24 C
Semarang
Wednesday, 18 June 2025

Paling Berat saat Evakuasi Teman yang Jadi Korban Kecelakaan Heli

Basuki, Koordinator Unit Siaga SAR Borobudur, Kabupaten Magelang

Artikel Lain

RADARSEMARANG.COM – “Sehat wajib, waras jangan!”. Prinsip ini Basuki pegang sebagai potensi SAR. Ketika menjadi manusia yang bekerja tidak hanya untuk mencari nafkah, tapi juga untuk membantu sesama.

“Kami, teman-teman potensi SAR ngomongnya ‘sehat wajib, waras ojo’,” kelakar Basuki di kantornya, Jumat (21/1) pagi.

Koordinator Unit Siaga SAR Borobudur ini menjadi anggota Basarnas  sejak 2006. Selama 16 tahun itu, Basuki bertemu dengan orang-orang yang menurutnya unik. Orang-orang yang lebih memikirkan orang lain ketimbang diri sendiri.

“Orang waras ketika ada musibah kan menyumbang lewat yayasan, segala macam. Tapi teman-teman potensi rela meninggalkan rumah dan keluarga tanpa berpikir dapat apa dari sana,” ujar Basuki. “Tapi kami dapat kepuasan batin,” imbuhnya.

Basuki bergabung dalam Basarnas setelah mengikuti seleksi CPNS. Sebelumnya, Basuki sudah bergabung dengan SAR UNS. Dia mengaku hobi melakoni pekerjaan ini.

Lolos CPNS, Basuki ditempatkan di Kota Semarang. Kemudian pada Agustus 2021, Basarnas membuka Unit Siaga SAR Borobudur di Kabupaten Magelang. Basuki lantas dipercaya sebagai koordinator.

Dalam perjalanan karirnya, Basuki telah melewati operasi dalam berbagai macam musibah. Banjir di Kota Semarang, banjir Jakarta, hingga erupsi Gunung Merapi di Sleman. Dia tidak pernah membeda-bedakan bencana kecil maupun besar.

Salah satu operasi ekstrem yang pernah ditangani adalah evakuasi korban erupsi Gunung Merapi di Cangkringan, Sleman. “Sebenarnya dalam setiap operasi ada ancaman. Karena kami masuk wilayah yang justru orang lain disuruh keluar,” ujar alumni Universitas Sebelas Maret (UNS) Solo ini.

Hanya saja, saat erupsi Merapi tahun 2010 itu, Basuki dan rekan-rekannya naik mencari warga yang terjebak awan panas. Dalam kondisi pasir yang masih panas. Selain itu juga harus waspada terhadap ancaman luncuran awan panas susulan dari puncak.

Kendati demikian, operasi yang menurutnya paling berat tetap operasi kecelakaan helikopter Basarnas di Kabupaten Temanggung tahun 2017 lalu. Basuki tidak bisa melupakan saat di mana ia harus mengevakuasi rekan-rekannya yang menjadi korban.

“Kami harus mengevakuasi itu rasanya antara percaya dan tidak percaya,” ucap Basuki sembari mengeluarkan sebatang rokok dari bungkusnya.

Di Kabupaten Magelang, Basuki dihadapkan dengan peta kebencanaan yang berbeda dengan Kota Semarang. “Di Semarang banjir. Di Magelang paling sering laka sungai, laka sumur, dan yang paling menantang erupsi Merapi,” ujarnya.

Meskipun ancaman bencana di Kabupaten Magelang cukup kompleks, Basuki tidak merasa kesulitan beradaptasi. Sebab, sebagai potensi SAR, dia sudah dibekali banyak kemampuan. Ada pendidikan dasar dan pendidikan lanjutan. Selain itu, sejak 2006, dia sudah sering operasi di Kabupaten Magelang dan mengenal relawan-relawan Magelang.

Tercatat sejak Agustus 2021, Basuki dan timnya sudah melakukan 12 operasi. Mulai dari evakuasi korban laka air, laka sumur, laka lantas, hingga operasi gunung saat ada pendaki tersesat. Termasuk vakuasi korban banjir lahar hujan di lereng Gunung Merapi yang memakan waktu terlama, yakni enam hari.

“Nggak ada yang paling susah. Setiap di lapangan kendalanya bisa berbeda walaupun jenis operasinya sama,” terang Basuki.  “Di sini ada jadwal rutin saban Senin dan Rabu. Untuk pembelajaran dan praktik. Kami me-refresh ilmu agar tidak lupa,” sambungnya.

Pria asal Kabupaten Purworejo ini menambahkan, ketika operasi Basarnas akan melibatkan warga lokal. Misalnya, menggandeng sesepuh kampung atau perangkat desa untuk memudahkan koordinasi dengan masyarakat. Harapannya agar operasi SAR berjalan lebih efektif.

Basuki mengaku senang dengan pekerjaan yang dia lakoni. “Pertama, kerja saya sudah hobi,” ucap pria 45 tahun ini.

“Kedua, saya bisa bekerja, tapi tidak sekadar mencari nafkah, tapi bisa membantu orang lain. Ada nilai sosialnya. Kan tidak semua pekerjaan seperti ini,” imbuhnya.

Keluarganya mendukung. Tidak ada masalah, kapanpun Basuki harus jalan ketika ada panggilan. Namun ketika libur piket, Basuki berusaha memaksimalkan waktu berkumpul bersama keluarga.

Waktu luang selebihnya Basuki gunakan untuk nongkrong dan ngopi bersama rekan-rekannya. Berdiskusi dan tukar pengalaman. Sekaligus mempererat silaturahmi di luar jam operasi.

Ditanya soal rencana ketika sudah pensiun, Basuki mengatakan, “kalau pensiun, cita-cita saya cuma menikmati masa pensiun”. Basuki belum tahu persis akan seperti apa nantinya. “Tapi mungkin iya. Tetap berkegiatan sosial,” bebernya. (rhy/aro)


Artikel Terkait

Sementara Itu ..

Terbaru

Populer

Menarik

Lainnya