RADARSEMARANG.COM – Nama Soepeno tidaklah asing di telinga warga Kota Semarang. Karena menjadi salah satu nama jalan di pusat kota, yakni Jalan Menteri Soepeno yang membentang dari simpang Kyai Saleh hingga Taman Indonesia Kaya (Taman KB). Putri Soepeno, kini tinggal di daerah Wonodri, Semarang Selatan. Namanya dr Joedyaningsih SW MSc (PH).
Kiprah Soepeno dalam mempertahankan kemerdekaan Indonesia amat besar. Ia adalah Menteri Pembangunan dan Pemuda pertama di Indonesia. Soepeno juga dikenal sebagai menteri termuda yang menjabat pada Kabinet Hatta I dan juga tokoh pemuda pada saat pergerakan nasional. Ia juga terkenal dengan sosoknya yang disiplin dan sederhana.
Menteri yang lahir 12 Juni 1916 ini gugur saat Agresia Militer Belanda II. Bersama enam temannya, Soepeno gugur ketika dieksekusi Belanda di Desa Ganter, di Gunung Wilis, Nganjuk, Jawa Timur.
Sebagai bentuk penghormatan atas jasa-jasanya, ia dianugerahi gelar Pahlawan Nasional sesuai SK Presiden RI No.039/TK/Tahun 1970 tanggal 13 Juli 1970. Setelah sempat dimakamkan di Nganjuk, Soepeno dipindahkan ke Taman Makam Pahlawan Semaki Jogjakarta. Keluarga Menteri Soepeno sendiri memutuskan pindah dari Jogjakarta ke Kota Semarang. Soepeno bersama sang istri, Tien Soepeno, dikaruniai seorang anak, yakni dr Joedyaningsih SW MSc (PH).
Saat ditemui di rumahnya di Jalan Wonodri, Joedyaningsih menyambut wartawan koran ini dengan ramah. Terlihat banyak foto mendiang ayah dan ibunya, piagam penghargaan, serta foto keluarga dipajang di dinding ruang tamu.
Yudi –sapaan akrabnya– menceritakan kiprah ayahnya, Soepeno. Sambil duduk, ia meneteskan air mata. Mengenang kisah ayahnya bergerilya menghadapi Agresi Militer Belanda II. Soepeno mengorbankan dirinya untuk melindungi teman-temannya di Gunung Wilis, Nganjuk. Ia masih ingat betul ketika banyak pesawat terbang di atas rumahnya. Suara gemuruh membuatnya takut dan harus bersembunyi di bawah tanah. Tentara Belanda juga datang ke rumah mencari ayahnya. Ia juga melihat ketika ibunya, Tien Soepeno, berebut bendera merah putih dengan tentara Belanda di depan rumahnya. Semuanya masih teringat jelas di pikirannya.
“Waktu itu, saya masih kecil, tinggal di Jogjakarta. Masih ingat betul ada pesawat berterbangan di atas rumah. Setelah itu, saya dibawa lari untuk sembunyi di got,” kenang nenek 78 tahun ini.
Ia mengaku, ayahnya terkenal dengan sosok yang disiplin dan tegas. Namun tetap sederhana. Tiga hal itulah yang selalu ia ingat dan menjadi pedoman hidupnya. Yudi bercerita kesederhanaan Menteri Soepeno yang selalu membantu rekannya.
“Jadi, ayah saya itu seragamnya selalu dikasihkan ke temannya yang belum punya. Kemudian beliau baru menjahit lagi. Ketika ada temannya yang nggak punya seragam pasti akan dikasihkan lagi, dan dia kembali menjahit,” ceritanya.
Ibu lima anak ini selalu memegang teguh apa yang telah diajarkan oleh ayahnya. Termasuk ketika mendidik anak-anaknya. Wejangan-wejangan untuk selalu jujur dalam pekerjaan ia ajarkan pada anaknya.
“Bapak saya itu orangnya tegas, yang saya bawa kemana-mana itu kedisiplinannya. Semuanya harus tepat waktu. Saya ajarkan juga pada anak-anak untuk disiplin. Kalau sudah kerja ya jangan korupsi. Jangan mementingkan diri sendiri. Harus tolong menolong. Memang tidak mudah untuk mendidik generasi berikutnya tapi ya dicoba,” akunya.
Lebih lanjut Yudi mengaku sering menangis jika mengenang memorinya bersama sang ayah. Ataupun membaca sejarah perjuangan ayahnya untuk bangsa ini. “Kalau saya baca sejarah itu saya sering menangis sendiri. Betapa beratnya ayah saya berjuang untuk itu,” kenangnya sambil menghapus air mata.
Dalam rangka Hari Pahlawan tahun dengan tema Pahlawanku Teladanku, Yudi berpesan kepada generasi muda untuk lebih menghargai jerih payah para pahlawan dengan melestarikan hal-hal yang positif. Menurutnya, melestarikan hal-hal baik itu merupakan bentuk perjuangan di masa kini.
“Kalau dulu berperang membawa senjata. Kalau sekarang ini yang penting anak-anak itu lebih menghargai hasil jerih payah para pahlawan. Misalnya, dengan melestarikan hal positif. Itu sama saja dengan meneruskan perjuangan pahlawan yang telah gugur,” pesannya. (kap/aro)
