30 C
Semarang
Tuesday, 14 October 2025

Populerkan Eco Fashion dengan Rangkul Ibu-Ibu Rumah Tangga, Produknya Tembus Mancanegara

Artikel Lain

RADARSEMARANG.COM – Pintya Dwanita Ayu Pratesthi tidak hanya membuat produk batik, craft, dan ecoprint ramah lingkungan. Tapi juga memberdayakan ibu rumah tangga sebagai mitra usaha. Workshop yang dibuka bahkan telah diikuti 2.000 orang lebih. Pameran lokal hingga INACRAFT 2022 diikuti. Produknya juga diborong Gubernur Jateng Ganjar Pranowo saat pameran Harkopnas.

Pintya Dwanita Ayu Pratesthi telah merintis usaha batik sejak 2015. Namun 2018 usahanya dirilis kembali dengan produk unggulan ecoprint dan craft. Ia melihat potensi eco fashion yang akan menjamur seiring bertambahnya kesadaran lingkungan masyarakat.

Sejak awal, ia sengaja merangkul ibu-ibu rumah tangga di sekitarnya untuk menjadi mitra usahanya. Mereka dilatih untuk menghasilkan produk ecoprint berkualitas. Kini sebanyak enam perajin ecoprint bekerja bersamanya.

“Jadi, walaupun kami industri rumahan dengan lahan terbatas, semuanya tetap bisa produktif berkarya,” ujarnya kepada RADARSEMARANG.COM.

Proses pengerjaan pun lebih fleksibel. Tak harus terpusat di satu lokasi produksi. Pertama praproduksi kain dicuci dan dimasak. Lalu tahap produksi kain ditumbuk dengan cetakan daun asli atau dikukus untuk mengeluarkan motif daun.

Kemudian kain yang sudah digarap memasuki tahap penguncian warna dan pencucian akhir. Biasanya proses fiksasi ini digarap di satu tempat untuk menghemat penggunaan air.

Seluruh proses produksi selembar kain ecoprint itu memakan waktu satu minggu. Namun Pintya dan perajinnya mampu menghasilkan 100 lembar kain dalam sebulan.

Kain ecoprint pun siap dijual atau diolah menjadi bahan kerajinan lainnya, seperti pouch, sajadah, eco bag ataupun pakaian. Harga kain dibanderol mulai Rp 285.000 hingga Rp 1,5 juta. Lalu pakaian kisaran Rp 450.000.

“Paling banyak dibeli pas pameran seperti ini produk kerajinan barang-barang kecil, seperti pouch dan sajadah, karena relatif murah di bawah Rp 100.000,” ungkapnya.

Bahkan di hari pertama pembukaan Hybrid Expo Harkopnas Jateng lalu, Gubernur Jateng Ganjar Pranowo memborong 15 buah pouch sekaligus. Begitu memasuki area pameran, Ganjar langsung tertarik dan tanpa ragu membeli.

Di samping berjualan, Pintya juga membuka workshop berbayar bagi masyarakat umum. Hampir setiap bulan agenda private workshop atau mengisi undangan selalu padat. Kini, lebih dari 2.000 peserta telah berlatih bersamanya. Ia membuka workspace di Jalan Kanfer Raya T-2 Banyumanik, Kota Semarang.

“Ada yang pengin mencoba buat ecoprint karena penasaran. Ada juga yang memang belajar untuk memulai bisnis,” tutur perempuan berusia 27 tahun itu.

Di samping pameran lokal, belum lama ini ia berpartisipasi dalam pameran dagang di Jakarta dan INACRAFT 2022. Bahkan produknya pernah dibawa dinas untuk ikut pameran di Dubai pada tahun yang sama.

“Di pameran besar gitu biasanya 50 persen barang kita pasti habis terjual. Mereka nggak terlalu mikir harga, tapi lihat kualitas produk,” katanya.

Terlebih pembeli dari mancanegara biasanya cenderung memilih bahan mentah untuk diolah sendiri sesuai selera. Menurutnya, konsumen yang berasal dari negara maju lebih memiliki minat terhadap eco fashion. Pasalnya, bahan kain yang digunakan Pintya juga merupakan serat alami.

Seperti katun, sutra, linen, tenun ATBM, blacu, dan kanvas. Ia mengklaim produknya lebih dari 90 persen ramah lingkungan. Mulai pembeli dari Jepang, Singapura, Malaysia, Korea Selatan, Filipina, Libanon, hingga Dubai tertarik pada produk fashion ramah lingkungan itu. Sementara konsumen lokal berasal dari pembeli usia 40-50 tahun.

Lulusan Fakultas Perikanan Undip 2016 ini juga dibantu para distributor untuk memasarkan produknya. Ia menitipkan dagangannya di tujuh galeri yang tersebar di Semarang, Salatiga, dan Jakarta. Sebagian lainnya dijual sendiri melalui marketplace online. Dalam waktu dekat, ia akan merekrut pegawai untuk mengurus penjualan dan pemasaran. Pintya juga mulai merambah untuk produksi suvenir dalam skala besar.

“Orang sering mikir kalau produk handmade nggak bisa dibuat suvenir, kami sudah membuktikan kemarin 500 pesanan pouch,” ujarnya.

Perempuan yang bergabung di Koperasi Wirausaha Juara Sejahtera itu akan terus melanjutkan misinya untuk memberdayakan ibu rumah tangga, membuka ruang belajar ecoprint, dan mendorong kesadaran dan memopulerkan eco fashion(taf/aro)


Artikel Terkait

Sementara Itu ..

Terbaru

Populer

Menarik

Lainnya