RADARSEMARANG.COM, Semarang – Wayang yang terbuat dari kulit memang sudah biasa. Namun, berbeda jika wayang terbuat dari kertas. Apalagi wayang kertas ini memiliki tekstur yang lebih tebal dan murah.
Pagi itu, Suwarso, 70, masih asyik memahat kertas sesuai pola yang akan dijadikan wayang kertas. Tepatnya, di kediamannya di Jalan Dokter Wahidin nomor 59B RT 1 RW 4, Kelurahan Kaliwiru, Kecamatan Candisari.
Terlihat, di ruang tamu yang sederhana, beberapa wayang terpajang di tembok. Mulai dari yang masih tahap berpola, hingga ada yang sudah jadi.
Suwarso mengaku, pada tahun 2000-an, dirinya menjadi petugas Siskamling di kampungnya. Saat melihat tetangganya membuat wayang tidak begitu bagus. “Hal itu menggugah saya untuk mencoba membuat wayang yang lebih bagus,” katanya.
Tapi dirinya, membuat wayang dari kertas karton dan kertas marga. Sedangkan gagangnya terbuat dari bambu. Siwarso sengaja memilih kertas karton, karena memiliki tekstur yang tebal dan harganya juga murah.
Awalnya hanya untuk koleksi pribadi. Namun, ketika ada pesanan, dia pun bersedia membuatkan. Lama-lama banyak yang pesan, dari kalangan muda dan tua. Bahkan kaum wanita banyak yang pesan. “Yang baru saja diambil pemesan kemarin itu, ada satria lima, butane lima, dan tengahe gunungan,” tuturnya.
Saat ini dirinya hanya membuat beberapa wayang saja untuk mengantisipasi jika tiba-tiba ada yang memesan lagi. “Kalau ada pesanan, ya saya buatkan,” katanya.
Pembuatan satu wayang kertas membutuhkan waktu hingga lima hari. Mulai dari bahan, menggambar pola dari internet, kemudian dibesarkan, diblat ke kertas yang tebal, dan ditatah dengan tatah wayang sungging dari Solo.
Bersyukur, dengan hobinya itu Suwarso sudah bisa memasarkan wayang kertasnya di Semarang dan sekitarnya. Meski pemasaran wayang produksinya ada yang membantu secara suka rela. Harganya mulai dari Rp 150 ribu hingga Rp 200 ribuan untuk satu wayangnya. “Karena modelnya wayang alusan, kayak wayang kulit, makanya harganya segitu,” ujarnya.
Wayang kertas ini dapat bertahan cukup lama asal tidak terkena air. “Kalau kena air, ya langsung hancur,” katanya.
Diakuinya, pemesan setelah datang ke rumahnya, biasanya melihat bahan-bahan dan gambarannya. “Setelah jadi, saya beri tahu, dan diambil. Kebanyakan pemesan puas atau cocok,” ujarnya.
Dirinya berharap ada sekolah umum ataupun sekolah dalang yang memesan wayang kertas buatannya. “Karena ini Jawa Tengah dan budaya wayang juga berasal dari Jawa Tengah. Kalau bisa, warganya menguri-uri budaya Jawa, tidak hanya wayang. Yang penting budaya ini dipertahankan, saya juga suka ada pelatihan pranata cara,” katanya. (fgr/ida)