RADARSEMARANG.COM – Limbah pohon pisang yang biasanya dibuang ke bak sampah, tidak demikian dengan Yohanes Ady Prabowo. Mahasiswa Fakultas Ekonomi Bisnis (FEB) Undip ini berhasil mengubah batang pohon pisang menjadi makanan ringan yang lezat,
Sesuatu yang biasa, bisa menjadi luar biasa bila bertemu dengan orang yang tepat. Seperti batang pohon pisang yang selama ini dijadikan bahan baku pupuk kompos. Di tangan Yohanes Ady Prabowo, 20, mahasiswa semester lima FEB Undip justru menjadi makanan ringan.
Awalnya memang demi ikut lomba Astra Honda Motor Best Student (AHMBS) tahun 2018. Yohanes rela melakukan eksperimen mengubah batang pohon pisang menjadi makanan ringan berupa kerupuk. Ternyata keterusan hingga kini. Bahkan menjadi ladang bisnis baru baginya. Kerupuk batang pisang olahannya, menawarkan cita rasa yang nagih bagi penyuka kerupuk.
Bagi Yohanes, bercocok tanam adalah hobinya. Bahkan pohon pisang sudah menjadi bagian hidupnya sejak kecil. Tak hanya mengonsumsi buah pisang. Tapi batang pohon pisang kerap berserakan di sekeliling rumahnya.
“Sering ada tanya dalam diri saya waktu itu, kenapa banyak orang hanya memanfaatkan buah pisangnya saja? Bukankah masih ada batang pohon, kulit pohon, dan daun pisang juga, yang mengandung nilai gizi bagi tubuh manusia,” tuturnya dalam tanya.
Dari kilatan pikiran itu, terbersit untuk mengolah batang pisang menjadi kerupuk kriuk batapis. Meski begitu, untuk mewujudkan produknya, tak segampang yang ia bayangkan. Mengalami banyak kesulitan saat awal produksi kerupuk. Dari adonannya yang rusak, produknya tidak bisa dimakan karena keras, dan masih banyak lagi.
Yang paling berat, ketika kedua orang tuanya tidak memberikan dukungan untuk merealisasikan idenya. Lebih menyakitkan lagi, saat beberapa teman sekelasnya ada yang mengejek. “Beruntung saya tetap bersikukuh pada pendirian. Saya terus berupaya untuk mewujudkan ide ini hingga berhasil,” kata mahasiswa kelahiran Lampung, 6 Juli 2001 ini.
Apalagi setelah dilakukan penelitian laboratorium, ternyata kerupuk produksinya ini mengandung gizi yang luar biasa. Di antaranya, mengandung protein kasar 1.01 persen, serat kasar 19.50 persen, BETN 59.24 persen, terdapat kandungan lektin berfungsi untuk menstimulus sel kulit, melancarkan dan memperbaiki sistem pencernaan sehingga bagus untuk dikonsumsi. “Kerupuk kriuk batapis ini sangat bagus untuk dikonsumsi,” kata Yohanes kepada Jawapos Radar Semarang.
Apalagi setelah memenangkan beberapa kejuaran tingkat universitas maupun nasional dalam kategori kewirausahaan. Hambatan awal yang dihadapi Yohanes untuk merealisasikan produksi kerupuk kriuk batapis ini terasa sirna. Usaha tak mengkhianati hasil.
Kerupuknya berhasil menjadi runner up 2 AHMBS 2018 tingkat nasional. Selain itu Kerupuk Kriuk Batapis menjadi finalis Economic Young Entrepreneur FEB Undip. “Puji Tuhan menjadi winner DUEA kategori Food and Beverage Industry,” ujarnya bersuka cita.
Terdapat empat varian rasa yang Yohanes tawarkan. Yaitu Kriuk Batapis Pacar, Kriuk Batapis Mantan, Kriuk Batapis Balado, dan Kriuk Batapis Gledek. Dari keempat varian rasa ini, varian Mantan dan Balado menjadi produk yang paling laris. “Penamaan varian rasa sangat unik dan menarik ini, ternyata menambah ketertarikan para pembeli kerupuk ini,” tuturnya.
Dalam pola pemasarannya, Yohanes memanfaatkan platform sosial media seperti Instagram dan promosi kepada orang terdekat. Bersyukur, kini Kerupuk Kriuk Batapis-nya sudah terjual hingga Kalimantan, Jakarta, Bandung, Jawa Timur, Jawa Tengah, hingga Palembang. (mg14/ida)