RADARSEMARANG.COM – Melalui Bank Sampah Resik Becik, Nunuk Sarah Zenubia berkeliling Kabupaten Kendal bersama anggota dan relawan. Mulai SD, Puskesmas hingga kantor kelurahan didatangi. Nunuk mengajak mereka untuk melek dengan krisis lingkungan. Lalu belajar menabung dan mengelola sampah hingga menjadi emas dan dinar.
Nunuk Sarah Zenubia miris melihat permasalahan sampah di Kabupaten Kendal yang cukup tinggi. Sehingga membuat dua Tempat Pembuangan Akhir (TPA) di Kendal overload. Bahkan ditutup. Lantaran produksi sampah di Kabupaten Kendal mencapai 200 ton per hari. Karena ingin menjadi bagian dari solusi, Nunuk awalnya membentuk Komunitas Bank Sampah Resik Becik pada November 2013. Hingga akhirnya menjadi Bank Sampah Induk (BSI) Kendal pada 2020.
Nunuk—sapaan akrabnya—memulai gerakan peduli lingkungan dari akarnya. Yakni, dengan menjemput sampah. Setiap Jumat hingga Minggu, Nunuk bersama 14 anggotanya memberikan layanan jemput sampah dari lingkup perumahan, sekolah, kelurahan, pertokoan, hingga Puskesmas. Tak jarang, para nasabah juga mengantarkan sampahnya sendiri ke sekretariat BSI Kendal.
“Awalnya image masyarakat tentang bank sampah itu kayak lapak. Padahal bukan,” tutur Nunuk saat ditemui RADARSEMARANG.COM.
Nunuk melanjutkan, tugas Bank Sampah sesuai dalam Peraturan Menteri LHK No 14 Tahun 2021 tentang Pengelolaan Sampah Pada Bank Sampah. Yakni, bank sampah menjadi lembaga yang mengedukasi dari hulu (rumah/sumber sampah lainnya). Itu supaya terjadi perubahan perilaku pemilahan sampah dari sumber. Selanjutnya dikumpulkan ke bank sampah, kemudian diolah dengan pendekatan pemberdayaan masyarakat. Selain itu, juga ke arah penerapan ekonomi sirkular (pemanfaatan sampah sebagai bahan baku lanjutan).
“Selain itu, kami lakukan pendekatan dan sosialisasi kepada masyarakat bahwa melalui sampah itu bisa untuk menabung dan menghasilkan emas,” jelasnya.
Nunuk menceritakan, BSI Kendal sempat mengalami jatuh bangun. Bahkan hampir tutup karena belum memiliki kantor permanen. Padahal BSI Kendal memiliki potensi lebih. Seperti pengolahan sampah organik skala besar. Dengan sarpras yang minim, tidak membuat Nunuk dan anggotannya berkecil hati. Mereka ingin masyarakat melek krisis lingkungan. Sehingga bisa berpartisipasi dengan mengolah sampah. Hingga akhirnya BSI Kendal berhasil meraih juara III dalam Festival Lingkungan Astra Bank Sampah Competition 2020.
“Karena belum ada tempat untuk menampung sampah-sampah dan hampir nyerah dengan BSI ini. Tapi, sejak juara itu Alhamdulillah BSI Kendal mulai dapat perhatian dari yang lainnya. Sekarang malah jadi binaan PT Astra Internasional Tbk,” terangnya di kantor sekretariat BSI Kendal, Kelurahan Langenharjo.
BSI Kendal tidak hanya menjemput sampah. Namun mengolahnya menjadi barang yang lebih bermanfaat. Programnya juga tak melulu menabung sampah jadi rupiah. Melalui BSI, rupanya turut mengatasi kemiskinan di Kendal. Itu karena di BSI Kendal ada program berobat bayar pakai sampah, tukar sampah jadi sembako, tukar sampah di sekolah, hingga sampah jadi investasi.
Saat ini, ada sekitar 500-an nasabah BSI Kendal. Dengan mitra wilayah perumahan di Kota Kendal, Kaliwungu, Ngampel, Kaliwungu Selatan, Weleri, Pegandon, Ringinarum, dan Brangsong. Mitra lainnya yakni tujuh sekolah dan pondok pesantren (ponpes), dua Puskesmas, empat lembaga OPD, dua toko, serta lima komunitas di Kendal. Dari sana, BSI Kendal bisa memperolah omzet hingga Rp 3 juta per bulan.
“Sekarang ada 15-an nasabah yang sudah investasi emas di BSI Kendal. Jadi, nasabah yang menukar sampah harga Rp 80 ribu mendapatkan MR Gold ukuran 0.05 gram. Itu bisa dikumpulkan sebanyak 85 keping lalu bisa dapat dinar,” jelas Nunuk ramah.
Terlepas dari program yang telah diupayakan, Nunuk memiliki perhatian khusus dengan anak-anak. Khususnya anak usia SD. Menurutnya, anak-anak pada usia itu mudah diajari hal baru. Selain itu, lingkup sekolah mampu membiasakan perilaku cinta lingkungan. Secara tidak langsung akan membentuk karekter anak. Itu membuat Nunuk meluncurkan program Outbond Edukasi. Yakni, Omah Kebon Bank Sampah Kendal dengan sasaran anak SD.
“Pernah di salah satu SD di Kendal, anak-anak ketagihan karena mereka merasa asyik belajar tentang pengelolaan sampah di luar sekolah. Jadi, ada permainan di sela anak-anak belajar mengolah sampah,” bebernya.
Nunuk berharap Pemerintah Kabupaten Kendal bisa memberikan dukungan lebih optimal terhadap BSI Kendal. Rencananya, BSI Kendal akan membuat sekolah edukasi pengelolaan sampah di RTH Langenharjo.
“Kami berharap dari TP PKK Kendal juga bisa mendukung program-program kami. Karena saat ini, selain fokus pengelolaan sampah anorganik, kami juga tengah uji coba pengolahan sampah organik untuk pakan magot. Jadi, itu bisa untuk pakan ikan lele. Itu juga bisa membantu mengatasi stunting di Kendal,” jelasnya. (dev/aro)