RADARSEMARANG.COM – SD Negeri 02 Langensari, Ungaran Barat baru saja meraih penghargaan sebagai Sekolah Adiwiyata Tingkat Nasional. Sekolah ini mengenalkan pelestarian alam sejak dini kepada para siswa.
Memasuki gerbang SD Negeri Langensari 02 tampak asri. Sekolah ini penuh pepohonan rindang. Di setiap sudut sekolah juga dipenuhi tanaman. Ada taman vertikal memanfaatkan botol air mineral. Di setiap kelas juga ada tanaman dalam pot yang digantung. Di sekolah ini juga terdapat green house mini.
Di tempat ini terdapat pembibitan tanaman toga, sayuran, buah, dan tanaman hias. Juga terdapat karantina tanaman percobaan, tanaman pembelajaran, tanaman langka, tanaman sakit dan tanaman koleksi. Selain itu, di sekolah ini terdapat tempat pengolahan sampah dan kantin sehat.
Robertus Dwi Supriyana, guru yang diamanahi mengurusi penilaian Adiwiyata mengungkapkan, SD Negeri Langensari 02 memiliki perbedan dengan sekolah lain dalam menciptakan lingkungan sekolah yang hijau. Misalnya, terdapat beberapa fasilitas untuk para siswa melakukan penerapan ilmu pelestarian alam.
“Kami sediakan media untuk anak-anak bisa menyalurkan apa yang sudah mereka dapat di dalam kelas, khususnya dalam pelestarian lingkungan” katanya saat ditemui RADARSEMARANG.COM.
Misalnya pemanfaatan taman yang berada di area sekolah. Taman tersebut berasal dari inisiatif guru dan siswa untuk memberikan keindahan serta penghijauan di area sekolah. Saat ini, berbagai tanaman telah tumbuh di taman tersebut. Mulai dari lidah buaya, kunyit, temulawak, tumbuhan kumis kucing, dan aneka tanaman hias. “Semua ini ya dari siswa, Mas. Mereka bawa dari rumah terus ditanam di sini,” ujarnya.
Selain untuk memberikan kesan yang indah dan hijau. Tanaman yang ada di taman tersebut juga bisa dimanfaatkan. Dwi mengatakan, selama pandemi Covid-19, pihak sekolah beserta murid telah membuat inovasi yang menghasilkan beberapa produk. Seperti hand sanitizer yang dibuat dari tumbuhan lidah buaya dan jeruk nipis.
Kemudian tanaman kunyit dan temulawak yang bisa dimanfaatkan untuk meningkatkan daya tahan tubuh dan nafsu makan anak. Inovasi tersebut untuk mencegah penularan Covid-19 di lingkungan sekolah.
“Untuk hand sanitizer, saya sudah masukkan ke BPOM dan tinggal menunggu suratnya. Produknya pun sudah digunakan oleh siswa,” katanya.
Dwi mengatakan, selain pemanfaatan tanaman yang ada di taman sekolah, ia dan para guru juga menanamkan arti penting menjaga kebersihan lingkungan. Hal tersebut terwujud dengan adanya tempat pengolahan sampah yang ada di area sekolah. Pihak sekolah juga menyediakan tempat sampah sesuai dengan jenis sampah.
Hasil pengolahan dari sampah tersebut nantinya akan dijadikan pupuk kompos. Hal tersebut menjadi media tambahan anak untuk belajar bagaimana cara menejemen sampah dan memilahnya. “Untuk tempat komposernya saat ini kurang maksimal karena adanya pandemi Covid-19,” ujaranya.
Di area belakang sekolah juga terdapat green house yang berisikan tanaman-tanaman hasil pembelajaran siswa. Anak-anak bisa memanfaatkan tempat tersebut untuk latihan bertanam serta merawat tumbuhan.
Bagi Dwi, fasilitas tersebut dibangun agar anak-anak bisa nyaman dan senang untuk belajar, khususnya pembelajaran tentang lingkungan hidup. “Minimal anak-anak bisa merasa senang dahulu agar mereka bisa beradaptasi,” katanya.
Lahan kosong juga dimanfaatkan dengan baik oleh pihak sekolah. Lahan tersebut disulap menjadi sebuah kebun yang nantinya hasilnya bisa dipanen untuk membantu siswa yang kurang mampu. Kebun tersebut ditanami ketela. Semua kegiatan yang berkaitan dengan penilaian Adiwiyata diintegrasikan pada saat pembelajaran di kelas.
Seperti bagaimana melakukan penghematan air dan listrik, kemudian bagaimana cara melakukan pelestarian lingkungan hidup. Dengan jumlah siswa 270 anak, Dwi dan para guru lainnya berusaha keras untuk mewujudkan apa yang ingin dicapai.
“Intinya kami bisa memberikan bekal untuk anak. Agar mereka memiliki memori tentang pelestrian lingkungan hidup,” tegasnya.
Semua hal tersebut terbantu dengan adanya pendampingan dari Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kabupaten Semarang yang terus mendampingi SD Negeri Langensari 02. Pihak DLH selalu mendukung pihak sekolah yang ingin menanamkan tentang pelestarian lingkungan hidup.
“Motivasi dari mereka sangat bagus. Namun terkadang pemberian tanaman dari mereka tidak sesuai dengan apa yang kita inginkan. Tapi tetap kita maksimalkan,” imbuhnya.
Dwi mengatakan, untuk ke depannya pihak sekolah tengah mempersiapkan kegiatan-kegiatan yang berkaitan dengan pelestarian. Salah satunya untuk pengolahan limbah elektronik.
Seperti kabel-kabel atau komputer yang sudah tidak terpakai nantinya akan diolah menjadi barang yang memiliki nilai kegunaan dan disimpan di tempat khusus agar terjamin keamanannya. Hal tersebut dikarenakan rentan dengan lingkungan, khususnya lingkungan anak-anak SD.
Selain itu, nantinya akan ada peningkatan kegiatan serta pembentukan kader-kader dan memfasilitasi peningkatan kompetensinya. Kader-kader yang nantinya akan dibentuk berasal dari seluruh siswa SD Negeri Langensari 02.
Selain itu, para guru juga memiliki peran penting yaitu sebagai motivator sekaligus pembimbing. “Intinya itu yang bisa kita lakukan. Walaupun terlihat sepele, tapi untuk menanamkan dan membentuk budaya anak butuh perjuangan juga,” ujarnya. (cr5/aro)