26.1 C
Semarang
Monday, 23 June 2025

Terbantu Penjualan melalui E-Commerce, Jajaki Pasar Ekspor

Sulistyarini, UMKM ‘Sambal Tok’ Semarang Tetap Eksis di Masa Pandemi

Artikel Lain

RADARSEMARANG.COM, Pandemi Covid-19 membuat sebagian sektor terdampak. Termasuk pariwisata dan ekonomi kreatif. Namun beberapa UMKM masih bisa bertahan. Salah satunya produk Sambal Tok Semarang.

IDA FADILAH, Radar Semarang

SETELAH setahun pandemi, kini para pelaku usaha mulai merangkak untuk bangkit. Sulistyarini misalnya, meski penjualan Sambal Tok produksinya merosot, namun selama pandemi ia tak pernah berhenti berproduksi. Hal ini dikarenakan pasar konvensional tetap menjual produknya.

“Walaupun jumlahnya berkurang, tapi swalayan tetap memesan. Di toko konvensional gak begitu pengaruh,” ujarnya saat ditemui RADARSEMARANG.COM di Galeri Industri Kreatif Kota Semarang.

Bahkan, pemilik usaha sambal CV Tokindo Raya ini melebarkan pasaran di toko konvensional hingga luar Kota Semarang, seperti Pati dan Kudus. Beberapa tempat lain juga sudah mulai memesan dalam jumlah banyak, mencapai 1.000 botol Sambal Tok.

Selain di Indonesia, Sambal Tok juga menjajaki ekspor seperti Dubay United Arab Emirates, Singapura, Hongkong, Buckhingham Inggris, dan Jedah. Belum lama ini, ia mengirim sampel produknya ke Foreign Direct Investment (FDI) Korea. “Sudah lolos, hanya menunggu pre order buyer karena kontainer dari pemerintah dibatasi,” katanya.

Selain mempromosikan produksinya di media sosial Facebook dan Instagram, pemasaran juga dilakukan Rini –sapaan akrabnya– melalui e-commerce, seperti Bukalapak, Shoppe, dan Tokopedia.

Belum lama ini, Rini sibuk mengikuti program pemerintah kebangkitan UMKM berupa pelatihan promosi online market place Bukalapak. Ia sangat antusias karena senang pemerintah memperhatikan UMKM.

Wanita 42 tahun ini juga sangat berterima kasih kepada pemerintah yang telah menyertakan Sambal Tok dalam program bantuan sosial. Dengan ini, tentunya membantu mengatasi keterpurukan UMKM.

Mantan kepala perawat di Kings of Medical Riyad, Saudi Arabia ini mulai banting setir menjadi pengusaha Sambal Tok sejak 2016 lalu. Nama Tok diambil dari suaminya yang bernama Totok. Sambal menjadi pilihan, karena masyarakat Indonesia tak pernah lupa menyertakan sambal setiap kali makan. Ada empat varian sambal yang diproduksi, yaitu sambal bajak, sambal bawang, sambal cumi, dan sambal ijo.

Dalam pengolahan produknya, ia selalu mengutamakan kualitas. Adapun bahan yang digunakan selalu segar, tanpa menggunakan bahan pengawet.

Untuk pengemasan produknya, Rini menggunakan botol dengan penutup yang terbuat dari aluminium stainless. Menurutnya, hal ini membuat kemasan merekat kuat, dan terbebas dari rembes, serta tahan lama. Dengan sistem kemasannya ini, tak akan mengubah rasa meski dikirim sampai luar negeri sekalipun.

“Kuncinya masak harus tanak, walaupun gak pakai pengawet ketahanan bisa satu tahun lebih,” jelasnya.

Bagi konsumennya, Sambal Tok memiliki rasa yang khas dan otentik. Selain rasa pedas, keharuman bawang merah muncul ketika kemasan dibuka. Begitupun dengan sambal cumi, Rini menggunakan standardisasi cumi dari BPOM, karena pemilihan bahan baku yang bagus, tidak akan menimbulkan bau.

Rini berharap, kondisi negeri ini bisa segera pulih supaya roda perekonomian terus berjalan. Begitupun dengan sistem ekspor yang turut menjadi bagian dalam usahanya. Selain itu, Rini juga ingin kembali mengikuti berbagai pameran di berbagai kota di Indonesia, dan membawa nama Sambal Tok dan Kota Semarang semakin dikenal.

Diakuinya, ia rindu masa-masa saat kebanjiran orderan hingga memproduksi 10.000 botol dalam sebulan. Meski demikian, ia tetap bersyukur usahanya masih terus diminati masyarakat, dan mampu bertahan di masa pandemi. (*/aro)


Artikel Terkait

Sementara Itu ..

Terbaru

Populer

Menarik

Lainnya