RADARSEMARANG.COM – Sejak berdiri pada 2016, Yayasan Kasih Anak Kanker Indonesia (YKAKI) Cabang Semarang telah membantu sedikitnya 258 pasien kanker anak. Mereka mendapatkan pengobatan dan fasilitas pendukungnya secara gratis. Sebagian besar berhasil sembuh menjadi survivor, sementara 117 anak meninggal.
Vita Mahaswari merupakan penyanyi dan pelatih vokal ternama di Kota Semarang. Awalnya, Vita aktif membantu kegiatan sosial berbalut seni seperti konser amal untuk penggalangan dana. Kini, Vita menjadi Kepala Cabang YKAKI Semarang.
Delapan tahun lalu, Vita mengisi event Berani Gundul di YKAKI Jogjakarta. Sejak itulah ia terjun ke dunia relawanan yang fokus pada kanker anak. Ketulusannya berujung pada tawaran untuk mempimpin cabang Semarang dua tahun berikutnya.
“Sebelumnya nggak pernah nyangka, apalagi saya pekerja seni dan terbilang paling muda di antara ketua cabang lainnya di Indonesia,” tuturnya kepada RADARSEMARANG.COM.
Rata-rata ketua cabang merupakan orang tua survivor kanker anak dan pernah mengalami perjuangan sulit selama penyembuhan anaknya. Hal itu tak membuat Vita lantas sulit berempati meski tak mengalami langsung.
Yayasan yang dibinanya itu meng-cover seluruh biaya pengobatan, akomodasi, transportasi, hingga memenuhi akses hak pendidikan anak. Pihaknya memiliki rumah singgah yang disebut Rumah Kita YKAKI Semarang yang hanya berlokasi kurang dari satu kilometer dari RSUP dr Kariadi.
“Kita sebut Rumah Kita supaya anak-anak dan orang tua yang mendampingi bisa merasa nyaman seperti rumah sendiri, dan ini bagus untuk mendukung pemulihan,” imbuhnya.
Kebanyakan durasi pasien melakukan pengobatan selama 2,5 sampai 3 tahun. Oleh karena itu, Vita mengadakan program Sekolahku agar anak-anak yang menjalani pengobatan dan tinggal di sana tidak tinggal kelas atau putus sekolah.
Di sana ia memiliki dua orang guru untuk jenjang pendidikan tingkat SD hingga SMA. Programnya itu bahkan telah mendapat dukungan rekomendasi dari SK Kemendikbudristek dan setara dengan pembelajaran di sekolah lainnya.
“Khususnya anak-anak yang sudah remaja kan perlu motivasi langsung supaya tidak tertinggal dengan temannya di luar sana. Nanti kalau sudah sembuh kamu pengin jadi apa? Biar tetap semangat menjalani hidup,” tuturnya.
Saat ini, ada 14 anak dan 23 pendamping yang tinggal di Rumah Kita. Semua penghuni tampak berintaraksi dengan hangat layaknya keluarga dekat. Koran ini berbincang dengan beberapa orang tua pendamping pasien kanker anak di sana.
“Kalau nggak ada YKAKI, orang miskin seperti saya nggak tahu mau gimana buat ngerawat anak,” ungkap Sumarni, warga asal Pemalang yang hampir setahun mendapat fasilitas pengobatan dari yayasan sosial itu.
Para pendamping yang tinggal di sana juga bergantian memasak untuk anak-anak. Mereka saling memberi dukungan satu sama lain meski baru bertemu. Salah satunya Mama Salwa. Ia mendapat masukan dari RSUP dr Kariadi untuk pergi ke YKAKI Semarang. Sebelumnya, ia sempat ngekos di Genuk. Namun tak dapat memenuhi kebutuhan pengobatan dengan maksimal secara menadiri.
Usai mendengar yayasan itu, warga asal Blora itu bergegas menuju Rumah Kita dan bergabung bersama pasien anak lainnya. Sementara Zaitun mendapat informasi dari sesama orang tua pasien kanker anak saat melakukan kemoterapi di RSUP dr Kariadi.
Hampir semua yang menerima fasilitas merupakan masyarakat dengan tingkat ekonomi menengah ke bawah. Banyak di antaranya datang dari pelosok desa. Bahkan dari Aceh hingga Kalimantan Barat.
“Ada anak kita survivor dari Kalbar sekarang usia 20 tahun dan sudah bekerja di hotel. Beberapa kali juga kami libatkan di acara kanker anak untuk memotivasi. Pas perayaan Natal kemarin Jateng juga ikut tampil bernyanyi dan main gitar di depan pak gubernur,” ungkap Vita.
Diceritakan, anak-anak penyintas kanker dapat disebut sebagai survivor apabila sudah dapat lepas dari obat selama kurang lebih lima tahun. Pengobatan pun memakan waktu lama. Sehingga ia perlu menyiapkan dana yang tak sedikit.
Oleh karena itu, Vita aktif menggelar event charity penggalangan dana, khususnya pada bulan kepedulian kanker anak. Maret lalu, ia bahkan berhasil menghimpun lebih dari Rp 1 miliar dari Aksi Berani Gundul yang diikuti Gubernur Jateng Ganjar Pranowo.
“Tantangannya itu paling sulit mengedukasi orang tua dengan latar belakang pendidika rendah. Kita harus bisa menjelaskan agar mereka benar-benar mau mengupayakan dan memprioritaskan penyembuhan anak,” katanya.
Di tengah kesibukannya mengisi acara dan mengajar kelas vokal, Vita memaknai semua aksi sosial tersebut sebagai proses belajar, bersyukur, dan ladang ibadah berupa melayani anak-anak pasien kanker.
Lebih lanjut perempuan kelahiran 1976 itu kerap mengadakan event bermain ke alam terbuka, seperti berkunjung ke Taman Maerokoco. Ini menjadi bagian praktik kurikulum merdeka. Kemudian mengajak anak-anak nonton bareng film anak hingga bermain ke game center.
Dengan mengenakan pakaian adat Jateng, pada Hari Anak Nasional lalu, ia juga meramaikan dengan lomba-lomba, pentas seni, wisuda, pembagian medali dan sertifikat untuk anak-anak. (taf/aro)