RADARSEMARANG.COM, Jenderal Sudirman meninggal di Magelang. Jejak-jejak perjuangan dan kepergian sang pahlawan itu diabadikan di sebuah museum yang berada di Jalan Ade Suryana nomor 37, Potrobangsan, Kota Magelang. Namanya Museum Jenderal Sudirman.
Bangunan cagar budaya ini dibangun pada masa kolonial Belanda tahun 1930. Sekaligus menjadi tempat tinggal terakhir Jenderal Sudirman. Pengelola museum Muhammad Ardani berkisah, sang jenderal menetap di Magelang sekitar tiga bulan. Menghembuskan nafas terakhir di rumah tersebut, yang kini menjadi museum. Tepatnya 29 Januari 1950, dalam usia 34 tahun.
Salah satu koleksi foto di museum ini, menunjukkan bahwa jenazah Jenderal Sudirman dimandikan di depan rumah ini. Yang merupakan bangunan utama. Ukurannya 285 meter persegi. Berdiri di atas lahan seluas 1.329 meter persegi. “Bangunan terdiri dari tujuh ruang,” katanya.
Meliputi ruang tamu, ruang kerja, ruang dokter pribadi, ruang keluarga, ruang tidur, ruang makan, dan dapur. “Di dapur inilah tersimpan meja yang digunakan untuk memandikan jenazah Jenderal Sudirman,” jelasnya.
Museum ini juga menyimpan barang-barang peninggalan dari Jenderal Sudirman. Seperti ranjang tidur, lemari, meja dan kursi tamu, serta meja kursi makan. Museum ini juga memiliki koleksi foto-foto Jenderal Sudirman beserta keluarga. Serta ada replika tandu yang digunakan Jenderal Sudirman saat memimpin perang gerilya, dan dua buah jubah yang sering dikenakannya. Pada 27 Februari 1975, bangunan ini diresmikan sebagai museum oleh Soepardjo Roestam. Sampai sekarang dikelola Pemkot Magelang.
Ardani melanjutkan, Museum Sudirman terdiri dua bangunan. Yakni bangunan utama atau rumah yang pernah ditempati Jenderal Sudirman dan keluarga. Kemudian bangunan belakang yang pernah ditempati ajudan militer, Soepardjo Roestam dan Tjokropranolo.
Saat ini bangunan induk merupakan area utama museum. Kemudian bangunan belakang difungsikan sebagai area publik untuk berbagai kegiatan. Seperti seminar, lokakarya, sosialisasi museum, tempat lomba dan teater, serta kegiatan seni budaya lainnya.
Bangunan belakang dilengkapi fasilitas pendopo, ruang penyimpanan koleksi dan perawatan koleksi, ruang keamanan, serta musala. ”Tahun 2017, museum ini sempat direnovasi. Seperti kusen-kusen pintu yang diganti dikarenakan yang lama sudah lapuk,” akunya.
Ardani berharap museum ini lebih maju. Sarana prasarana ditingkatkan. Koleksi museum bertambah, sehingga bisa meningkatkan angka kunjungan wisatawan. Tidak dipungkiri, keberadaan museum tidak banyak diketahui masyarakat luas, bahkan oleh warga Magelang sendiri. “Promosi museum perlu ditingkatkan,” pungkasnya. (rfk/put)