28 C
Semarang
Monday, 16 June 2025

Di Dusun Langensari Mijen Ada Durian Dondong Berusia 180 tahun dan Durian Roti 130 tahun

Artikel Lain

RADARSEMARAN.ID – Januari biasanya waktu yang ditunggu para penggemar durian. Ini merupakan musimnya pohon-pohon durian berbuah. Sejumlah durian unggulan di Jawa Tengah berasal dari pohon yang sudah berusia lebih dari seabad.

Pohon durian itu berdiri menjulang di area Argowisata H Djahuri, Dusun Langensari, Kelurahan Wonolopo, Kecamatan Mijen, Kota Semarang. Tingginya sekitar 20 meter. Batangnya berukuran besar. Tiga orang dewasa yang bergandengan tangan, tak cukup untuk memeluk batang pohon durian dondong ini.

Pengelola Argowisata Durian H. Djahuri, Agus Jatmiko menjelaskan, durian dondong merupakan pohon tertua di argowisata warisan leluhurnya, H. Djauhari. Dinamakan durian dondong karena buahnya bulat kecil dan agak gemuk. Mirip kedondong. Usia pohon ini tak bisa dipastikan. Tapi Agus memperkirakan pohon ini sudah berusia 180 tahun.

Tahun ini sepertinya bukan musim yang menggembirakan bagi durian dondong. Pohon tersebut hanya menghasilkan delapan buah saja. “Tahun kemarin ada 20an. Bahkan, kemarin berbuah di luar musim atau mruntus,” tutur Agus. Padahal dulu, sekali musim, pohon ini bisa menghasilkan lebih dari 200 buah durian dondong.

Di lokasi ini juga ada pohon durian roti yang tak kalah tuanya. Agus mengatakan, pohon tersebut sudah berusia 130 tahun. Dinamakan durian roti karena daging buahnya sangat tebal seperti roti sobek. Ketika panen, durian roti menghasilkan 50 buah per panennya.

Menurut Agus, durian roti merupakan salah satu primadona di agrowisata tersebut selain durian bagong dan kumbokarno yang usia pohonnya belum ada seabad. Rasa pahit pada durian roti pas, bercampur dengan manis dan legitnya. Durian roti dan dondong tergolong durian lokal unggulan yang dihargai Rp 200 ribu perkilogramnya.

Durian kholil yang dihasilkan dari pohon berusia lebih dari 100 tahun. (Istimewa)

Durian kholil juga termasuk durian unggulan di Kota Semarang yang dihasikan dari pohon berusia lebih dari 100 tahun. Raja buah ini dinamakan sama dengan pemiliknya, Muh Kholil. Lokasinya di Kampung Kuncen, Kelurahan Bubakan, Kecamatan Mijen, Kota Semarang.

Durian kholil diklaim mengandung kadar alkohol rendah, sehingga menghasilkan rasa yang lebih manis, tapi ada pahitnya. Tekstur dagingnya lembut, pulen, dan tebal, serta memiliki biji yang kecil. Durian ini memiliki bobot 3 hingga 4,5 kg.

Durian kholil memiliki satu pohon indukan yang usianya lebih dari 100 tahun. Sekali panen, satu pohon indukan itu bisa menghasilkan 300 butir. Durian ini berulang kali menjadi juara dalam festival durian.

Pohon induk durian kholil memiliki tinggi sekitar 30 meter, yang telah dilengkapi penangkal petir. Alat tersebut bantuan dari Pemkot Semarang pada 2013.

Pohon durian dengan usia lebih dari seabad juga terdapat di Desa Lolong, Kecamatan Karanganyar, Kabupaten Pekalongan. Desa Lolong punya banyak durian lokal. Di antaranya durian madu, dampit, keket, kempet, kleang, putukembang, blondo, dan cempli.  Masyarakat mengklaim Lolong punya durian dengan seribu rasa.

Maulana Rifki, 25, pegiat sekaligus petani durian mengatakan, ada puluhan pohon durian di Lolong yang berusia ratusan tahun. Warga setempat, terutama generasi tua, sudah mengetahui itu pohon-pohon itu berusia tua.

Namun baru mengetahui secara pasti usia pohon-pohon itu setelah ada penelitian dari Institut Pertanian Bogor (IPB), beberapa tahun lalu. “Berdasarkan penelitian itu, rata-rata usia pohon-pohon itu di atas 150 tahun,” kata Rifki.

RADARSEMARANG.COM ini sebenarnya akan diajak Rifki melihat langsung salah satu pohon tersebut. Namun sayang, kemarin hujan lebat. Tak memungkinkan untuk menuju ke lokasi pohon itu. Sebab untuk menuju ke sana, dari Wisata Kebun Durian Sigarung pun, harus menempuh jarak tiga kilometer. “Pohonnya di alas. Jalannya naik turun. Nanti juga harus melewati sungai. Jadi harus jalan kaki,” jelasnya.

Rifki menggambarkan, diameter pohon-pohon durian ratusan tahun itu rata-rata tiga meter. Tingginya bisa mencapai 30-an meter. Bahkan lebih. “Sampai sekarang masih kokoh dan berbuah. Tapi tentu hasilnya berkurang 50 persen dibanding pohon yang muda,” jelasnya.

Warga Lolong tak tahu persis siapa dahulu penanam pohon-pohon itu. Warga percaya, itu ditanam oleh nenek moyang mereka. Itu pun tidak satu varietas. “Berbeda-beda kok. Hasil duriannya, rasanya, juga berbeda tiap pohon,” kata Rifki.

Pohon-pohon durian ratusan tahun itu ada yang berada di lahan milik Perhutani, ada pula yang di lahan milik perorangan. Menurut Rifki, tak ada perawatan khusus meski pohon itu bisa hidup hingga ratusan tahun. Dibiarkan saja tumbuh alami.

Durian dan warga Lolong sudah tidak bisa dipisahkan. Melekat. Bahkan kata Rifki, orang-orang tua selalu mengatakan mereka semua lahir di bawah pohon durian. “Itu kiasan. Maksudnya, karena saking banyaknya pohon durian di sini, ya jadi tempat lahir pun pasti di bawah pohon,” tutupnya tertawa.

Direktur Eksekutif Yayasan Obor Tani Pratomo menjelaskan, pohon durian yang tumbuh di alam mulai berbuah di usia 8 tahun. Mulai puncak produksi di usia 15-30 tahun. Tapi pohon-pohon durian yang berusia lebih dari 100 tahun juga masih bisa produktif. “Pohon besar berusia 100 tahun bisa menghasilkan 300-500 butir durian,” jelas pria yang sering menjadi juri lomba durian ini.

Menurutnya ada beberapa hal yang mempengaruhi pohon durian tua tetap produktif. Di antaranya adanya unsur nutrisi yang cukup atau lokasi tanah subur, adanya tanaman naungan di sekitarnya dan tidak disambar petir. (fgr/nra/ton)


Artikel Terkait

Sementara Itu ..

Terbaru

Populer

Menarik

Lainnya