27 C
Semarang
Monday, 12 May 2025

Bikin Alat Bantu Perawat, Aisyah Afnan Raih Silver Young Inventors Challenge 2021

Artikel Lain

RADARSEMARANG.COM – Aisyah Afnan, peneliti muda, alumnus SMA Negeri 5 Semarang berhasil meraih medali silver di ajang Kompetisi Penemu Muda atau Young Inventors Challange (YIC) 2021. Itu adalah ajang internasional kali pertama yang diikutinya.

Namanya Aisyah Afnan. Gadis asal Kota Semarang ini akhir November lalu meraih penghargaan silver award 2021 atas karyanya SMANU (Smart Nurse) atau Digital Vital Signs and Intravenous Drip Monitor. Ia terpilih dan terfasilitasi oleh Pusat Prestasi Nasional  (Puspresnas) Kemendikbud Ristek RI untuk mewakili Indonesia. Lantaran tahun sebelumnya, ia berhasil meraih medali emas dalam ajang KoPSI (Kompetisi Penelitian Siswa Indonesia) Bidang Fisika Terapan dan Rekayasa.

“Saat masih sekolah di SMAN 5, Aisyah siswi kelas IPA 9. Kelas itu bukan kelas unggulan yang anak-anaknya dipilih untuk olimpiade. Sebenarnya potensi akademik Aisyah hanya rata-rata. Tetapi sewaktu saya ingin memasukkan data prestasinya ke nilai rapor, saya mendapati Aisyah itu memiliki piagam kompetisi robotika. Dan itu sudah beberapa kali dia mengikutinya di kejuaraan yang sama. Terus di mana peningkatannya?” ungkap Sutardi, pembimbing sekaligus guru fisika SMA Negeri 5 Semarang kepada RADARSEMARANG.COM.

Untuk itu, Sutardi memberi tantangan kepada Aisyah untuk membuat karya yang memberi manfaat langsung kepada masyarakat. Akhirnya, pada 2020, Aisyah mengikuti lomba karya tulis di Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya, dan berhasil meraih juara 3. “Lumayan dapat juara 3. Dan dia juga sempat bincang-bincang dengan Pak Dahlan Iskan. Lalu dua bulan kemudian saya memberi tawaran ke Aisyah agar ikut KoPSI. Dia setuju dan langsung mengajukan judul,” terangnya.

Sassya –sapaan akrabnya–menceritakan, judul penelitian yang diajukannya berada di bidang mikroposesor. Ia pun membuat alat bantu perawat dalam mendata tanda-tanda vital pasien, serta kondisi cairan infus berbasis IOT (Internet of Things). Alat tersebut bernama SMANU atau Digital Vital Signs and Intravenous Drip Monitor. Itu adalah alat monitoring suhu, detak jantung, saturasi oksigen, volume, dan floret infus. SMANU sudah terintegrasi dengan gadget maupun PC (laptop/komputer).

Kemudian data yang didapatkan SMANU akan ditampilkan melalui device yang sudah terinstal pada aplikasi blynk. Alat ini bisa digunakan oleh tenaga kesehatan atau yang memerlukan dengan pembacaan data tersebut. Selain itu, alat ini juga mengurangi kontak langsung dari tenaga medis dengan pasien selama masa pandemi Covid-19. “Alhamdulillah saya lolos dan mendapat medali emas di KoPSI itu. Lalu saya mendapat panggilan dari Puspresnas untuk mengikuti YIC 2021. Saya mewakili Indonesia pada ajang tersebut,” ujar Aisyah Afnan.

Di ajang itu, ia bersaing dengan 1.700 peserta lainnya. Ia bersyukur bisa meraih perak dalam kompetisi yang diselenggarakan oleh Association of Science Technology and Innovation (ASTI) dari Malaysia dan disajikan secara virtual itu. Ia mengatakan, perjuangannya dalam kompetisi itu tidak mudah. “Dari April 2021 hingga Oktober 2021, saya berjuang dengan kompetisi YIC ini. Artinya, saya sudah mengikuti kompetisi ini sejak SMA,” bebernya.

Kampanye Sassya dimulai pada 8 April 2021, dengan tahapan penyusunan proposal. Setelah lolos ke babak berikutnya, pada September 2021, dia menyerahkan laporan dan video pekerjaannya. Selanjutnya Sassya terpilih sebagai finalis yang memberikan presentasi dan diwawancarai pada Oktober 2021, dan diumumkan sebagai salah satu pemenang pada 20 November 2021.

Alhamdulillah, perjuangan enam bulan saya tidak sia-sia. Prestasi ini telah mewujudkan impian saya untuk mengharumkan nama Indonesia di kancah internasional. Meski di tengah proses pembuatan, SMANU menemui banyak kendala, seperti mencari subjek penelitian, serta manajemen waktu antara akademik dan kompetisi,” ungkapnya.

Saat ini, Aisyah sedang melakukan penambahan fitur lain untuk mendeteksi tanda-tanda vital secara lengkap. Ia juga akan menambah subjek penelitian dalam penelitian lanjutan yang akan dilakukannya. Tak berjalan mulus, penelitian yang dilakukan pun menghadapi berbagai macam kendala dan tantangan. Namun, berkat dukungan dan bantuan guru serta pihak lainnya, Aisyah berhasil melewati semua tantangan itu. Ia tidak menyangka bisa menjadi satu-satunya perwakilan Indonesia dalam ajang internasional itu.

“Keunggulannya, alat ini bisa mendeteksi lima tanda-tanda vital. Alat ini juga berfungsi mengirim data secara real time,” tutur gadis yang kini kuliah di Program Studi Teknik Nanoteknologi, Fakultas Teknologi Maju dan Multidisiplin (FTMM) Universitas Airlangga (Unair) Surabaya ini.

Rencananya, Aisyah akan mengembangkan karyanya itu dan memberikan hak paten. Ia juga berharap kepada anak-anak Indonesia agar terus berprestasi dan mengharumkan nama Indonesia. “Nggak apa-apa nggak pinter. Yang penting ada kemauan dan usaha untuk membuat perubahan,” tandas gadis yang juga menjadi cheerleaders ini. (dev/aro)


Artikel Terkait

Sementara Itu ..

Terbaru

Populer

Menarik

Lainnya