RADARSEMARANG.COM – Berawal dari hobinya memelihara ikan dan menyukai seni, Untung Sugiharto kini menekuni budidaya ikan koi. Pundi-pundi rupiah didapatnya dari penjualan benih ikan maupun ikan koi yang berumur dua hingga tiga bulan.
Sehari-hari Untung Sugiharto menjadi ketua kelompok usaha budidaya ikan hias Mina Papilon di Kampung Sidorejo, Kelurahan Parakan Kauman, Kecamatan Parakan, Kabupaten Temanggung. Saat ini, ia dan kelompok usahanya membudidayakan bermacam jenis ikan koi. Mulai jenis kohaku, thaiso shanke, showa sansoku, asagi, ushui, dan tancho. Jenis ikan koi ini banyak diminati konsumen yang tersebar di pelosok Indonesia. Mulai di Pulau Jawa, Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, hingga Bali.
Harga ikan koi yang ditawarkan pun bervariasi. Mulai Rp10 ribu hingga puluhan jutaan rupiah per ekor. Ikan koi dengan harga puluhan juta tersebut adalah ikan yang memiliki pola bagus dengan warna yang tajam.
“Kalo secara bisnis sangat menguntungkan, karena taruh kata kita menjual satu ekor ikan dengan kualitas bagus, akan jauh sekali harganya dari ikan konsumsi. Selain itu, di lahan terbatas kita bisa memproduksi ikan hias yang bagus, dan pasarnya juga terbuka sekali,” katanya.
Ia mengatakan, memelihara ikan koi tidak begitu sulit. Karena pada usia nol hingga dua minggu, ikan koi cukup diberi makan alami seperti cacing ataupun bakteri air. Namun setelah dua minggu ikan yang berasal dari Jepang itu cukup diberi pelet.
“Pemeliharaannya sangat mudah, hanya memberikan pakan yang bagus, dan juga perawatan dari penyakit serta jamur. Meski demikian, dalam pemeliharaannya harus memperhatikan kadar oksigen yang ada di dalam air untuk mengantisipasi terjadinya ikan stre dan mati,” imbuhnya.
Dikatakan, budidaya ikan koi yang ditonjolkan pada kelompok usaha Mina Papilon ini meliputi pemijahan, pembesaran, dan pemasaran. Tak heran banyak pedagang maupun penggemar ikan hias dari luar daerah datang langsung untuk membeli. Bahkan selain digunakan sebagai tempat budidaya ikan hias, Mina Papilon juga dimanfaatkan sebagai tempat kegiatan penelitian bagi mahasiswa perikanan, termasuk mengedukasi para pemula yang akan memelihara ikan koi.
Tidak hanya berbisnis ikan hias, sebagai upaya menjaga ekosistem ikan di sungai kelompok usaha Mina Papilon juga melepas ikan hasil budidaya ke beberapa embung dan sungai di Temanggung, seperti di embung Kledung, Bansari, Sungai Galeh, dan Sungai Brakongan.
Meski begitu, berbisnis ikan koi juga penuh dengan tantangan. “Kendala beternak ikan koi saya rasa semuanya sama, yaitu penyakit ikan dan hama. Termasuk fluktuasi suhu yang terjadi di bulan-bulan ini pengaruhnya sangat terasa sekali. Untuk kematian faktor fluktuasi suhu 20 persen, virus 80 sampai 100 persen, istilahnya gagal panen,” ungkapnya.
Selain kendala teknis, lanjut dia, kondisi pandemi yang terjadi saat ini juga mempengaruhi bisnisnya. Ia mengaku penjualan turun drastis 50 sampai 80 persen. Selain itu, untuk penjualan online juga terkendala kesulitan distribusi. “Untuk penjualannya sebenarnya gampang, cuma karena tempat kita di daerah, untuk transportasi dan distribusinya kita yang kesulitan,” katanya. (cr2/aro)