RADARSEMARANG.COM – Mengemban tugas menjadi seorang tokoh masyarakat memang tidak mudah. Selain dikenal banyak orang karena jabatannya, pengalaman pun patut diperhitungkan. Baik pengalaman berorganisasi dan bersosialisasi kepada masyarakat.
Seperti yang dialami Sunarso. Ia menjabat sebagai ketua RW 09 di Kelurahan Sawah Besar selama 13 tahun. Sebelumnya ia juga pernah menjabat sebagai ketua RT 01 RW 09 Kelurahan Sawah Besar sekitar 10 tahun.
“Awalnya tidak mudah. Saya jadi ketua RT itu sejak awal menikah, dulu masih sangat muda. Karena sejak remaja sudah aktif berorganisasi, menjadi guru ngaji, dan guyub dengan masyarakat. Akhirnya mereka percaya dan memilih saya jadi ketua RT,” ujar Sunarso kepada RADARSEMARANG.COM.
Partisipasi dan dukungan warga menjadi penyemangatnya untuk kemajuan wilayah. Komitmen inilah yang selalu ia gencarkan. Selama 23 tahun mengemban tugas menjadi orang kepercayaan masyarakat. Banyak keberhasilan yang ia dapatkan.
Saat koran ini mendatangi rumahnya di Jalan Batursari, Kelurahan Sawah Besar terlihat banyak penghargaan yang ia terima. Sunarso sedang membersihkan piagam-piagam yang pernah didapatkannya. Semua penghargaan ia pasang rapi di dinding rumahnya. Piala yang pernah disabetnya pun ia tata rapi di meja.
Beberapa penghargaan yang pernah didapatkan pria kelahiran 12 Juli 1967 ini diantaranya, Juara 1 Penggerak Kerja Bakti se-Kota Semarang, Tokoh Warga Pro Hijau, Juara Spirit Warga Kategori Best of The Best Semarang Kotaku Hijau Tahun 2009, Juara 3 Spirit Warga 2007, Juara 3 Taman Dan Toga Semarang Rob, Juara 3 Lomba Tanam Semarang Bawah, serta Juara 1 dan 3 Poskamling dalam bidang keamanan.
Selain itu ia juga melakukan perbaikan jalan, saluran air, dan fasilitas penunjang lain yang dibutuhkan warga. Seperti posyandu. Namanya Posyandu Adinda. “Saya mencetuskan posyandu ini tujuannya agar pertumbuhan anak bisa terpantau dengan baik. Pembangunannya pun bentuk swadaya dari masyarakat,” jelasnya.
Sampai saat ini kegiatan posyandu masih berjalan. Setiap bulan ada penimbangan balita dan pemberian gizi yang lain pada anak. Tak hanya itu, berkat Sunarso, pada 2020 musala yang berada di kampungnya bisa menjadi masjid. Namanya masjid Al Ma’ruf. Masjid ini diresmikan secara langsung oleh Wali Kota Semarang Hendrar Prihadi.
“Saat peresmian Pak Hendi datang ke sini. Warga juga senang karena bisa salat Jumat di sini. Kegiatan saat hari Jumat pun diisi dengan berbagi makanan kepada jamaah. Ini juga bentuk dari antusias warga, siapapun yang ingin berbagi akan dipersilakan,” tambahnya.
Ayah dari dua orang anak ini selalu mensyukuri apa yang telah menjadi takdirnya. Saat ditanya suka dukanya dalam memimpin masyarakat. Pria berusia 55 tahun ini sangat menikmati menjadi seorang ketua RW. Menurutnya bisa membantu orang dan berbaur dengan masyarakat mempunyai kesan tersendiri.
“Niatnya ibadah. Saat jadi pemimpin saya juga berdakwah dengan menyampaikan kebaikan kepada masyarakat. Berpedoman dari figur seorang pemimpin. Apabila pemimpin ini bisa memberikan contoh yang baik kepada warganya maka mereka akan patuh,” jelasnya.
Soal duka, ia tidak merasa kesusahan dalam mengatur warga. Hanya saat ada kesalahpahaman antarwarga, terkadang membutuhkan bantuannya untuk menemukan solusi. Tak hanya itu, ketika ada bantuan sosial (bansos) dari pemerintahan juga sering menimbulkan konflik. Misalnya saat sebagian warga mendapat bantuan, yang tidak dapat akan iri. Hal ini ia siasati dengan kerukunan yang menjadi prioritas di kampungnya.
Sesuai dengan kesepakatan bagi warga yang mendapatkan bansos akan menyisihkan uangnya untuk dibelikan sembako dan dibagikan kepada warga yang tidak mendapat bansos. Cara ini pun manjur digunakan. Tak hanya itu ketika ada warga pendatang yang berbuat onar, Sunarso pun tak jarang turun tangan untuk melerai.
Honor yang didapatkannya pun tak seberapa. Awalnya Rp 100 ribu hingga saat ini menjadi Rp 600 ribu sebagai ketua RW. Uang ini biasanya disebut sebagai uang transport dan operasional. Saat ini ada 125 KK yang ia bina di RW 09.
“Alhamdulillah semua di sini sudah tercukupi. Saya hanya berharap ada renovasi untuk posyandu. Setidaknya bisa dilirik oleh pemerintah karena bangunannya saat ini sudah sangat pendek karena terkena banjir,” tuturnya. (cr4/ton)