RADARSEMARANG.COM – Menjadi pegawai negeri sipil (PNS) bukan berarti tidak bebas berkreativitas. Nanda Cahyadi Pribadi, Yusuf Ari Wibowo, dan Labbaika Nugroho justru berkarya melalui musik. Mereka membentuk band. a-Linea 8 namanya.
Semua personel a-Linea 8 berlatar belakang PNS yang hobi musik. Mereka senang menyanyikan lagu orang. Biasanya manggung saat HUT Kota Mungkid atau acara formal. Hingga akhirnya mereka menyanyikan lagu sendiri.
RADARSEMARANG.COM berkesempatan bertemu a-Linea 8, Kamis (10/2) sore lalu. Ketiganya lantas bercerita tentang bagaimana a-Linea 8 tercipta.
Nanda menuturkan, band ini berdiri di masa awal pandemi Covid-19. Berawal ketika ia membuat lagu berjudul Garis Kisah pada April 2020 lalu. Asisten Pemerintahan dan Kesejahteraan Rakyat Kabupaten Magelang ini mengarang lagu ditemani sang istri. Di tengah malam yang sunyi lantaran PPKM.
“Mbuh lagu opo nggak kepikir. Tahu-tahu nulis aja sama bawain gitar. Terus malam itu langsung saya kirim ke Pak Yusuf, Pak Camat Sawangan,” ujar Nanda sembari menunjuk Yusuf yang duduk di sebelahnya.
Karyanya disambut hangat oleh Yusuf. “Mas, digawekke lagu sisan,” kata Nanda menirukan ucapan Yusuf. Setelah itu, Garis Kisah direkam.
Yusuf tertarik dengan lagu Garis Kisah, sebab menurutnya unik. Dia memanfaatkan semangat Nanda yang tengah terbakar. “Tak gas sekalian,” ujar Yusuf.
Kebetulan, Yusuf sudah lebih matang soal musik. Dia sudah tampil dari panggung ke panggung. Bahkan sejak SMA. “Waktu itu sempat mikir lulus SMA mau merantau ke kota dan jadi artis,” kenang Yusuf sambil tersenyum.
Namun akhirnya dia masuk STPDN. Menjadi PNS, Yusuf sempat vakum bermusik bertahun-tahun. Namun, akhirnya aktif kembali. “Sampai sebelum pandemi, saya memang player di bar, di hotel, di event rock Jateng-DIJ,” ucapnya.
Untuk rekaman dan tetek bengek produksi karya ini, Yusuf pun menjadi aktor di dapur produksi. Relasinya tentang musik sudah kadung banyak. Pun dengan kemampuannya.
Yusuf bisa bermain gitar. Begitu pula dengan Nanda. Ketika lagu Garis Kisah tercipta, keduanya sempat bingung siapa yang menjadi vokalis. Kemudian ditunjuklah Labbaika Nugroho, yang kini menjabat sebagai Kepala Dispermades Kabupaten Magelang.
“Waktu itu sempat mikir vokalisnya perempuan. Tapi akhirnya sudah, Om Labbaika aja,” kata Nanda.
Labbaika senang bergabung bersama a-Linea 8. Terlebih dia memang gemar bernyanyi. Meskipun sempat kurang percaya diri dengan kemampuan yang menurutnya masih di bawah Yusuf dan Nanda.
“Saya penyanyi kamar mandi,” kata Labbaika terkekeh.
Namun dia merasa mantap bergabung sebab menganggap Nanda sebagai kakak dan Yusuf sebagai adik. Kebetulan, ketiganya satu almamater. Hanya beda angkatan. “Jadi, nggak mungkin mereka mem-bully. Beliaunya juga cocok, jadi tak wani-wanike,” ujar Labbaika.
Selain itu, Labbaika merasa cocok dengan lagu-lagu ciptaan Nanda. Syairnya bagus. Tidak banyak membahas cinta, tetapi cenderung berpesan tentang kehidupan. “Menghafal lirik kalau nggak senang kan susah,” ucap pria yang juga pernah menjabat Camat Muntilan ini.
“Tapi pesan saya, jangan pakai not tinggi-tinggi. Karena mulainya kan sudah tua,” imbuhnya sembari tertawa renyah.
Begitu personel lengkap, ketiganya melakukan rekaman Garis Kisah. Lagu ini menggambarkan situasi pandemi Covid-19. Liriknya mengajak pendengar untuk tetap bersemangat dan optimistis.
Namun begitu hendak di-launching, mereka bingung. Band belum memiliki nama. Akhirnya tercetus a-Linea 8. Diambil dari kata “alinea”. Filosofinya, dalam karya tulis, saban alinea mengandung ide dan makna. Sementara angka 8 didapatkan dari hitung-hitungan angkatan ketiganya dalam menempuh pendidikan di STPDN.
“Angka 8 dipilih karena saya STPDN angkatan 05, Pak Labbaika angkatan 09, Pak Yusuf angakatan 12. Kalau dijumlah ketemu 26. Nah 2 tambah 6 itu 8,” jelas Nanda.
Angka 8 juga dimaknai simbol kesinambunga. Nanda pun berharap silaturahmi mereka terus terjamin. Rezeki juga selalu lancar.
“Terus di seni itu nggak ada nilai 10. Tertinggi 8,” imbuh Yusuf.
“Angka 8 juga simbol kedewasaan, Mbak,” lanjut Labbaika sembari meletakkan secangir teh yang baru dia minum ke meja.
“Kalau Alinea 1 kan bayi, ya 8 dewasa. Kalau 9 dan 10 wes lansia,” canda Labbaika. Disusul tawa renyah Nanda, Yusuf, dan wartawan koran ini.
Begitu a-Linea 8 terbentuk dan lagu perdana diluncurkan, ketiganya tidak menyangka mendapat apresiasi banyak orang. Saat itu, Yusuf bersemangat lantaran berpikir karya mereka bisa jadi sebuah ide yang belum tentu sepuluh tahun lagi terulang.
Sementara Nanda hanya berpikir untuk menuangkan hobi dan ide. “Tapi dari situ memang muncul ide-ide selanjutnya,” ucap Nanda.
Kini a-Linea 8 sudah meluncurkan sembilan lagu. Delapan ciptaan Nanda dan satu ciptaan Yusuf. Alirannya pop. Semua lagu bisa didengarkan di kanal YouTube a-Linea 8. Satu lagu di antaranya, yakni Garis Kisah, malah sudah merambah ke Spotify, Joox, dan Apple Music.
“Baru launching, sudah ada lagu lagi, Mbak. Saya ngapalke lagi,” Labbaika kembali terkekeh.
Yusuf pun memuji kedua rekannya. Menurut pria berkacamata ini, Nanda dan Labbaika merupakan marketing ulung yang mampu membuat karya mereka didengar ribuan kali. “Kalau gue yang masarin, nggak akan selaku itu,” ujarnya.
“Lagu Relevan rilis. Itu bagi kami lagu termenye-menye. Tapi paling disukai. Views tertinggi, sekitar delapan ribu,” imbuhnya.
Soal video klip, Nanda, Yusuf, dan Labbaika memproduksi sendiri. Biasanya setelah pulang kerja. Tak jarang, juga di akhir pekan. Bahkan pernah, video klip dibuat ketika Yusuf baru saja opname dari rumah sakit. Video diambil di ruang tamunya.
“Disempatkan. Prinsip kami, yang penting tidak mengganggu pekerjaan,” ucap Nanda.
Sayang, lantaran pandemi Covid-19, a-Linea 8 belum pernah manggung. Padahal banyak tawaran. Mereka juga menyimpan keinginan.
Maret mendatang, a-Linea 8 juga mendapat undangan manggung di Malang, Jawa Timur. Namun belum bisa memutuskan lantaran situasi masih pandemi Covid-19. “Kalau harus manggung sekarang, saya siap!” ucap Labbaika mantap. “Sekarang sudah pede,” tambahnya. (rhy/aro)