RADARSEMARANG.COM – Relawan pasukan khusus pemakaman (Paskuman) Kabupaten Demak harus kerja keras saat angka kematian akibat Covid-19 meningkat. Mereka harus siaga 24 jam untuk membantu memakamkan jenazah Covid-19 di Kota Wali.
Paskuman Demak dibentuk sejak awal Covid-19 mewabah. Tepatnya April 2020. Sejak itupula, Paskuman bergerak membantu pemakaman. Pengalaman selama ini, paling sedikit mereka memakamkan dua jenazah Covid-19 dalam seminggu. Dan, paling banyak memakamkam 15 jenazah dalam sehari.
Gerak cepat Paskuman hanya bisa dikenali saat mereka mengenakan baju hazmat lengkap dengan sepatu boots, penutup wajah, dan sarung tangan yang dipakai saat pemakaman. Sudah setahun lebih Paskuman mengabdikan diri untuk masyarakat korban pandemi ini. Mereka adalah para relawan. Bukan karyawan yang mendapatkan upah atau gaji. Mereka betul-betul mengabdikan diri untuk kemanusiaan.
Koordinator Paskuman Demak Tamsir mengatakan, sebagai bagian dari Paskuman, jika kondisinya darurat, ia dan kawan-kawannya rela tidak pulang ke rumah. “Pulang ke rumah antara tiga hingga empat hari sekali,”ujar pegawai ASN Dinas Kesehatan Pemkab Demak bagian program penanganan pervirusan HIV dan Hepatitis ini.
Tamsir menuturkan, semula ia menjadi pelatih para modin desa dalam pemulasaran jenazah. Namun kala ada pandemi Covid-19, Tamsir all out membantu para modin desa dalam pemakaman korban korona. “Awalnya yang ikut memakamkan hanya tiga orang. Kemudian, ditambah dari relawan, termasuk dari kalangan mahasiswa juga ikut menjadi relawan pemakaman,”katanya.
Kini, anggota Paskuman terus bertambah hingga ada 24 orang. Mereka berasal dari berbagai elemen masyarakat, termasuk pegawai negeri. Ada yang dari petugas Damkar, DPKAD, PSC, Dinas Perhubungan, dan lainnya. Untuk menjadi anggota Paskuman, diakui, tidak semua orang memandang dengan baik. Adapula yang mencibir, termasuk melalui narasi-narasi di media sosial.
“Kita pun bentuk tim cyber khusus untuk men-tracking komen orang yang tidak suka dengan Paskuman. Kemudian kita edukasi agar mereka memahami tugas para relawan Paskuman ini,”ujar Tamsir.
Jika yang suka nyinyir terhadap Paskuman tidak bisa diedukasi, langkah selanjutnya adalah mengajak mereka agar ikut mendampingi prosesi pemakaman. Mereka biasanya langsung minta maaf setelah melihat kerja Paskuman tersebut.
“Sejak ada Paskuman, kita sudah edukasi tiga orang dengan latarbelakang yang berbeda. Mereka sebelumnya membuat narasi yang tidak pas, sehingga harus kita edukasi bersama. Mereka orang berpendidikan, tapi tidak memahami rasa kemanusiaan dan kondisi yang lagi pandemi seperti ini,”katanya.
Menurutnya, para anggota Paskuman biasanya bertemu bersama saat sore hingga malam hari. Sebab, kadang pagi hari mereka bekerja di kantor masing-masing. Karena itu, saat ada kematian, dan butuh dimakamkan, maka mereka saling berkoordinasi siapa yang waktunya luang. “Ya, namanya relawan, sehingga kita tidak bisa memaksa. Ini adalah tugas kemanusiaan,”ujarnya lagi.
Saat pandemi kembali memuncak seperti saat ini, Paskuman hanya bisa mengharap masyarakat agar mematuhi protokol kesehatan (prokes). “Kita pun dari Paskuman taat prokes. Apalagi kita tiap saat bersentuhan dengan jenazah saat pemakaman. Prokes ketat kita jalani. Rapid tes antigen hingga vaksinasi sudah kita lakukan semua. Alhamdulillah, anggota Paskuman tetap sehat,”katanya.
Selain prokes, Paskuman juga selalu menjaga ritme asupan makanan dan minuman yang bergizi, sehingga imun tetap kebal. “Kalau kita lihat peti mati atau peti jenazah kita anggap itu barang yang infeksius atau mengandung bakteri atau kuman. Sehingga kita selalu waspada agar tetap steril,”kata Tamsir.
Dalam proses pemakaman, Paskuman bergerak cepat meskipun kadang alat pemakaman minim. “Kalau gak ada pacul untuk menggali atau menguburkan ya pakai tangan,”paparnya.
Saat pandemi memuncak di Kabupaten Kudus, Paskuman Demak turut membantu pemakaman di daerah tetangga tersebut. Kadang ikut mengantar jenazah hingga luar kota. “Kita saling membantu. Karena kita juga kadang dibantu. Agar tetap bersemangat, maka anggota Paskuman tetap harus ceria dalam menjalankan tugas. Kadang tetap guyon saat ketemu bersama. Kita pupuk naluri semangat kebersamaan dan rasa solidaritas,”ungkapnya.
Dari semangat kebersamaan itulah, Paskuman tetap menjadi relawan yang tangguh dan militan dalam memakamkan jenazah Covid-19. (hib/aro)