RADARSEMARANG.COM – Salamun Ukhwah sehari-hari menjadi nelayan. Namun warga Jalan Tambakrejo RT 03 RW16, Kelurahan Tanjung Mas, Semarang Utara ini juga membuat kerajinan yang memanfaatkan sampah yang banyak ditemukan di pantai utara Semarang.
Salamun Ukhwah adalah pemilik kerajinan Merak Raja. Awal membuat kerajinan berbahan dasar sampah karena melihat kondisi laut utara Jawa dipenuhi limbah yang menutupi akses perahu nelayan untuk melaut. Sehingga ia tergerak untuk mengumpulkan sampah yang berserakan tersebut.
Awalnya, pria 45 tahun ini hanya berniat untuk mengumpulkan sampah-sampah tersebut lalu dijual sebagai tambahan penghasilan. Namun karena harga jual sampah yang rendah, membuatnya berubah pikiran. Akhirnya, ia memanfaatkan sampah yang terkumpul menjadi produk kerajinan bernilai jual tinggi.
“Sekilo kalau dijual hanya laku Rp 1.500, Mas. Terus saya mikir, tak coba potong-potong buat mainan anak. Eh ternyata banyak yang minat, akhirnya keterusan,” ceritanya kepada RADARSEMARANG.COM.
Ia mulai menekuni hobi itu sejak 2016 silam. Ia mengumpulkan berbagai sampah laut, seperti kaleng makanan, botol kaca, dan bambu. Kemudian dari sampah sampah tersebut ia ubah menjadi kerajinan berupa burung merak, ayam jago, vas bunga, hingga miniatur kapal. Ia mengerjakan di rumah sederhananya berukuran 4×4 meter di Jalan Tambakrejo RT 03 RW16, Tanjung Mas.
Salamun menambahkan, pada awalnya ia tak mematok harga kerajinan yang dibuat. Karena ia hanya ingin menyalurkan hobi dan bakatnya. Sampai suatu waktu ada kolektor dari luar kota yang menginginkan hasil karyanya, dan ditawar dengan harga Rp 400.000. Kini, kerajinan merak miliknya sudah mencapai harga Rp 1,5 juta.
“Kalau untuk ukuran yang kecil, seperti ayam jago dan murai itu Rp 250.000, dan untuk miniatur kapal saya kasih harga Rp 300.000 –Rp 450.000,” jelas bapak dua anak ini.
Ia mengaku, awalnya kesulitan memasarkan hasil karyanya. Dia harus mempromosikan dari mulut ke mulut hingga suatu ketika Salamun diminta mewakili RT-nya untuk ikut lomba kreativitas di tingkat kelurahan pada 2018. Kini, karyanya sudah dilirik hingga mancanegara
“Dulu masih getok tular, Mas. Belum ada yang mengenali. Sampai akhirnya ikut lomba kelurahan dan meraih Juara I. Dari situlah karya saya mulai dikenal. Bahkan, sempat ada kunjungan dari kelurahan yang membawa orang dari Malaysia dan Singapura. Terus beli karya saya,” kenangnya sembari tersenyum bangga
Dalam sehari, ia mampu memproduksi dua hingga empat kerajinan ayam jago berukuran 30 cm. Untuk kerajinan burung merak berukuran 90 cm, ia membutuhkan waktu lima hari sampai satu minggu. Ia mengaku sempat vakum membuat kerajinan lantaran stok kaleng yang didapat dari laut mulai menipis. Terkadang ia mendapatkan limbah kaleng dari tetangga.
“Untungnya tetangga support dan sudah tahu. Kalau mereka punya kaleng, sana kasih ke Pak Salamun,” ungkap pria kelahiran Demak ini.
Meski tak mampu secara masif menyelesaikan permasalahan sampah di laut seorang diri, Salamun mengaku bangga dengan apa yang dikerjakan. Ke depannya, Salamun berencana untuk mendirikan galeri untuk memajang karya miliknya.
Selain itu, ia ingin mencoba membuat pelatihan agar kemampuan membuat kerajinan seperti dirinya mempunyai generasi penerus. “Tak ada yang namanya limbah selagi kita mau mengubah semua akan menjadi indah,” katanya bijak. (cr6/aro)