29.3 C
Semarang
Monday, 23 June 2025

Penjaga Perumahan di Semarang Ini Rela Sisihkan Gaji, Keliling Pasar Cari Kucing Tak Terawat

Artikel Lain

RADARSEMARANG.COM, Semarang – Berawal dari iseng, Tri Martono menjadi ketagihan memberi makan kucing liar. Aksinya ini menjadi rutinitas setiap malam selepas pulang kerja. Ia menyusuri pasar tradisional dan tempat pembuangan sampah untuk mencari kucing-kucing yang tak bertuan.

Pukul 23.00 menjadi titik mula Tri Martono beraksi. Ia mendatangi pasar tradisional dan tempat pembuangan sampah sementara (TPS) di Kota Semarang. Di sana, aksinya dimulai. Ia menenteng kantong plastik berisi makanan untuk dibagikan kepada kucing liar tak bertuan. Tono –sapaan akrabnya– juga membawa obat-obatan.

Tono mengaku memulai keisengan itu sekitar enam tahun lalu. Mulanya hanya spontan. Namun semakin lama jadi ketagihan. Kala itu, ia punya uang sisa gaji Rp 200 ribu. Tiba-tiba tercetus untuk membeli pakan kucing. Dari aksi kali pertamanya itu membuahkan hasil. Hatinya terenyuh ketika melihat kucing makan pemberiannya.

“Yang membuat candu karena saya lihat kucing sehat, gemuk, dan bisa makan gitu senang. Kalau lihat kucing sakit, rasanya sedih,” ujar pria 30 tahun ini kepada RADARSEMARANG.COM.

Tono menuturkan, kepeduliannya terhadap binatang ini tak sekadar memberi makanan. Ia juga memerhatikan kesehatan hingga memberikan vitamin. Setiap bertemu kucing di pasar maupun tempat sampah, ia selalu mengecek satu persatu kondisinya. Rata-rata kucing yang dijumpai dalam kondisi memprihatinkan.

“Ada saja yang sakit, entah kena jamur, diare, mata belekan, pincang, atau bagian tubuh dimakan belatung,” jelas pria yang bekerja sebagai penjaga perumahan ini.

Ia pun mengeluarkan obat-obatan sebagai pertolongan pertama. Biasanya ia membawa tetes mata, obat luka luar, obat flu, tisu, antibiotik, dan perban. Tak sampai di situ. Terkadang  ia membawa kucing itu pulang untuk dirawat di rumahnya. Di tempat tinggalnya, Tono menyiapkan puluhan kandang untuk menjadi tempat rehabilitasi kucing yang sakit. Layaknya pet shop dan klinik.

“Saat ini, ada 50-an ekor kucing yang saya rawat. Kalau ada dananya, saya bawa ke klinik. Kalau tidak ya sementara dirawat di rumah. Paling tidak, kucing-kucing itu tidak mati di tempat sampah maupun pasar,” tuturnya.

Rasa welas asihnya itu tidak ingin melihat kucing sakit ataupun mati di tempat yang tidak layak. Jika ada yang memerhatikan, setidaknya kucing yang mati bisa dikubur secara baik.

Diakuinya, hampir setiap hari ia mengubur kucing. Paling tidak satu ekor. Bisa mengubur kucing secara layak menjadi kebahagiaan tersendiri baginya.

“Kalau kucing mati di pasar atau tempat sampah gitu cuma dibiarkan saja. Atau dibuang di tempat sampah itu. Kan kasihan, padahal seharusnya bisa dikubur secara baik,” katanya.

Secara tidak langsung, lanjut Tono, jika kucing mati lalu dikubur, tidak akan menimbulkan polusi udara yang diakibatkan dari bau bangkai.

Tono mengatakan, kucing sakit yang telah direhabilitasi dan berhasil sembuh, akan dibesarkan. Ia juga mensterilkan agar tidak beranak pinak, barulah dilepas di tempat yang aman. Tak melepas begitu saja. Seperti biasa, setiap malam ia tetap memantau dan memberi makan dan vitamin. Namun tak jarang juga kucing yang sudah disterilisasi diadopsi oleh orang lain.

Untuk biaya pengobatan, sebelum terbentuk Komunitas Cat Meong, ia menggunakan uang pribadi. Namun kini Tono sudah banyak dibantu donatur yang berasal dari sosial media sesama pecinta kucing.

Ia menuturkan, kuncinya mesti sering update di media sosial seperti Facebook, Instagram, maupun YouTube agar semakin banyak orang yang peduli dengan kucing. Meski di awal-awal aksinya dicemooh banyak orang karena dianggap kurang kerjaan, ia tak kecil hati, dan tetap melanjutkan aksinya.

“Tujuan awalnya sih memotivasi, tapi makin ke sini banyak yang peduli dan jadi donatur buat merawat kucing-kucing,” ujarnya.

Ke depan, Tono berharap di setiap titik keberadaan kucing-kucing liar terdapat kandang rehabilitasi. Tujuannya, agar kucing yang sakit akan segera mendapat pertolongan. Selain itu, ia meminta kepada rescue-rescue kucing agar saat memberi makan turut membawa obat-obatan. “Barangkali di lapangan menjumpai kucing yang sedang sakit, sehingga bisa langsung diobati,” katanya.

Di pasar tradisional, ia juga memasang banner bertuliskan larangan melakukan kekerasan terhadap hewan. “Kalau tidak suka, jangan menyakiti. Hanya manusia yang tidak punya hati nurani yang tega membuang dan menyakiti kucing,” tulisnya sembari membubuhkan ancaman pidana sesuai Undang-Undang tentang Penyiksaan Terhadap Hewan. (ifa/aro)

Reporter:
Ida Fadilah

Artikel Terkait

Sementara Itu ..

Terbaru

Populer

Menarik

Lainnya