27 C
Semarang
Saturday, 14 June 2025

60 Tahun Jualan Jenang, Pertahankan Cita Rasa Resep Sang Ibu

Artikel Lain

RADARSEMARANG.COM – Jenang sudah menjadi sajian tradisional yang digemari masyarakat hingga kini. Namun, penjual jenang di Kota Magelang saat ini sudah tidak banyak. Hanya ada beberapa yang bertahan hingga kini.

Rasa buburnya yang manis serta kuah santan yang gurih, sangat cocok untuk makanan pembuka saat sarapan pagi. Siyok Tin, pemilik usaha jenang di Pasar Ngasem, Kota Magelang ini merupakan generasi ketiga dalam mengembangkan usaha ini.

Meskipun lapaknya berada di gang sempit dan di pinggir kali, tak mengurangi keramaian transaksi jual beli. Hal ini tampak dari jualan jenangnya Yok Tin yang tersisa sedikit. Padahal saat wartawan RADARSEMARANG.COM ini berkunjung masih pukul 10.00 dan Yok Tin menyiapkan satu panci penuh dalam berjualan seharinya.

Siyok Tin atau biasa dipanggil Tin mengatakan, kalau dirinya baru berjualan dan meneruskan usaha jenang yang turun temurun ini baru sekitar 10 tahunan. “Mungkin jualan jenang ini sudah hampir 60 tahun. Bahkan lebih. Dulunya diawali sama ibu saya. Kemudian dilanjutkan kakak saya, dan sekarang terakhir baru saya. Resepnya dari ibu,” jelasnya kepada wartawan RADARSEMARANG.COM ini.

Tin menceritakan, dulunya waktu ibu masih berjualan, biasanya dititipkan ke warung atau penjual di pasar. Namun, berjalannya waktu karena banyak yang suka, mencoba dijual sendiri di depan rumah. Yakni di Jalan Poncowati, Panjang, Kecamatan Magelang Tengah. “Kalau saat ini dikenal dengan Pasar Ngasem sebutannya,” ucap perempuan kelahiran Magelang tahun 1963 ini.

Karena menggunakan resep keluarga, Yok Tin berusaha menjaga kualitas jenangnya. Hal ini dilakukan dengan menggunakan jenis beras khusus untuk bahan gempol maupun jenang lainnya. Pembuatannya dilakukan secara manual di rumah.

Biasanya Yok Tin berjualan dari pukul 07.00 sampai 12.00. Meski begitu, terkadang sebelum pukul 12.00 sudah habis. Jenang yang ia sediakan hanya empat macam, yakni jenang mutiara, jenang sumsum, jenang candil, dan jenang ubi jalar. “Dari keempat jenang ini saya buat sendiri. Saya membuat jenang mulai pukul 04.00,” ujarnya.

Pembeli jenang Yok Tin rata-rata masyarakat lokal Magelang. Selain dari warga sekitar pasar dan Kota Magelang, ada juga pembeli dari Kabupaten Magelang. Seperti dari Salaman, Mertoyudan, dan Secang. Bahkan ada beberapa pembeli dari Solo, Surabaya, Jakarta, dan Bandung.

“Kalau liburan atau pas pulang kampung, biasanya mereka yang dari luar kota ada yang beli. Kebanyakan yang beli kesini sudah langganan semua. Ada yang langganan saat kakak saya berjualan atau sewaktu ibu berjualan,” pungkasnya.

Selain melayani pembeli di warungnya, sesekali Yok Tin menerima pesanan untuk acara. Sayangnya sejak pandemi Covid-19, pesanan untuk catering sepi. (rfk/ida)

Reporter:
Rofik

Artikel Terkait

Sementara Itu ..

Terbaru

Populer

Menarik

Lainnya