RADARSEMARANG.COM – Siapa sangka tanaman parasit atau benalu yang tumbuh di pohon teh punya banyak khasiat. Dahulu petani teh Pagilaran menganggapnya sebagai hama dan membasminya. Namun anggapan itu telah berubah. Kini benalu teh jadi barang langka.
Mendung mulai menyelimuti daerah perbukitan di perkebunan teh Pagilaran, Kabupaten Batang. Saat itu sekitar pukul 10.30. Wartawan RADARSEMARANG.COM tak sengaja mampir di sebuah kedai di Dukuh Pagilaran, Desa Keteleng, Kecamatan Blado. Lokasinya tak jauh dari pintu masuk menuju Agrowisata Pagilaran.
Kedai dengan dinding dan interior kayu itu cukup menarik perhatian. Memasuki kedai, tak ada seorang pun saat itu. Tak lama berselang, pemilik kedai datang dari pintu samping. Namanya Sixtin Kristiana, 26. Ia bergegas menyodorkan buku menu. Berjejer berbagai macam pilihan jenis minuman teh dan kopi. “Teh benalu ini sejenis apa?” tanya wartawan koran ini.
Sixtin menjelaskan, teh benalu merupakan salah satu produk lokal yang jarang diketahui orang. Teh tersebut berasal dari dedaunan dan dahan tanaman benalu atau parasit yang dikeringkan. “Ini benalu atau kemladean yang tumbuh di pohon teh,” ucapnya.
Segelas kecil teh benalu cepat ia sajikan. Rasanya lebih sepat dibanding seduhan minuman daun teh pada umumnya.
Sixtin bercerita, teh benalu tersebut dahulu dibasmi oleh petani setempat. Tumbuhan itu dianggap dapat merusak inangnya. Persepsi tersebut berubah sekitar tahun 90-an.
Ada seseorang dari luar daerah mencari teh benalu tersebut. Ia memesan terlebih dahulu kemudian dicarikan oleh ayah Sixtin. “Awalnya, dulu bapak saya sekitar tahun 90-an ada yang nyari benalu teh. Disuruh dokternya karena habis operasi,” ujarnya.
Kabar tersebut cepat tersebar ke warga sekitar. Mereka ikut mencari dan mencoba menjajakan benalu teh yang dikeringkan. Saat itu, jumlahnya masih melimpah ruah dan harganya terbilang murah.
Aktivitas itu terus berlanjut dan menahun. Sehingga menjadi usaha sampingan warga yang bekerja sebagai pemetik daun teh di sana. “Sampai sekarang, kalau mencari di sini pun sudah jarang sekali,” timpalnya.
Karena tingginya intensitas melakukan pemetikan benalu teh, membuat tanaman parasit itu kini menjadi langka. Teh benalu ini menjadi salah satu produk unggulan yang diproduksi warga Dukuh Pagilaran, selain produk teh yang lebih banyak dikenal orang. Harga teh benalu pun ikut melonjak, mencapai Rp 50 ribu per 100 gram.
Dijelaskan, proses pembuatan teh benalu perlu waktu berhari-hari. Setelah dipetik, daun, dan batang benalu dikeringkan. Butuh waktu empat sampai lima hari untuk dijemur saat cuaca bagus.
Setelah kering, benalu disangrai selama 15 menit. Teh tersebut dipercaya bisa menyembuhkan berbagai macam penyakit. Seperti kanker, tumor, darah tinggi, serta penyembuhan buat yang habis operasi.
Proses menyeduhnya tidak jauh beda dengan teh biasa. Benalu kering diseduh dengan air panas, kemudian didiamkan selama beberapa menit. Setelah itu, daun dan potongan dahan ditiriskan. Teh benalu siap disajikan dengan campuran gula aren.
Walaupun langka, Sixtin berusaha memproduksinya setiap hari. Supaya stok selalu tersedia. Sekali produksi, ia bisa menghasilkan 10 bungkus kemasan 50 gram. Atau setara 500 gram. Produknya disetorkan ke kawasan wisata Pagilaran. Sixtin menghitung, tiap minggu teh benalu produksinya terjual 100 bungkus.
“Saya juga memasarkan ini di internet. Teh benalu sudah sampai Sulawesi, Jawa Timur, dan Jawa Barat. Dulu teh ini dibungkus plastik biasa, pada 2016 saya kemas dengan standing pouch supaya tampilannya lebih menarik,” kata Sixtin.
Ia berharap, teh benalu ini lebih banyak dikenal masyarakat. Supaya tahu bahwa petani di Pagilaran tidak hanya menghasilkan daun teh berkualitas, melainkan juga teh benalu yang kaya akan khasiat. (yan/aro)