28 C
Semarang
Monday, 16 June 2025

Punya Koleksi 50 Bonsai, Yang Mahal Seharga Rp 20 Juta

Akhmad Sugiharto, Kepala Dinperkim Demak yang Hobi Tanaman Bonsai

Artikel Lain

RADARSEMARANG.COM, Kepala Dinas Perumahan dan Permukiman (Dinperkim) Kabupaten Demak Akhmad Sugiharto punya hobi yang menghasilkan pundi-pundi rupiah. Di sela bekerja, dia merawat dan mengoleksi tanaman bonsai.

WAHIB PRIBADI, Demak, Radar Semarang

 MEMBUAT BONSAI: Akhmad Sugiharto sedang merawat tanaman bonsai. (kanan) Salah satu tanaman bonsai koleksi Akhmad Sugiharto. (FOTO-FOTO: WAHIB PRIBADI/RADARSEMARANG.COM)

MEMBUAT BONSAI: Akhmad Sugiharto sedang merawat tanaman bonsai. (kanan) Salah satu tanaman bonsai koleksi Akhmad Sugiharto. (FOTO-FOTO: WAHIB PRIBADI/RADARSEMARANG.COM)

DI sela waktu istirahat siang, ada sesosok pria yang sedang sibuk mengisi waktunya di sebuah taman yang terletak di bagian pojok bagian timur gedung Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (Dinputaru), serta Dinas Perumahan dan Permukiman (Dinperkim) Kabupaten Demak. Dia adalah Akhmad Sugiharto. Sehari-hari, pria yang akrab disapa Aseng ini menjabat sebagai Kepala Dinperkim Kabupaten Demak.

Dengan alat pemangkas ranting, seperti gunting dan kawat, pria kelahiran Demak 17 Mei 1973 ini dengan tekun dan teliti merawat pohon sancang mini yang telah dibonsai. Jenis tanaman bonsai ini menjadi salah satu koleksi, selain jenis tanaman lainnya. Seperti pohon asam jawa, mostam, serut, cemara sinensis, anting putri (tanaman khas Sumatera), dan jenis lainnya.
“Yang saya rawat ada sekitar 50 koleksi bonsai,”ujar alumni Institut Teknologi Bandung (ITB) ini kepada RADARSEMARANG.COM.

Menurutnya, bergelut dengan bonsai selain dapat menyalurkan hobi, juga bisa menghilangkan stres di sela kesibukannya bekerja sebagai kepala dinas.

“Kalau sudah pegang bonsai seperti ini, pikiran jadi fresh lagi. Ya buat hiburan lah. Menekuni bonsai bisa serap aura negatif,”ujar suami Nur Aini, guru SMA Negeri 2 Demak ini.
Meski tangan terlihat kotor dengan tanah, kata dia, namun semua itu tidak bermasalah karena bisa buat sampingan penghasilan.

Sugiharto menambahkan, bonsai koleksinya tersebut memiliki nilai ekonomis cukup tinggi. Paling murah seharga Rp 300 ribu, hingga yang mahal Rp 20 juta. “Yang paling laku rata rata jenis asam jawa. Harganya sekitar Rp 5 jutaan,”katanya.

Untuk merawatnya, antara lain rajin memotong atau memangkas dahan dan ranting. Untuk bonsai, tidak ada istilah mahal dan tidak mahal. Sebab, yang namanya bonsai adalah bicara soal cita rasa seni yang terkandung dalam bonsai, dan saat membonsai. Nilai seni bisa dilihat dari batangnya, umurnya, penataan dahan, maupun rantingnya. Media yang dibutuhkan hanya tanaman, tanah, pot, dan kawat. “Kalau bisa menata dengan baik, rasanya ada kepuasan tersendiri,”imbuhnya.

Dari sisi bisnis, bonsai koleksinya dijual secara online, dan lewat pameran yang digelar di berbagai daerah. Agar dikenal masyarakat luas, koleksi bonsainya pun kerap diikutkan dalam berbagai even. Baik lokal, regional, maupun nasional.

Sejumlah penghargaan diterima Sugiharto selama menekuni bonsai. Di antaranya, saat ikut pamnas (pameran nasional) bonsai di Kendal dan Jogjakarta.

“Bangga bisa juara. Kita memang sering ikut pamnas bonsai di berbagai daerah. Kita juga pernah ngadain pamnas sendiri. Kita mau adakan lagi belum bisa, karena masih pandemi. Kita undur,”kata ayah tiga anak, Imam Anas Al Ghifari, Dinaya Ilma Nifia, dan Gitza Amanda Ramadani ini.

Sugiharto menuturkan, hobi menata dan membuat bonsai tersebut ditekuni baru tiga tahun terakhir. Ia memulai hobi barunya itu dengan berguru dari sejumlah petani, jejaring teman penikmat atau penyuka bonsai, serta ngangsu kaweruh dengan pakar bonsai yang telah dikenal di dunia perbonsaian. Juga ikut komunitas dan penggemar bonsai.

Untuk cari bahan tidaklah sulit. Mula-mula mencari bahan bonsai di wilayah desa-desa dan informasi dari internet. “Kadang beli dari online lalu kita rawat sedemikian rupa. Kita rawat dengan rasa senang, sehingga hasilnya pun baik. Pertama jadi penikmat dulu, lama-lama jadi hobi dan menghasilkan,”ujarnya.

Agar bisa terawat dengan baik, biasanya digunakan pupuk kandang. Diakui, tidak semua pohon bisa dijadikan bonsai.

Sugiharto mengungkapkan, selain hobi bonsai, ia juga hobi menyanyi atau sebagai vokalis lagu lagu semua genre. “Semua lagu senang. Tinggal suasana hati,”kata Sugiharto yang mengagumi dan mengidolakan master bonsai asal Semarang, Sarno Kosasih ini. (*/aro)


Artikel Terkait

Sementara Itu ..

Terbaru

Populer

Menarik

Lainnya