30 C
Semarang
Monday, 7 April 2025

Sepasang Emprit Laku Rp 5 Juta, Tergantung Warna Bulu

Artikel Lain

RADARSEMARANG.COM – Burung emprit atau finch dianggap sebagai hama di sawah. Keberadaannya sering merugikan para petani. Karena memakan padi yang sebentar lagi dipanen. Namun ternyata beberapa jenis emprit memiliki nilai jual tinggi. Seperti yang dibudidayakan Hari Mukti dan Agus Fatkurroshat ini.

Burung emprit hias memiliki warna yang indah dan beragam. Meski bukan burung asli Indonesia, emprit hias cenderung mudah untuk dikembangbiakan.

Hal ini menjadi ide bisnis bagi Hari Mukti, pecinta sekaligus pembudidaya emprit hias asal Kelurahan Bangetayu Kulon, Kecamatan Genuk, Kota Semarang. Ia fokus mengembangkan budidaya emprit hias sejak 2010 lalu.

Awalnya, ia memang hobi memelihara burung ocehan. Namun ia penasaran dengan burung emprit hias yang dinilai mudah untuk dirawat. Akhirnya, ia iseng membeli indukan burung emprit dari temannya.

“Sekarang yang saya budidaya hanya tinggal emprit Jepang dan zebra finch saja, sudah banyak berkurang, karena keterbatasan tempat,” jelasnya kepada RADARSEMARANG.COM.

Saat ini, ia membudidayakan jenis emprit Jepang (Lonchura striata domestica) dan emprit zebra (Taeniopygia guttata castanotis) di kediamannya. Ia lebih tertarik dengan jenis ini karena perawatannya yang mudah dan tidak mengeluarkan biaya banyak. Produktivitasnya pun tinggi serta harganya masih terjangkau, sehingga lebih cepat laku.

Dulu ia juga sempat membudidayakan burung emprit yang paling banyak dicari orang. Yaitu, jenis Gould Amadine atau Gouldian Finch (Erythrura gouldiae).

Hari membudidayakan sendiri burung emprit hias tersebut dalam sangkar besar. Terbuat dari kawat besi seluas 1,5 x 1,5 m dan setinggi dua meter. Sangkar ini berada dalam ruangan khusus dengan bagian atas yang diberi pencahayaan dari genting kaca. Lalu, Hari juga memiliki sangkar khusus emprit Jepang di bagian belakang ruamhnya.

Sebenarnya, merawat emprit hias itu mudah. Hari hanya menggunakan pakan millet putih. Yang terpenting, kata Hari, pakan dan minumnya diberikan tepat waktu. Lalu, kondisi kandang harus memiliki sirkulasi udara yang bagus. Dan sebisa mungkin burung emprit diletakkan di tempat yang tidak banyak gangguan, agar burung emprit tidak mudah stres.

Harga emprit hias milik Hari Mukti bervariasi, tergantung pada warna bulu. Mulai Rp 150 ribu – Rp 600 ribu sepasang. Khusus emprit jenis Gould Amadine, sepasangnya bernilai Rp 1,2 juta. Ia pernah mengantongi pendapatan bersih mencapai Rp 3 juta per bulan.

“Emprit Jepang yang mahal itu jenis Albino. Kepalanya ada jambul dan matanya merah. Kalau yang Gould Amadine punggungnya hijau, dadanya ungu, mukanya hitam. Jenis itu disebut juga sebagai finch tercantik di dunia,” beber pria 44 tahun ini.

Hari mengatakan, burung emprit hias yang siap jual berumur sekitar empat minggu. Ketika mereka sudah bisa makan sendiri. Karena umur di bawah itu masih bergantung pada suapan induknya.

Dikatakan Hari, dulu emprit hias hasil budidayanya sempat dibeli Kapolres Kediri. Bahkan, ia mendatangi langsung kediaman Hari untuk memilih sendiri emprit yang akan dibeli. Sang kapolres memborong lima pasang burung emprit hias sekaligus. “Awalnya saya nggak tahu, kalau beliau kapolres. Tahunya pas ada ajudannya cerita sama saya,” kenangnya.

Ia memasarkan emprit hiasnya melalui media sosial. Ia memanfaatkan forum komunitas pecinta emprit hias. Pelanggannya kebanyakan berasal dari Surabaya dan Jakarta. Bahkan, ia pernah mendapatkan pesanan pengiriman sampai ke Banda Aceh

Sementara itu, Agus Fatkurroshat, peternak burung emprit mengaku sudah menggeluti usaha ini sejak 2012. Ia mengetahui cara mengembangbiakkan burung emprit dari temannya. Ia lantas mencoba membeli sepasang burung emprit. Saat itu, harga burung emprit masih kisaran Rp 400 ribu sepasang.

“Awalnya saya beli sepasang burung emprit dari teman. Nah, dari sepasang itu, berkembang terus. Hingga saya coba jual, dan hasilnya Alhamdulillah,” ceritanya kepada RADARSEMARANG.COM

Berjalannya waktu, peminatnya semakin banyak. Konsumennya kota-kota di Jawa, termasuk sampai Medan, Kalimantan dan Sulawesi. “Pemasarannya lewat komunitas pecinta burung emprit di Facebook,” katanya.  Saat itu, ia menjual burung emprit sepasang mulai Rp 200 ribu-Rp 5 juta.

Tak hanya keindahan bulunya, burung emprit juga bisa diperlombakan. Ia pernah mengikuti event lomba burung emprit mulai Jogja, Jakarta, hingga Surabaya. Juga di Agrowisata Mijen.  “Saya sudah bekerja sama dengan Dinas Perternakan dan Pertanian. Hal ini nantinya mempermudah promosi kita,”ujarnya

Ia membeberkan, penjualan burung emprit selama Covid-19 mengalami kenaikan signifikan. Hal itu, berbeda dengan sebelum adanya pandemi, pendapatan menurun. Namun ia tetap berpegang dengan prinsipnya. “Alhamdulilah Mas awal Covid-19 penjualan burung emprit ini mengalami kenaikan. Karena banyak orang di rumah pengin punya kegiatan sampingan yang menghasilkan. Tujuan mencari hiburan, hingga per bulan kadang ada pemesanan sapai 150-200 ekor,” terangnya. (mg19/mg20/mg15/mg17/aro)


Artikel Terkait

Sementara Itu ..

Terbaru

Populer

Menarik

Lainnya