RADARSEMARANG.COM – Prestasi membanggakan diraih warga Kabupaten Semarang. Tharisa Dea Florentina, gadis Desa Doplang, Kecamatan Bawen berhasil membawa pulang medali emas di cabang olahraga Wushu nomor Sanda kelas 52 kg SEA Games Kamboja 2023. Di final, ia mengalahkan atlet dari Kamboja.
Di balik prestasi yang diraih, Tharisa harus melewati jerih payah latihan yang sangat ketat. Sebelumnya, ia harus melakukan training center (TC) selama dua bulan di China sebelum bertanding di SEA Games Kamboja. Latihan tersebut lebih banyak melakukan sparring atau latih tanding. Namun latih tanding tersebut tidak melawan atlet asal Indonesia melainkan melawan atlet China.
“Itu dilakukan agar kita siap untuk menghadapi atlet-atlet dari negara lain nantinya saat tanding, ” katanya saat ditemui RADARSEMARANG.COM di rumahnya, kemarin.
Selain itu, latihan-latihan dasar pun intensif dilakukan, seperti latihan fisik dan latihan beban atau gym. Penggemblengan para atlet Indonesia di China dengan porsi latihan dua kali dalam sehari.
Melakukan training center (TC) di China selama bulan Maret sampai April merupakan momen yang tidak biasa. Karena itu, membuatnya harus menjalankan ibadah puasa dan berlebaran di China.
“Kalau lebaran tidak ada perayaan, paling ngabarin keluarga yang ada di rumah. Dan itu juga harus fokus untuk berlatih,” ujarnya.
Mahasiswi Universitas Negeri Semarang (Unnes) Prodi Pendidikan Jasmani Sekolah Dasar ini menceritakan, awal mula terjun di cabang olahraga beladiri wushu berawal dari ajakan sang ayah. Ayah Tharisa juga merupakan salah satu pelatih karate di Kabupaten Semarang. Saat Tharisa masih di bangku TK sudah ikut karate bersama ayahnya. Namun lambat laun sang ayah mengarahkannya untuk pindah ke wushu.
“Saat itu, aku di karate merasa kurang dan merasa belum bisa berkembang dengan maksimal,” katanya.
Peralihan dari karate ke wushu baginya masih tidak terlalu susah. Tetapi kendala utamanya yakni perbedaan style bertanding dan style beladiri antara karate dengan wushu. Namun kendala-kendala tersebut bisa diatasi dengan membiasakan diri dan terus berlatih.
Manajemen waktu yang dilakukan antara waktu sekolah dan waktu wushu masih bisa dia akali. Karena pertama kali ikut wushu ia berada di bangku kelas satu SMP Pangudi Luhur Ambarawa. Sehabis pulang sekolah, ia langsung pergi berlatih di sasana yang ada di area Kelenteng Hok Tik Bio Ambarawa. “Latihannya sekitar dua hingga tiga jam, dan itu hampir setiap hari. Libur hanya di hari Minggu,” ungkapnya.
Seiring waktu berjalan, ia pun mengikuti banyak kejuaraan wushu dan mendapatkan juara. Hal tersebut membuatnya ditarik oleh Pusat Pendidikan dan Latihan Pusat Pendidikan dan Latihan Olahraga Pelajar (PLPP).
“Itu saat kelas tiga SMP dan akhirnya bisa latihan di mess PLPP yang ada di dekat Pantai Marina,” katanya.
Saat di pelatda, Tharisa merasa semakin berkembang dan terus mengikuti kejuaraan daerah maupun nasional. Ia juga mengikuti PON Papua 2021. Dalam event PON yang digelar di Papua tersebut, ia mendapatkan medali perunggu.
“Kalau untuk bisa masuk ke pelatnas itu lewat seleksi. Dan para pelatih akan melihat track of record kita selama mengikuti kejuaraan dan skill kita masing-masing, ” jelasnya.
Sebelumnya, ia juga beberapa kali mengikuti ajang kejuaraan internasional. Seperti pada 2017, Kejuaraan Asia di Korea, 2018 Kejuaraan Dunia di Brazil, 2019 Kejuaraan Dunia di Shanghai, 2022 FISU di Turki, dan 2023 ini ikut SEA Games di Kamboja.
“Kalau ajang internasional semua pernah mendapatkan medali. Kecuali yang di Shanghai China itu lawannya memang cukup berat,” akunya.
Saat di SEA Games Kamboja, ia mengaku lawan terberatnya adalah dari Vietnam. Karena pada saat tanding teknik bertahan dari atlet Vietnam sangat kuat dan susah untuk ditumbangkan.