RADARSEMARANG.COM – Prosesi lamaran menjadi salah satu tahapan penting dalam pernikahan. Namun pandemi Covid-19 membuat semua rencana bisa berubah 180 derajat. Seperti yang terjadi pada pasangan Dwi Ferdian Windiharja dan Iit Wakhidah. Karena salah satu mempelai positif Covid-19, prosesi lamaran pun terpaksa digelar secara virtual.
Kamis(17/6/2021) kemarin, seharusnya menjadi hari paling membahagiakan bagi Dwi Ferdian Windiharja. Anak kedua dari pasangan Sudarto Siswidiharjo dan Wiwin Retnawati asal Jember, Jawa Timur tersebut akan melamar kekasihnya Iit Wakhidah, warga Desa Lungge, Kecamatan Temanggung.
Seserahan sudah disiapkan. Cincin kawin pun demikian. Syahdan, rombongan keluarga dan kerabat Ferdian melesat dari Jember menuju Temanggung, Rabu (16/6/2021). Jarak yang cukup jauh, membuat rombongan Ferdian beristirahat semalam di Jogja. Rencananya, perjalanan akan dilanjutkan esoknya.
Namun ketika sedang beristirahat di Jogja, Ferdian mendapat kabar kalau Iit, calon istrinya positif Covid-19. Ferdian terkejut sekaligus bingung. Terjadi konflik batin, apakah akan tetap melanjutkan perjalanan, atau pulang ke Jember.
“Memang ini di luar dugaan saya bersama keluarga. Karena memang H-1 calon saya tiba-tiba melakukan swab test dan hasilnya positif. Padahal semua keluarga sudah di Jogja dan persiapan berangkat. Karena memang niat baik, kita akhirnya memutuskan tetap berangkat dengan keadaan apapun,” katanya.
Setelah berkoordinasi dengan Pemerintah Desa Lungge, prosesi lamaran bisa tetap digelar, namun dengan cara virtual. Sebab, mempelai wanita masih menjalani isolasi mandiri (isoman). Mendengar kabar tersebut, Ferdihan bersyukur. Kendati berbeda dengan lamaran kebanyakan, baginya itu jauh lebih baik daripada kembali ke Jember dan mengundurkan jadwal lamaran.
Dengan mengenakan batik bermotif coklat dibalut celana krem, ia sampai juga di Balai Pertemuan Desa Lungge, Kamis (17/6/2021) pagi. Disambut ramah oleh perwakilan calon mempelai perempuan. Dengan menggunakan aplikasi Zoom Meeting, prosesi lamaran akhirnya digelar.
Guratan senyum tampak di wajah Ferdian ketika melihat wajah calon istrinya di layar ponsel, yang juga ditayangkan di layar LCD. Penyerahan cincin pun diwakilkan kepada kerabat mempelai wanita. Kedua orang tua Iit, pasangan Kabul Asrofi dan Shorifa juga tampak di Zoom. Setelah sesi lamaran selesai, disepakati pernikahan akan digelar Agustus mendatang.
“Perasaan saya tidak bisa diungkapkan dengan kata-kata. Intinya saya sangat bersyukur. Alhamdulillah walaupun dengan ujian yanng diberi oleh Allah kepada saya seperti ini, saya masih bisa dimampukan untuk menjalankan prosesi tunangan,” tutur pemuda 25 tahun tersebut dengan senyum malu-malu.
Pria yang bekerja di perusahaan produksi ayam boiler di Malang tersebut mengatakan, yang dialaminya saat ini akan menjadi kenangan tak terlupakan. Perkenalan Ferdian dengan calon istrinya bermula saat mereka saling bertukar profil CV di salah satu kanal media ta’aruf. Gayung bersambut. Karena merasa klik satu sama lain, akhirnya pihak perempuan memberi lampu hijau bagi Ferdian untuk datang melamar.
“Jodoh memang tidak ada yang tahu. Perkenalan cuma satu bulan pada Mei H+3 Lebaran lalu. Bisa dilancarkan sampai sekarang,” katanya penuh syukur.
Camat Temanggung Shofwan Syafi’i mengatakan, pihaknya mendapat kabar lamaran virtual tersebut dari Puskesmas Dharma Rini yang meneruskan berita dari Pemerintah Desa Lungge bahwa akan ada lamaran dari pihak laki-laki yang berasal dari Jember. Di saat yang sama, calon mempelai wanita juga sedang positif Covid-19.
“Karena ini sudah dijadwalkan dan direncanakan sejak awal. Kami mengadakan koordinasi cepat dengan Pemerintah Desa Lungge. Maka kami mengambil terobosan dan solusi dari masalah ini dengan tetap diadakan prosesi lamaran secara virtual,” terangnya.
Kendati dilaksanakan secara virtual, Shofwan menegaskan bahwa prosesi lamaran tetap mengedepankan protokol kesehatan tanpa mengurangi substansi dari prosesi lamaran.
“Ini bisa menjadi edukasi sekaligus percontohan barangkali di lain tempat ada kejadian seperti ini. Kegiatan yang pada awalnya mungkin akan gagal, bisa tetap terlakasana tanpa mengurangi hakikat dan substansi dari kegiatan itu,” katanya. (nan/aro)