32.2 C
Semarang
Saturday, 21 June 2025

Toni Yogo Pamungkas, Pemuda Semarang Ini Sukses Sulap Paralon Bekas Jadi Kerajinan Bernilai Jual

Artikel Lain

RADARSEMARANG.COM – Pipa paralon bekas di tangan Toni Yogo Pamungkas bisa menjadi kerajinan tangan yang menarik. Bahkan, karyanya sudah dipasarkan hingga Jambi dan Kalimantan.

Toni Yogo Pamungkas atau akrab disapa Toni Tomblok membuat kerajinan dari pipa paralon bekas sejak sekitar tujuh tahun yang lalu. Potongan pipa paralon ukuran 3 dan 4 inchi itu disulap menjadi sejumlah produk kerajinan. Di antaranya, lampus hias, tas, teko, gelas, jam dinding, vas bunga, celengan, dan hiasan kolam.

Saat ditemui di rumahnya yang sekaligus menjadi bengkel kerja, Toni menceritakan, awalnya ia hanya membuatkan deck penutup motocross mini milik anaknya. Kebetulan deck penutup itu pecah saat anaknya terjatuh dari motocross mini.

Nah, saat pembuatan itu, ia menemukan keunikan dari pipa paralon yang dipakai.

“Saat pipa paralon dibakar kok muncul motif, lalu saya muncul ide untuk membuat handycraft dari sisa-sisa limbah paralon yang tidak terpakai,” ceritanya kepada RADARSEMARANG.COM di rumahnya Kampung Kliwonan RT 2 RW 3 Gunungpati, Semarang.

Dijelaskan, untuk pembuatannya, alat yang digunakan juga tidak susah, yaitu blower sebagai pemanas, bor untuk melubangi dan membuat motif, serta grinda untuk memotong dan menghaluskan.

Untuk tahapannya, pria yang akrab disapa Toni Tomblok ini menyiapkan pipa paralon warna putih. Sebab, kalau pakai pipa warna abu-abu, hasilnya kurang maksimal. Untuk membuat lempengan yang datar, maka pipa paralon lebih dulu dibelah di bagian tengah, lalu dipanasi pakai blower. Pemanasan ini juga untuk mendapatkan motif seperti kulit kayu. Setelah itu, pipa paralon dipres pakai keramik tunggu satu sampai dua menit.

“Untuk pipa paralon tipis, tidak bisa dipanasi. Biasanya di-airbrush,” jelasnya.

Toni lalu mencontohkan cara membuat lampu hias. Potongan pipa paralon itu  diukir permukaannya menggunakan mini grinda. Biasanya gambar wajah pemesan maupun tokoh penting. Ada juga motif kaligrafi. Gambar akan jelas terlihat jika bola lampu yang dipasang di dalam dinyalakan.

“Ini lampu hias lukis wajah, harganya Rp 125 ribu, dan yang ukirnya tembus seperti kaligrafi harganya Rp 200 ribu. Belum termasuk saklarnya. Biasanya nambah Rp 15 ribu untuk lampu dan saklarnya,” katanya.

Lampu-lampu hias itu bergambar wajah Wali Kota Semarang Hendrar Prihadi (Hendi), Wakil Wali Kota Hevearita Gunaryanti Rahayu (Mbak Ita) dan wajah Gubernur Jateng Ganjar Pranowo.

Untuk produk tas dari pipa paralon, Toni menjualnya dengan harga Rp 125 ribu. Sedangkan produk teko satu set dengan gelas seharga Rp 125 ribu.

Tak hanya itu, Toni juga membuat miniatur hiasan kolam yang mengeluarkan suara gemuruh air dan musik. “Kalau miniatur hiasa kolam ini harganya Rp 2,5 juta, Mas,” ujarnya.

Toni mengaku mendapatkan pipa paralon tersebut dari tukang rosok. “Kalau yang lampu ukir ini ya paralon baru. Kalau yang bakar seperti tas ini dari paralon bekas Mas.  Saya beli sekilo Rp 50 ribu. Kalau dibuat kerajinan  bisa jadi Rp 700 ribu,” katanya.

Diakui, sampai saat ini, karya terbesarnya adalah membuat gapura dari paralon yang sering dipasang di berbagai acara. “Saya masih berencana membuat sepeda dari paralon, Mas,” ujar Toni.

Diakui Toni, ia pernah menjadi juara lomba kerajinan. Selain itu, para pejabat pemerintah kerap membeli hasil karyanya. Saat ini, ia menggandeng karang taruna di kampungnya untuk mengikuti jejaknya membuat handycraft yang ditekuninya. “Karena mampu saya ya cuma ini, sekarang saya tularkan ke pemuda-pemuda sini,” katanya.

Ketua Karang Taruna Kelurahan Gunungpati Hilmi Murtadha mengajak teman-temannya untuk menimba ilmu membuat handycraft dari sosok Toni Tomblok. “Kami berencana untuk membuat papan nama dan nomor rumah dari pipa ini, Mas,” ujarnya sambil membantu Toni Tomblok. (fgr/aro)


Artikel Terkait

Sementara Itu ..

Terbaru

Populer

Menarik

Lainnya