31 C
Semarang
Saturday, 19 April 2025

Olah Sampah Kulit Buah dan Sayuran, Jadi Pembersih Lantai

Lima Siswa SD Hj Isriati Baiturahman 1 Semarang Produksi Eco Enzyme

Artikel Lain

RADARSEMARANG.COM, Lima siswa kelas 6 SD Hj Isriati Baiturahman 1 Semarang berhasil menciptakan eco enzyme dari sampah kulit buah dan batang sayuran. Cairan ini dipakai sebagai pembersih lantai. Dari inovasi ini, mereka meraih medali perak di ajang World Youth Invention and Innovation Award 2021.

ADIT BAMBANG SETYAWAN, Radar Semarang

LIMA siswa kreatif itu, Annisa Alifia Zahra, Rahajeng Gianata Amalina, Anggito Khayru Nafis, Satria Ibtibhawira, dan Nezar Natalegawa. Mereka dibimbing oleh dua guru, yakni Sri Lestari SPd MPd, dan Nur Ulfah Maulida SPd. Selama lima bulan, para siswa melakukan penelitian, hingga berhasil memproduksi eco enzyme dari sampah kulit buah dan batang sayuran. Produknya itu diberi nama E-Rainbow-Zyme.

Salah satu siswi, Annisa Alifia Zahra, mengatakan, ide membuat eco enzyme muncul dari keprihatinan mereka terhadap masalah sampah di Kota Semarang.

Dikatakan, produksi sampah masyarakat sangat tinggi, sementara tempat pembuangan sampah terbatas. Menurut Annisa, pengolahan sampah seharusnya dimulai dari pemilahan sampah organik dan anorganik di setiap rumah tangga. Sayangnya, itu belum banyak dilakukan warga.

“Kalau pun sudah dilakukan warga, kenyataannya sampah yang sudah dipilah sejak level rumah tangga itu belum tentu akan ditangani secara terpisah setelah sampai di tempat pembuangan akhir (TPA),” kata Annisa kepada RADARSEMARANG.COM, Senin (23/8).

Ia mengungkapkan, sampah organik yang menumpuk akan menghasilkan gas metana, sehingga bisa menyebabkan ledakan. Ia mencontohkan, tragedi ledakan di TPA Leuwigajah, Bandung pada 2005 yang merenggut korban nyawa.

“Hal tersebut mendorong kami didampingi ibu guru mencari cara untuk mengurangi tumpukan sampah organik agar lebih bermanfaat secara ekonomis, dan tentunya untuk menyelamatkan lingkungan. Kami akhirnya membuat eco enzyme untuk mengolah sampah organik rumah tangga yang tadinya tidak memiliki nilai guna. Eco enzyme ini ramah lingkungan dan bermanfaat,” bebernya.

Salah satu guru pendamping, Sri Lestari, mengaku, siswanya sangat bersemangat dalam mengerjakan penelitian tersebut. Mereka melakukan pembuatan eco enzyme di rumah salah satu siswa. Dan setelah jadi, dibawa ke rumah masing-masing untuk dilakukan pengecekan dan pengamatan lebih lanjut untuk keperluan karya ilmiah.

“Eco enzyme ini merupakan cairan multiguna yang bisa diaplikasikan pada rumah tangga, pertanian, dan peternakan. Maka anak-anak memberikan solusi pengolahan limbah organik melalui karya ilmiah ini untuk mengurangi tumpukan sampah organik. Salah satu cara efektif memproses sampah organik menjadi produk yang lebih bermanfaat, antara lain dengan cara menjadikan E-Rainbow-Zyme ini,” ungkapnya.

Dijelaskan, E-Rainbow-Zyme adalah sebuah produk pengembangan eco enzyme sebagai cairan pembersih lantai non kimia yang dibuat dari fermentasi limbah organik dengan menggunakan bahan-bahan buah dan sayur yang berwarna-warni seperti pelangi.

“Kami ingin mengolah sampah organik yang berasal dari lingkungan sekitar menjadi sesuatu yang bermanfaat, dan yang lebih penting membantu melestarikan bumi. Sehingga kami tidak hanya membuat E-Rainbow-Zyme, tetapi juga membangun kesadaran masyarakat untuk mencintai bumi tempat tinggal bersama,” jelas Rahajeng Gianata Amalina, anggota tim.

Dijelaskan, eco enzyme adalah cairan alami yang diproduksi dari fermentasi sampah organik yang berasal dari limbah rumah tangga. “Bahan pembuatan eco enzyme adalah gula merah atau molase, sisa buah atau sayuran (kulit buah, potongan sayuran, sisa buah gigitan kelelawar dan lain-lain), air (air keran, air hujan, ataupun air buangan AC) dengan perbandingan 1:3:10.

“Lama pembuatan eco enzyme sampai panen minimal tiga bulan. Keistimewaan eco enzyme adalah tidak memiliki tanggal kedaluwarsa, tidak mengandung bahan kimia yang dapat merusak lingkungan,” ungkapnya.

Menurutnya, manfaat dari eco enzyme sangat banyak, seperti mengatasi pencemaran air, udara, dan tanah. Eco enzyme dapat digunakan untuk keperluan rumah tangga. Misalnya, sebagai cairan pembersih lantai, campuran sampo dan sabun mandi.

Dikatakan, penelitian yang dilakukan siswa menggunakan hasil fermentasi kulit buah, seperti kulit apel, kulit jeruk, kulit lemon, kulit semangka, dan kulit manggis. Juga bahan sisa sayuran, di antaranya batang daun bayam, kulit terong, dan bahan organik lain, seperti bunga telang yang dikembangkan menjadi E- Rainbow-Zyme.

“Dari sampel hasil fermentasi E-Rainbow-Zyme tersebut diambil dan dianalisa untuk mengetahui parameter kimia berupa pH, dan uji organoleptic berupa warna dan aroma sebelum fermentasi, yakni hari ke-1 dan sesudah fermentasi, yakni di hari ke 7, 30, dan 90,” bebernya.

Hasil penelitian menunjukkan, parameter pH berurutan, yakni 6.8, 6.7, 5.9, dan 3.8. Selanjutnya untuk warna berurutan, yakni warna coklat terang, coklat, coklat, dan coklat tua. Sedangkan bau berurutan, yakni aroma buah segar, aroma buah, aroma buah segar bercampur asam, dan aroma buah asam menyengat,” jelasnya.

Selain itu, sebelumnya mereka juga sudah melakukan uji responden pada 16 responden menunjukkan aroma E-Rainbow-Zyme sangat segar sebanyak 62,5 persen, dan 37,5 persen menyatakan produk beraroma segar. Tingkat kekesatan juga dirasakan oleh responden, di mana 62,5 persen merasa setelah dipakai ngepel, lantai terasa kesat. Sedangkan 37,5 persen sangat kesat.

“Ini menunjukkan E-Rainbow-Zyme dapat digunakan sebagai cairan pembersih lantai yang efektif, dan mampu membantu menyelamatkan lingkungan,” imbuh Satria Ibtibhawira.

Dijelaskan, beberapa limbah buah yang dapat dimanfaatkan, yaitu bagian kulit buah karena mengandung senyawa flavonoid. Fungsi flavonoid ini bisa menghambat pertumbuhan bakteri, yaitu dengan merusak membran sel dan menghambat sintesis makromolekul sel bakteri.

Selain flavonoid, terdapat senyawa alkaloid yang berfungsi sebagai pelindung tumbuhan dari serangan hama dan penyakit, pengatur tumbuh, atau sebagai basa mineral untuk mempertahankan keseimbangan ion.

“Rumus yang dipakai adalah 10 bagian air dalam kontainer (isi 60 persen dari isi wadah). Kemudian satu bagian gula (10 persen dari jumlah air), tiga bagian dari limbah buah dan sayur hingga mencapai 80 persen dari wadah. Setelah itu, tutup kontainer selama tiga bulan dan buka setiap hari untuk mengeluarkan gas selama tujuh hari. Bila masih ada sisa gas, keluarkan hingga satu bulan,” jelasnya.

Kepala SD Hj Isriati Baiturrahman 1 Amir Yusuf merasa bangga dengan kreativitas anak didiknya. Yang juga memiliki jiwa peduli lingkungan sejak dini. Tak hanya itu, karya para siswanya ini juga meraih prestasi di ajang World Youth Invention and Innovation Award 2021. Mereka berhasil mendapatkan medali perak dalam kompetisi yang diikuti 377 tim dari 35 negara.

“Hasil ini menjadi kebanggaan tersendiri bagi kami. Ini inisiatif dari anak-anak sendiri. Jadi, proses pengamatan, pembuatan eco enzyme, pembuatan video kegiatan untuk keperluan presentasi di perlombaan, dan pengambilan sampel juga anak-anak sendiri yang melakukan. Saat berkoordinasi dengan tim, kadang mereka melakukan zoom meeting secara pribadi,” katanya.

Dikatakan, saat pengecekan PH dan lain sebagainya, juga dilakukan para siswa sendiri. Mereka belum bisa melakukan pengecekan dan uji klinis di laboratorium Undip, karena masih kondisi pandemi. “Jadi hasil karya anak-anak ini masih diperjualbelikan untuk guru, dan warga sekitar anak-anak tinggal,”imbuhnya. (*/aro)


Artikel Terkait

Sementara Itu ..

Terbaru

Populer

Menarik

Lainnya