RADARSEMARANG.COM – Berawal dari keprihatinan melihat kondisi pertanian di Desa Kalibareng, Kecamatan Patean, Kendal, membuat hati Subari terketuk untuk menghibahkan 1.800 meter persegi lahan miliknya untuk dijadikan embung. Padahal Subari merupakan salah satu penerima Program Keluarga Harapan (PKH). Sebagai apresiasi, embung tersebut nantinya bakal dinamai Embung Subari.
Subari, warga RT 01 RW 01 Desa Kalibareng, Kecamatan Patean, Kabupaten Kendal. Pria 60 tahun ini mengikhlaskan tanahnya untuk pembangunan embung. Keprihatinannya muncul saat melihat petani lain di desanya kesulitan air. Di satu sisi, lahan pertanian milik Subari kelebihan air. Kemudian, Subari berpikir supaya petani lainnya bisa merasakan hasil panen yang sama.
Sembari mengingat proses hibah, mata Subari berkaca-kaca. Suaranya bergetar. Seakan tidak menyangka dengan yang dialaminya. Dia mengatakan, tidak memiliki maksud lain ketika menghibahkan tanahnya. Dia hanya ingin, petani di Desa Kalibareng bisa hidup sejahtera. Padahal Subari merupakan salah satu penerima PKH di Desa Kalibareng, Kecamatan Patean.
“Pertama kali muncul niat hibah setelah melihat kebutuhan dari kelompok tani. Saya pikir-pikir kok saya bisa panen, tapi petani lain tidak bisa panen. Supaya bisa merata, saya menghibahkan tanah itu lewat petani untuk dijadikan embung,” katanya saat ditemui RADARSEMARANG.COM di rumahnya, Selasa (22/11).
Saat menemui RADARSEMARANG.COM, Subari mengenakan kaos hitam dan sarung hitam. Penampilannya sederhana. Dia juga tengah menjaga tungku api di dapur. Katanya, sepulang dari sawah, Subari biasa menghabiskan waktu di rumah bersama keluarga. Jalan menuju rumahnya cukup mudah. Hanya perlu melewati beberapa anak tangga.
Di rumah yang sederhana, sehari-harinya bapak dua anak ini menghidupi keluarganya dari hasil pertanian. Istrinya, Rusmiyati, 42, menjadi ibu rumah tangga biasa. Anak perempuannya berhasil menyelesaikan jenjang S1 dari hasil bertani. Sedangkan anak laki-lakinya, masih duduk di bangku SMP. Saat ini, Subari mengelola lahan sisa yang masih ada. Dia juga sedang merawat tanaman cabai. Subari biasa menengok pembangunan embung ketika pagi dan sore.
Sebelumnya, Subari sudah meyakinkan istri dan kedua anaknya mengenai lahan yang akan dihibahkan. Ketika itu, istri dan anaknya nampak kaget. Lantaran lahan seluas itu akan dihibahkan untuk manfaat masyarakat luas.
Subari kembali meyakinkan bahwa niatnya ikhlas, ingin membantu petani Kalibareng supaya hidup sejahtera. Dia juga berpesan kepada istri dan anaknya, meski lahannya berkurang, rasa syukur atas kenikmatan tidak boleh kurang. Alhasil, keluarganya turut ikhlas dengan keputusan Subari.
“Keluarga sudah diberi tahu semua. Karena kebutuhan petani itu sangat mendesak. Motivasi saya bersama istri dan anak, sepakat menghibahkan untuk menyukseskan petani. Khususnya di Kalibareng dan sekitarnya,” ceritanya didampingi istri tercinta.
Pria yang yang mengenyam pendidikan hanya sampai kelas 3 SD ini menceritakan, lahan miliknya sempat akan dibeli oleh orang lain. Namun dia menolak. Lantaran, kalau dijual hanya akan menghasilkan uang untuk dirinya sendiri. Tidak ada yang bisa dinikmati warga lain.
Subari juga membeberkan, lahan luas miliknya itu didapatkan dari hasil bekerja saat masih muda. Saat masih lajang pada 1989, Subari menjadi buruh pangon (memelihara sapi) dengan bayaran Rp 100 ribu. Kemudian dia kumpulkan untuk membeli lahan yang saat ini tengah dibangun embung.
Selain itu, permasalahan petani Kalibareng saat musim kemarau kesulitan air, membuat hati Subari terketuk. Permasalahan lainnya ketika musim hujan, lahan pertanian warga rusak akibat terjangan banjir.
Di desanya, ada 612 KK dari 633 KK yang bekerja sebagai petani. Artinya, pertanian adalah mata pencaharian utama warga Kalibareng. Di desanya, Subari bukan satu-satunya warga yang memiliki lahan luas. Dia hanya ingin memiliki kemanfaatan untuk masyarakat melalui lahannya.
“Hibah ini tidak karena saya kelebihan tanah. Tapi dari hati saya. Karena lewat embung itu air bisa tertampung. Kalau debitnya air itu banyak, bisa dibuang ke kali dan mengairi lahan pertanian warga lainnya,” tuturnya sambil menyeruput teh hangat.
Tak hanya itu, Subari membeberkan, apabila embung itu selesai dibangun bisa membuat hasil pertanian warga melimpah dan erosi di desanya teratasi. Suami Rusmiyati ini berharap, adanya embung itu bisa memiliki kemanfaatan untuk warga lainnya. Paling tidak, bisa untuk pengairan dan memacu semangat petani Kalibareng.
Subari juga berencana bakal menghibahkan lahan sisa miliknya untuk Agrowisata ketika embung itu sudah selesai dibangun. Dia juga tidak meninggalkan apapun untuk anak-anaknya. Subari dan keluarganya bahagia ketika bisa bermanfaat untuk orang lain. Dia juga dibantu Pemdes serta dinas terkait untuk mewujudkan keinginannya.
“Nantinya embung itu jangan jadi monumen. Kalau jadi monumen apalah artinya untuk membuat embung itu. Artinya, kita semua harus ikut merawatnya. Karena itu untuk kebutuhan masyarakat,” pesannya.
Lahan 1.800 meter persegi milik Subari nantinya akan dibuat embung. Saat ini, proses pembangunan terus berjalan. Pemprov Jawa Tengah telah mengucurkan anggaran sebesar Rp 3,5 miliar untuk pembangunan penampung air yang nantinya bakal dinamai Embung Subari tersebut.
Kemarin, tampak puluhan pekerja dan alat berat terlihat di lokasi. Di sisi kiri lahan untuk embung itu, ada sisa lahan milik Subari yang ditanami cabai. Subari tidak berharap banyak dari hasil panen cabai. Yang paling penting, Subari bisa merasakan nikmat syukur dengan yang diperoleh dari lahan tersebut. (dev/aro)