Tak hanya itu, mereka terkadang mengalami kesulitan dalam menyusun paper-nya. Ia juga sempat merasa takut dan tidak percaya diri saat melihat peserta lain yang tak hanya dari dalam negeri, tetapi juga luar negeri.
Meski begitu, guru SMA Negeri 11 Semarang selalu mendukung dan menyakinkan mereka untuk tidak berhenti mencoba dan mencari pengalaman sebanyak mungkin.
“Guru kami selalu mendukung apa yang kami lakukan. Dan meyakinkan kami untuk mau mencoba hal-hal baru. Tidak harus juara, tapi setidaknya kita sudah mencoba,” tambah Callysta—sapaan akrab Callysta Alya Davina.
Ia menceritakan kesannya saat mengikuti perlombaan. Putri pasangan Arum Sigit Radityo Sudomo dan Triari Istiwardani ini mengaku tidak percaya bisa bertemu orang-orang hebat di seluruh dunia. Di sana mereka saling berbagi tentang project ke depannya.
“Seru sih, nggak nyangka juga bisa dapat gold medal. Kita juga bisa cerita soal banyak hal dan ketemu orang-orang hebat dari dalam maupun luar negeri,” ujar dara yang tinggal di Jalan Mangga VI, Lamper Kidul, Semarang Selatan ini.
Ia berharap generasi muda saat ini bisa mencintai apa yang dilakukan dan keluar dari zona nyaman. Menurutnya, percaya diri juga menjadi hal yang penting.
“Yang aku rasain setelah keluar dari zona nyaman, aku bisa dapat banyak benefit. Jadi, lebih percaya diri dan jangan pernah takut mencoba banyak hal selagi kita niat dan bersungguh-sungguh. Insya’ Allah hasilnya akan sesuai dengan usaha kita,” tambah Naura.
Siswi yang hobi membaca dan menulis itu dalam waktu dekat akan mengikuti lomba serupa yang diadakan oleh IYSA yang berkolaborasi dengan Institut Teknologi Bandung (ITB) dan Universitas Diponegoro (Undip).
Naura dan Callysta sendiri sudah mulai mengikuti berbagai perlombaan sejak duduk di bangku kelas 10. Tak patah semangat saat gagal di perlombaan pertama, mereka terus mencoba hingga akhirnya mendapatkan medali emas di ajang I2ASPO. (mg5/mg6/aro)