33 C
Semarang
Sunday, 15 June 2025

Hasilkan 200 Kg Maggot per Bulan, Buat Pakan Burung dan Ikan

Olah Sampah Organik Jadi Kompos, Unnes Manfaatkan Maggot

Artikel Lain

RADARSEMARANG.COM, Mengolah sampah organik menjadi kompos sudah banyak dilakukan. Di kampus Universitas Negeri Semarang (Unnes), sampah disulap menjadi kompos menggunakan maggot. Larva pemakan sampah ini dibudidayakan oleh UPT Pengembangan Konservasi Unnes.

ADENNYAR WYCAKSONO, Radar Semarang

TUMPUKAN sampah organik berupa daun, kayu, dan lainnya dipisahkan. Mesin-mesin pencacah sampah bekerja tanpa henti. Sampah organik ini sengaja dikumpulkan untuk pakan maggot, sekaligus menjadi tempat budidaya lantaran memiliki nilai jual tinggi untuk pakan ternak.

Kepala UPT Pengembangan Konservasi Unnes Prof Amin Retnoningsih menjelaskan, budidaya maggot di Unnes dilakukan di tempat pengelolah sampah terpadu (TPSP), untuk mengatasi persoalan sampah yang ada di kampus di daerah Sekaran, Gunungpati ini.

“TPSP ini menjadi peran serta Unnes untuk menjaga konservasi lingkungan. Bagaimana kita mengolah sampah dengan menjadikan kompos dan budidaya maggot,” katanya, belum lama ini.

Budidaya maggot, kata dia, untuk mengatasi permasalahan sampah organik untuk mengurai sampah daun yang ada di Unnes. Total produksi sampah daun di Unnes, lanjutnya, sekitar 12 ton atau 90 persen dari jumlah total sampah. “Jumlah pohon di Unnes ini kan sangat banyak, nah sampah daun ini diolah untuk menjadi pakan maggot,” jelasnya.

Maggot sendiri merupakan sebutan lain dari belatung atau larva dari black soldier fly (BSF). Daun kering yang sudah diolah tadi kemudian diurai menjadi pakan maggot yang diketahui memiliki protein sangat tinggi, dan bisa digunakan sebagai pakan ternak.

“Di satu sisi kita bisa mengatasi pengolahan sampah organik, di sisi lain kita juga mendapatkan keuntungan penjualan maggot,” tambahnya.

Amin menjelaskan, sampai saat ini produksi maggot dalam setiap bulannya mencapai 200 kilogram. Dirinya memprediksi jika produksi maggot ke depan akan semakin meningkat jika perkuliahan mulai berjalan secara luring.

“Bisa saja meningkat jika sampah organik yang dihasilkan bertambah ketika perkuliahan sudah dimulai tatap muka,” katanya.

Penanggung Jawab Produk BSF TPSP Unnes Pandu Saputra mengatakan, jika larva BSF yang dimiliki Unnes diberi pakan sampah organik, juga bisa sisa makanan berupa buah, dari hasil pembuangan sampah yang ada di Unnes.

“Masa panennya bisa dibilang cepat, mulai dari telur hingga menetas hanya membutuhkan waktu dua pekan,” tambah Pandu.

Untuk pemasaran maggot, selain dijual di Semarang, juga dijual di Kendal dan Salatiga. Menurutnya, permintaan pasar maggot sangat tinggi, dan membuat pihaknya kewalahan untuk memenuhi permintaan pasar.

“Produksinya masih terbatas, sementara permintaannya tinggi. Biasanya untuk pakan burung berkicau, pakan ikan, dan lainnya,” katanya. (*/aro)


Artikel Terkait

Sementara Itu ..

Terbaru

Populer

Menarik

Lainnya