RADARSEMARANG.COM, Sadar ibunya khawatir dan tak akan mengizinkan, Rizki Kurniawan terpaksa pergi ke kolam renang tanpa pamit. Ia tak mau melewatkan keasyikan bermain bersama teman-temannya di air meski dengan keterbatasan fisik. Kini, Rizki malah jadi atlet dan menyabet sejumlah medali.
NANANG RENDI AHMAD, Pekalongan, Radar Semarang
RADARSEMARANG.COM tak melihat Rizki Kurniawan saat tiba di kediamannya, Desa Langkap, Kecamatan Kedungwuni, Kabupaten Pekalongan, Rabu (28/12).
Wartawan koran ini hanya disambut Slamet Turah dan Sri Istiawati. Turah adalah ibunda Rizki, sementara Sri Istiawati adalah Sekretaris National Paralympic Committe Indonesia (NPCI) Kabupaten Pekalongan yang sejauh ini mendampingi Rizki dalam berkarir sebagai atlet renang disabilitas.
Sampai beberapa menit berbincang dengan mereka, Rizki belum juga muncul. Wartawan koran ini sempat menduga Rizki belum pulang sekolah. Sampai akhirnya pertanyaan di mana keberadaan Rizki keluar dari wartawan.
“Ini kan sekolah libur. Itu Rizki di sana. Sini, Nak,” kata Turah memanggil.
Ternyata sejak tadi Rizki berada di samping wartawan koran ini. Namun posisinya tertutup sekat tembok. Rizki bersembunyi di balik sekat tembok itu.
“Anaknya memang malu-malu. Sejak SMP lebih sering di rumah. Dulu waktu SD padahal mainnya ke sana-sana,” ucap Turah.
Rizki akhirnya muncul di hadapan wartawan koran ini. Ia lebih banyak menunduk. Memandangi dan memainkan jari-jari tangannya.
Rizki adalah penyandang tuna daksa. Tak memiliki kaki. Ia berjalan dengan kedua tangannya. Juga untuk aktivitas lainnya. Kondisi itu sudah bawaan sejak lahir.
“Rizki ini anak kedua. Kakak dan adik-adiknya normal. Tapi, dia satu-satunya laki-laki di rumah ini. Kebanggaan kami. Saya sudah tak punya suami, sudah cerai sejak Rizki kecil,” ungkap Turah yang sehari-hari berjualan donat.
Beberapa bulan lalu, Rizki baru saja menyabet dua medali perak sekaligus dalam ajang Kejuaraan Provinsi (Kejurprov) Jateng 2022 cabang olahraga renang. Padahal itu debut pertama Rizki. Ia hanya kalah dari atlet asal Klaten.
Bakat Rizki dalam olahraga sudah tampak sejak ia kelas II SD. Saat itu, ia menyabet medali emas cabang olahraga tolak peluru tingkat Jateng. Namun setelah itu Rizki vakum dari ajang-ajang kejuaraan.
Vakum di kejuaraan, bukan berarti berhenti berolahraga. Keterbatasan fisik Rizki tak menyurutkan dia bermain dengan teman-teman sebayanya di kampung. Ketika teman-temannya pergi ke kolam renang, Rizki ikut.
“Tapi tidak pamit. Saya kan khawatir, mencari ke mana-mana. Eh, ternyata ikut renang teman-temannya. Ketahuan karena pulang-pulang bajunya basah kuyup,” cerita Turah.
Kenekatan Rizki ingin bisa berenang ternyata berbuah. Ia hanya butuh waktu kurang dari sebulan berlatih secara profesional untuk menghadapi Kejurprov 2022. Sri Istiawati mengatakan, pengurus NPCI Kabupaten Pekalongan memang menilai Rizki bertalenta dan potensial.
“Tapi dulu kami membujuk dia untuk berlatih secara profesional cukup sulit. Tapi Alhamdulillah akhirnya mau, dan hasilnya membanggakan,” kata Sri.
Saat ini, Rizki masih terus menjalani latihan rutin di bawah naungan NPCI Kabupaten Pekalongan. Sri mengacungi jempol ibunda Rizki yang selalu mengantar anaknya itu ke tempat latihan.
“Dukungan keluarganya kuat. Itu juga jadi kekuatan buat Rizki,” ucapnya.
Rizki masih saja belum berbicara. Siswa kelas VII SMP Negeri 1 Kedungwuni itu masih terus menunduk dan memainkan jari-jari tangannya. Ia baru berbicara setelah wartawan koran ini bertanya soal keinginannya paling dekat.
“Pengin dapat medali emas di ajang Peparda (Pekan Paralimpik Daerah) nanti. Biar dapat hadiah. Bisa beli sepeda motor (roda tiga) dan menyenangkan ibu. Biar ibu juga tidak repot antar-jemput ke sekolah dan tempat latihan,” ucapnya malu-malu. (*/aro)