29 C
Semarang
Thursday, 17 April 2025

Produknya Sering Jadi Brand Event Balap Motor Internasional

Faisal Arif Rifai, Mantan Pembalap Motor yang Sukses Berbisnis Konveksi

Artikel Lain

RADARSEMARANG.COM – Faisal Arif Rifai adalah mantan pembalap road race. Kini, ia sukses manjadi pengusaha konveksi merek Platinum Apparel dan Navaro. Bahkan di saat dunia usaha mengalami kesulitan selama pandemi Covid-19, bisnisnya justru berkembang

Di awal pandemi, bisnis konveksi Faisal sempat surut. Tidak produksi sama sekali. Sebab, saat itu, tidak ada orderan masuk. Ia bersama manajemen mencoba memecahkan masalah. Faisal yakin usaha konveksinya masih bisa berjalan. Ia kasihan jika karyawan tidak bisa bekerja.

“Waktu itu, saya ngomong ke manajemen. Saya masih ada tabungan, dan tabungan ini masih bisa kalau untuk menggaji karyawan selama tiga bulan jika perusahaan tidak ada pemasukan,” kenangnya kepada RADARSEMARANG.COM.

Faisal mengaku tidak ingin memecat karyawan. Sebab, dulu saat banyak orderan, mereka disuruh nglembur. “Mosok saat pandemi seperti ini, kita langsung lepas tangan. Itu kan sangat tidak adil bagi mereka,” katanya.

Konsekuensi tidak melakukan pemecatan ini, maka  manajemen terutama bagian promosi harus bekerja lebih giat, dan ekstra dua kali lipat. Hasilnya pun di luar dugaan. Berkat kerja keras bidang promosi dan marketing, penjualan kembali menanjak.  Sekarang sehari bisa mendapat pesanan 300 potong kaos maupun seragam balap. Sistem pemesanan di Platinum dan Navaro adalah by order.

“Karena peningkatan ini, pada Juni 2020 lalu, kami malah menambah karyawan 25 orang. Total sampai sekarang ada 90 karyawan,” ujar alumnus Sarjana Pendidikan Guru SD Universitas Sanata Dharma Jogjakarta ini.

Faisal menceritakan, sebelum sukses menjalankan usaha konveksi, sejak kecil ia memang sudah tertarik ingin menjadi pengusaha. Bahkan, saat SMP, ia sudah membuka bengkel motor.

“Ketika itu saya ngeyel kepada ibu untuk dibuatkan bengkel, ternyata sama ibu dibuatkan beneran. Namun disuruh untuk mengelola sendiri,” ceritanya saat ditemui koran ini di tempat produksinya di Jalan Sewukan 2, Desa Sewukan, Kecamatan Dukun, Kabupaten Magelang.

Ia menceritakan, alasannya dulu membuka bengkel, karena sejak SD sampai SMP, ia seorang pembalap. Tapi, sejak mengalami kecelakaan pada 2009, ia terpaksa berhenti menjadi pembalap. “Saya berhenti membalap tahun 2010, saat itu baru kelas 3 SMP,” jelas pemuda kelahiran Magelang, 1 Juni 1993 ini.

Faisal mengatakan, usaha bengkelnya itu hanya bertahan setahun. Ia bangkrut setelah ditipu oleh karyawannya sendiri. “Namanya juga masih bocah ya, Mas. Usaha bengkel itu saya jadikan pengalaman,” ujarnya sambil tertawa.

Meski sudah pernah tertipu, Faisal tidak menyerah untuk menjadi seorang pengusaha. Saat masuk SMA, ia tertarik dengan dunia konveksi. “Dari tahun 2009, saya mulai belajar nyablon di Jogja. Saat itu, saya masih duduk di bangku kelas 1 SMA,” akunya.

Faisal mengatakan, ia belajar nyablon setelah lulus SMP, dan persiapan masuk SMA. Apalagi saat mau masuk SMA, ada jeda libur panjang. Selesai belajar nyablon pada 2009, karena masih belum puas, pada 2010 ia melanjutkan belajar nyablon lagi untuk mendalami ilmunya.

Berkat kegigihannya, tanpa modal dari orang tua, ia mencoba membeli screen sablon empat unit. Orderan pertama diterimanya saat SMA dari anggota OSIS dan teman sekelas. Akhirnya, terus berkembang ke adik kelas, teman SD, sampai siswa sekolah lain. “Dulu saat kelas 3 SMA, dalam sebulan paling tidak dapat dua orderan,” ucapnya.

Hal ini terus ia kembangkan sampai lulus kuliah. Waktu masih kuliah, orderan paling banyak dari grup jathilan, kelompok tani, dan grup ibu-ibu senam. “Kali pertama punya karyawan tahun 2013, kemudian tahun 2016 setelah lulus kuliah saya sudah punya 10 karyawan,” ujarnya.

Faisal mengatakan, di akhir 2016, ia meminjam uang ayahnya untuk modal membeli mesin printing jersey. Ternyata setelah membeli mesin printing dengan harga yang cukup mahal, dan perawatan juga mahal, otomatis untuk harga pembuatan kaos semakin mahal. Minimal Rp 100 ribu per potong.

“Saya berpikir dengan harga segitu, siapa yang mau pesan? Kalau dipasarkan ke warga sekitar jelas kemahalen,” katanya.

Karena itu, ia mencoba mempromosikan dengan cara menjadi sponsor di setiap event balap dan tim-tim balap. Faisal mengatakan, waktu itu semua pembalap yang mau memakai produknya akan dikasih tanpa meminta bayaran. Asalkan, nama produknya terpasang, dan menjadi pusat perhatian.

“Waktu itu, nama brand kedua saya Navaro menjadi dikenal oleh seluruh pembalap di Jateng dan DI Jogjakarta,” jelasnya.

Setelah itu, brand Navaro ia promosikan ke event-event balap nasional. Hingga sampai saat ini brand Navaro selalu ikut menjadi salah satu sponsor di setiap kejuaraan balap motor nasional maupun internasional. Seperti All Japan Championship, Asia Road Racing Championship, dan lainnya.

Dikatakan, untuk pasar dari brand Platinum dan Navaro mayoritas dari domestik. Untuk luar negeri ada, namun masih belum terlalu banyak. Di antaranya dari Singapura, Malaysia, Brunei Darussalam, dan Amerika.

“Yang banyak justru pesanan dari perantau yang bekerja di luar negeri seperti di Jepang dan Hongkong. Biasanya produk saya dibawa sampai sana,” ujarnya bangga.

Kini, Faisal telah berhasil mendirikan dua pabrik, dan empat tempat produksi. Semua karyawannya berasal dari warga sekitar, dan mayoritas berusia di bawah 30 tahun. (rfk/aro)


Artikel Terkait

Sementara Itu ..

Terbaru

Populer

Menarik

Lainnya