diwariskan untuknya. Saat itu, Lady masih berusia 18 tahun, sedangkan John sudah 28 tahun. Perbedaan usia itu tak menyurutkan niat keduanya untuk menikah segera. Setelah lulus SMA, tak lama kemudian Lady dipinang John.
Pernikahan harmonis berjalan selama 4 tahun. Anaknya kini masih PAUD. Itu sebelum Lady kepincut dengan pelanggannya yang kebetulan perjaka, meskipun sudah tua.
Lady memiki sifat gampang iri dengan orang lain. Sehingga ketika tetangganya punya ini dan itu, ia juga harus punya. Bahkan kalau bisa lebih bagus dan lebih mahal. Hal itu bisa jadi bahan pamer ketika membeli sayur keliling atau ketika kumpul arisan. “Biasa buat bahan gibah sama ibu-ibu, kalau tidak punya malu dia,” katanya.
Maklum, lingkungan tempatnya tinggal banyak yang suka nyinyir. Kadang pamer langsung, kadang lewat media sosial. Sebagai wanita, Lady merasa harus memiliki juga, biar ikutan gaul. Meskipun ia harus cekcok dulu dengan suaminya.
Memasuki zaman now, Lady ingin melakukan perawatan diri seperti tetangganya. Apalagi dengan profesinya sebagai penjual kopi, ia ingin selalu terlihat cantik. Berulang kali ia minta untuk dibelikan skincare. Berhubung penghasilan John pas-pasan, Lady harus mengeluarkan uang dagangannya untuk membeli kosmetik perawatan wajah tersebut. Ia tak tahan dengan iming-iming teman-temannya yang sudah seperti sales dikejar target. “Bayar cicilan belum lunas malah minta dibelikan krim perawatan wajah, kalau ada uang saya tidak apa-apa,” ujarnya.
John berjanji akan membelikan jika sudah gajian. Karena istrinya tidak sabaran, akhirnya John terpaksa harus berhutang ke temannya untuk memenuhi keinginan Lady. Bagi John, kebutuhan skincare tidak perlu langsung dibeli, yang terpenting harus ada beras dan biaya anak sekolah. Bukannya tak mau, gaji John sudah habis dibuat bayar cicilan. Ada cicilan motor, cicilan mesin cuci, dan cicilan bank. Ia harus menyediakan uang itu karena petugas bank selalu datang menagih.
“Barang itu ya Lady sendiri yang minta, kepingin seperti punya tetangga,” jelasnya.
Kesal karena jarang dituruti, Lady tergoda dengan tawaran yang diberikan Betran, pelanggan setianya. Kaya sih nggak, cuma lebih mapan dan masih single. Betran juga melihat peluang yang bagus untuk bisa mendapatkan Lady. Saat emosinya sering naik turun karena ingin beli ini itu, Betran datang dengan berbagai tawaran yang menggiurkan. Sontak, kehausannya terobati.
Sementara John pontang-panting bayar cicilan, Lady asyik bermain gila dengan Betran. John tak tahan dengan kelakuan istrinya yang semakin tak terkontrol. “Mungkin pisah itu jalan yang lebih baik, untuk apa dipertahankan, karena dia sendiri sudah sama yang lain,” katanya sedih. (ifa/aro)