26 C
Semarang
Sunday, 13 April 2025

Cerita Warga Tlogosari Semarang yang Terjebak Banjir dan Lahirkan Anak tanpa Bantuan Orang Lain

Artikel Lain

RADARSEMARANG.COM, Semarang – Di tengah kondisi Kota Semarang yang dilanda banjir dan terkendala akses menuju rumah sakit, membuat Lian Sundari terpaksa melahirkan anak ketiganya sendiri di rumahnya. Ibu dan anak yang habis dilahirkan sempat dibawa ke RS Bhayangkara Semarang lewat bantuan petugas Babinsa dan BPBD.

Raut wajah bahagia terlihat di wajah Lian Sundari. Senyumnya langsung mengembang begitu RADARSEMARANG.COM datang ke rumah mertuanya di Jalan Cilosari Dalam III Nomor 11, Senin (2/1) sore. Tak ada seorang ibu yang tega anaknya terluka. Begitu juga yang dialami Lian.

Pada Sabtu (31/12/2022) lalu, Lian melahirkan anak ketiganya dengan kondisi yang berbeda. Tidak dibantu bidan atau dokter di rumah sakit, namun wanita 28 tahun  ini melahirkan anak ketiganya tanpa bantuan orang lain di kamar rumahnya. Hanya ditemani oleh kedua anaknya yang masih berumur 4 tahun dan 19 bulan.

Saat itu, kondisi Kota Semarang sejak Jumat (30/12) malam diguyur hujan deras dengan intensitas tinggi. Banjir terjadi di hampir seluruh wilayah Kota Semarang. Termasuk menggenangi rumahnya di Jalan Udan Riris I Nomor 16, Tlogosari Kulon. Karena itulah, Lian tidak bisa mendapat bantuan karena akses jalannya terputus.

“Sebenarnya HPL (hari perkiraan lahir) tanggal 8 Januari. Sabtu, 31 Desember itu memang jatahnya periksa, tapi hujan nggak berhenti-berhenti. Terus jam 10 pagi itu saya ngerasa aneh, perut nendang-nendang kenceng banget, terus saya bilang ke suami kayaknya saya mau melahirkan. Akhirnya dia cari bantuan, tapi tidak dapat,” cerita Lian kepada RADARSEMARANG.COM.

Suaminya, Sardrixson Loupatrick Patrouw sudah mencari bantuan ke bidan terdekat, termasuk ke warga sekitar, Ambulans Semarang Hebat, dan lainnya. Namun hasilnya nihil. Tidak ada yang berani menerjang banjir setinggi perut orang dewasa.

“Sudah nyari bantuan ke warga, ke RT, tapi tidak ada yang berani nerjang banjir. Suami saya juga sudah ke bidan, tapi tidak berani karena banjirnya tinggi. Suami juga pergi cari bantuan, truk dan mobil di jalan juga nggak ada yang mau bantu,” katanya.

Di saat suaminya mencari bantuan, Lian bersama dua anaknya yang masih kecil menunggu di rumah. Karena sudah tidak bisa menahan, ia pun melahirkan anak laki-lakinya sendiri tanpa bantuan orang lain.

Ya, melahirkan sendiri karena nggak ada yang mau bantu dan ketuban sudah terlanjur pecah. Jadi, saya di rumah sama dua anak saya, yang satu mainan handphone, yang satu lagi mainan sendiri. Saat itu, saya minta bantuan kakaknya yang umur empat tahun, tak suruh lihatin kepala adiknya udah kelihatan apa belum, malah dia bilangnya mana-mana belum kelihatan ma,” jawabnya sambil terkekeh.

Tepatnya pukul 13.30, anaknya lahir dengan sehat. Hanya saja, ari-arinya belum keluar. Ibu tiga anak ini pun akhirnya menelepon sang kakak yang juga seorang dokter untuk datang ke rumahnya. Tapi terkendala dengan obat.

“Karena baby-nya udah lahir. Saya telepon suami tak suruh pulang ke rumah, karena nyari bantuan nggak dapet-dapet kan. Saya juga telepon kakak, terus dia datang untuk motong tali pusar. Tapi kendala nggak punya obat biar ari-arinya bisa keluar. Puji Tuhan selang beberapa menit ari-arinya bisa keluar sendiri,” tambahnya.

Kejadian itu pun sempat terdengar petugas. Baru pukul 15.00, mobil dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Semarang datang ke rumahnya untuk mengevakuasi Lian dan bayinya. Ia pun dibawa ke Rumah Sakit Bhayangkara untuk dilakukan observasi lanjutan. Karena kondisinya dan bayi sehat, ia pun langsung pulang pada pukul 17.00.

“Pulangnya ke rumah mertua di Cilosari, karena ke Tlogosari nggak ada akses. Semua taksi online menolak juga kalau mau kesana,” katanya,

Ia mengaku tidak panik berada di situasi yang menegangkan ini. Ia hanya khawatir terjadi perdarahan. Lulusan Program Studi Kebidanan Unimus ini tetap tenang. Menurutnya, dengan kondisi badannya yang sehat membuat persalinan bisa berjalan lancar.

“Kalau panik nggak, cuma takutnya terjadi perdarahan ya. Karena ari-ari kalau belum keluar juga berpotensi perdarahan,” akunya.

Saat RADARSEMARANG.COM datang, mertua Lian, Rita Patrouw dan Ruland Patrouw juga bercerita mengenai kepanikannya karena sang menantu akan melahirkan dengan kondisi alam yang sedang banjir. Pihaknya bahkan menyewa becak dari Cilosari untuk membawa anaknya pergi ke rumah sakit. Tapi lagi-lagi terkendala kondisi air yang tinggi. “Kami sampai sewa becak biar Lian itu bisa pergi ke rumah sakit. Tapi sampai sana becaknya ternyata Lian sudah dibawa ke rumah sakit,” jelas Rita Patrouw.

Sementara ayah mertuanya Ruland Patrouw juga mencari bantuan. Ia meminta Komandan Kodim 0733/KS Kolonel Inf Honi Havana untuk membantu menantunya. Barulah pukul 15.00, ada dua Babinsa dan mobil BPBD tiba di rumah menantunya. Menurutnya, setelah ada mobil BPBD yang masuk baru warga keluar dan berbondong-bondong menuju rumah menantunya.

“Saya kan juga panik, akhirnya pukul 12.36 itu meminta bantuan Inf Honi Havana. Karena memang sudah dekat ya saya bilang, dik tolong mantu saya mau melahirkan di Tlogosari nggak ada akses kesana. Puji Tuhan langsung dibantu dan memerintahkan anak buahnya,” katanya. (kap/aro)

Reporter:
Khafifah Arini Putri

Artikel Terkait

Sementara Itu ..

Terbaru

Populer

Menarik

Lainnya