31 C
Semarang
Friday, 11 April 2025

Lukisan Persembahan Nyi Roro Kidul yang Paling Mahal

Sarwiyono, Kolektor Lukisan Jadul Asal Magelang

Artikel Lain

RADARSEMARANG.COM – Hobi bisa mengalahkan segalanya. Begitu juga dengan Sarwiyono. Demi kecintaannya terhadap seni, pria kelahiran 10 Oktober 1963 ini rela mengeluarkan banyak uang untuk mendapatkan koleksi lukisan.

Rumah Sarwiyono terletak di gang Kampung Tidar Krajan, Kota Magelang. Dari depan, rumah Sarwiyono tampak kecil. Namun saat masuk, ruangannya ternyata cukup luas. Di pojok ruang tamu, tampak berbagai lukisan jadul alias lukisan yang sudah berusia cukup tua.

“Selamat datang, Mas. Ini rumah kecil saya. Di situ ada berbagai lukisan dan kumpulan keris yang saya tata, karena saya sangat suka dengan seni dan budaya,” jelas Yono –panggilan akrabnya—saat ditemui RADARSEMARANG.COM di rumahnya.

Yono menceritakan awal mula tertarik dengan lukisan lama saat dirinya menemukan sebuah lukisan di tempat pengepul barang bekas. Itu terjadi sekitar 1986. Awalnya, hanya suka dengan lukisannya saja, namun ternyata ada seorang kolektor lukisan yang mau membeli seharga Rp 2 juta di tahun itu.

Padahal lukisan itu hanya pemandangan alam yang diberi judul Mbok Dewi Sri. Lukisan dengan media kanvas ini dilukis oleh orang Barat (luar negeri) dan figuranya warna perak berukuran 30×40 cm.

Sejak itu, ia mulai hobi mengoleksi lukisan. Ia mengaku lukisan yang dibeli hanya tertentu. “Jika ada lukisan yang unik dan tidak ada orang yang punya, pasti langsung saya kejar. Selain itu, lukisan tersebut juga memiliki makna,” ujarnya.

Yono pun menunjukkan koleksi lukisan lainnya. Dia menunjuk lukisan seorang perempuan yang sedang dikorbankan dan ditusuk oleh tengkorak. Itu lukisan paling mahal yang dimiliki. Lukisan itu berjudul persembahan Nyi Roro Kidul. “Saya mendapatkan lukisan ini 20 tahun yang lalu. Harganya cukup tinggi. Rp 20 juta. Lukisan ini saya beli langsung dengan bayar cash,” jelasnya.

Koleksi lukisan lama lainnya adalah lukisan penangkapan Pangeran Diponegoro oleh Letnan Jenderal Hendrik Merkus de Kock pada 28 Maret 1830. “Lukisan ini saya dapatkan di Pasar Rongsok Muntilan sekitar 10 tahun yang lalu. Waktu itu, saya beli Rp 750 ribu, dan ada yang menawar sampai Rp 7,5 juta, namun tidak saya lepas,” ujarnya.

Ada lagi lukisan Ir Soekarno, yang dibeli lima tahun lalu dalam bentuk gulungan seharga Rp 200 ribu. Ada juga lukisan jabatan tangan dengan karet merah putih, dan terakhir lukisan tokoh China, didapatkan dengan harga Rp 150 ribu sekitar 15 tahun yang lalu.

“Lukisan tokoh China ini sempat ditawar Rp 2,5 juta.  Yang nawar warga keturunan China dari Semarang bernama Hantyong. Namun tidak saya lepas juga. Jadi, sekarang ada enam lukisan yang masih saya simpan. Lainnya sudah saya jual,” ucapnya.

Saat ditanya mengenai lukisan ini berasal dari pelukis terkenal atau tidak, Yono mengaku lukisan ini bukan berasal dari pelukis terkenal. Karena tidak ada tulisan dari pelukisnya siapa. Namun ia meyakini lukisan jadul ini dibuat oleh pelukis-pelukis lama yang tidak dikenal, tapi hasilnya cukup bagus dan bernilai.

Meski hanya kolektor lukisan biasa, ia mengaku selalu menjunjung hasil karya seni dan budaya. Ia mengatakan, meskipun ini harganya murah, namun seni tetaplah seni. Seni memiliki eksistensinya sendiri dan tidak bisa diukur dengan uang. “Oleh karena itu, saya sangat menghargai hasil seni. Apalagi jika benda seni tersebut langka dan tidak ada yang punya,” ungkapnya. (rfk/aro)


Artikel Terkait

Sementara Itu ..

Terbaru

Populer

Menarik

Lainnya