RADARSEMARANG.COM, Bonsai kelapa kini banyak peminatnya. Peluang bisnis itu dibaca oleh Yoga Adya Putusumintar. Ia pun mengembangkan tanaman kerdil ini di halaman rumahnya di Ungaran Barat, Kabupaten Semarang.
NITA ALDA RIYANI, Ungaran, Radar Semarang
RUMAH bercat krem itu terasa asri. Halaman rumah tak terlalu luas itu dipenuhi deretan bonsai kelapa. Ada yang ditanam di pot kecil. Ada yang di pot besar. Disusun dengan rapi dengan alas paving block. Ada juga yang diletakkan di atas pilar dan bongkahan batu. Saat koran ini datang, pemilik rumah, Yoga Adya Putusumintar, tengah sibuk merawat koleksi bonsai kelapanya.
Sudah sejak beberapa tahun terakhir, pemuda 27 tahun ini getol membudidayakan bonsai kelapa. Jenisnya beragam. Ada bonsai kelapa gading kuning, gading oranye, kelapa sayur, dan kelapa besar.
Yoga Adya Putusumintar mengaku terinspirasi membudidayakan bonsai kelapa setelah melihat tanaman kerdil ini saat liburan ke Bali. Inisiatifnya muncul, apalagi di Desa Branjang banyak sekali pohon kelapa gading. Jenis kelapa ini jarang dimanfaatkan untuk memasak di dapur.
“Karena tidak ada manfaatnya, sehingga dijadikan bonsai sekalian,” kata warga Dusun Cemanggah Kidul, Desa Branjang, Kecamatan Ungaran Barat ini.
Kini, ada beberapa koleksi bonsai kelapa yang menghiasi rumahnya. Seperti jenis kelapa gading kuning, gading oranye, kelapa sayur dan kelapa besar. Di antara jenis-jenis bonsai kelapa tersebut, ada bonsai yang menurutnya paling unik, yaitu jenis gading dengan warna oranye dan kuningnya.
Yoga –sapan akrabnya–lebih tertarik dengan bonsai kelapa daripada bonsai lain. Karena, menurutnya, tidak sembarang orang bisa membonsainya. Sebab, dalam karakter bonsainya harus punya imajinasi dan kreasi sendiri dengan keunikan bonsai kelapa.
Dikatakan, dalam perawatan bonsai kelapa, butuh waktu delapan bulan sampai satu tahun lebih untuk melihat karakter dari bonsainya. “Nantinya akan diketahui karakter kerdil atau tidaknya bonsai,” ujarnya.
Dalam perawatan bonsainya, Yoga membersihkan serabut, lalu dihaluskan dengan amplas dan dikeringkan. Setelah itu, dikasih pernis atau politur agar tempurung kelapanya menjadi kinclong. Untuk kesulitannya, Yoga mengatakan ketika dalam tahap pembentukan akar.
“Untuk tingat kesulitan merawat bonsai itu lumayan, tapi ada yang lebih sulit ketika proses pembentukan akar atau penambahan akar seperti yang kita inginkan atau sesuai untuk tipe bonsai kelapa,” paparnya.
Dari hobinya mengembangkan bonsai kelapa itu, pundi-pundi rupiah didapatkan. Untuk satu bonsai yang belum lepas daun, kisaran harga Rp 150 ribu-Rp 300 ribu. Kalau yang sudah lepas daun kisaran Rp 350 ribu-Rp 1 juta ke atas. Bonsai tersebut telah dikirim ke berbagai kota di Jateng, Jatim, dan Jabar.
“Harga bonsai relatif tergantung kreativitas, seni, dan lama perawatan bonsai. Kisaran Rp 300 ribu sampai jutaan rupiah. Bahkan ada teman dari komunitas bonsai kelapa menjual bonsai dengan harga Rp 15 juta dengan usia bonsai 5 tahun ke atas,” jelasnya.
Modal awal mengembangkan bisnis bonsai kelapa ini, Yoga hanya membutuhkan media tanah dan pot bunga. Untuk kelapanya, dia mengambil dari saudaranya sendiri. Saat ini, ia memiliki koleksi hingga 500 bonsai kelapa.
Selama menjalankan bisnis bonsai kelapa, Yoga pernah mengalami ketika pengiriman batok kelapanya lepas. “Pernah ketipu juga satu dua kali. Untuk pengiriman sampai tempat lokasi batok lepas. Itu semua diajadikan pelajaran untuk bisa memperbaiki yang lebih baik lagi ke depannya,” ujarnya. (*/aro)