RADARSEMARANG.COM, Fenti Kumala Sari termasuk mahasiswi kreatif. Ia menciptakan inovasi tempe dari biji mangrove. Tempe ini memiliki kandungan protein yang tidak kalah dengan tempe kedelai.
PUTRI ISNAYNI DEWI, Radar Semarang

Fenti Kumala Sari tercatat sebagai mahasiswi Universitas PGRI Semarang (UPGRIS). Ia mengaku muncul membuat tempe dari biji mangrove setelah lolos pendanaan Program Kreativitas Mahasiswa Bidang Pengabdian Masyarakat (PKM-M) oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud). Dalam program PKM-M itu, Fenti mengajak wanita pesisir di Desa Mororejo, Kecamatan Kaliwungu, Kendal untuk memanfaatkan biji mangrove dibuat tempe.
“Selama ini biji mangrove tidak dimanfaatkan dengan baik, sehingga perlu adanya inovasi,” kata Fenti kepada RADARSEMARANG.COM, belum lama ini.
Mahasiswi Program Studi Pendidikan Biologi ini mengatakan berdasarkan artikel yang dibacanya, biji mangrove memiliki kandungan protein yang baik, mencapai 17,012 persen. Tempe dari biji mangrove nyaris sama seperti tempe kedelai. Dari segi bentuk, ketahanan, dan rasa.
“Kalau untuk kandungan gizi secara keseluruhan, memang belum pernah diujikan di laboratorium,” akunya.
Namun setidaknya, kata dia, tempe dari biji mangrove ini bisa menjadi alternatif sebagai pengganti kedelai.
Fenti menjelaskan, pembuatan tempe dari biji mangrove memerlukan ketelatenan. Ini karena biji mangrove mengandung tannin, yaitu zat alami buah mangrove yang memberikan rasa getir. Sehingga harus dihilangkan supaya aman untuk dikonsumsi.
Cara pembuatan tempe ini memerlukan alat seperti pisau, talenan, baskom, sendok, kompor, panci, saringan, tampah, lilin, dan timbangan. Sedangkan bahannya ada buah mangrove, ragi, plastik atau daun pisang, dan air.
Langkah-langkah pembuatannya, pertama, timbang buah mangrove sesuai kebutuhan. Kemudian cuci buah mangrove untuk menghilangkan kotoran yang menempel. Lalu rendam buah mangrove. Ini berguna untuk menyeleksi buah yang bagus dan tidak, sekaligus menghilangkan kadar tannin di dalamnya. Selanjutnya rebus buah mangrove untuk menghilangkan sisa tannin yang masih ada.
Setelah direbus, kata dia, buah mangrove didinginkan. Lalu pisahkan daging buah dengan bijinya. Biji mangrove kemudian diberi ragi. Selanjutnya bungkus dengan plastik ataupun daun pisang. Terakhir, diamkan selama satu malam supaya tempe ditumbuhi jamur. Tempe biji mangrove sudah jadi, tinggal diolah sesuai selera.
Fenti menciptakan tempe dari biji mangrove bersama keempat temannya, yakni Meydina, Elly, Syafina, dan Faidun. Program PKM-M ini didanai Rp 5 juta oleh Kemendikbud. Mereka berhasil menerapkan program tersebut sampai proses pembuatan bersama ibu-ibu pesisir Desa Mororejo. “Ibu-ibu di sana malah baru tahu ternyata biji mangrove bisa dimanfaatkan menjadi tempe,” jelas mahasiswi yang pernah mendapatkan penghargaan dalam lomba menulis essay itu.
Fenti yang dulunya pernah memenangkan lomba lompat jauh putri mengakui, perkembangan program PKM-M ini belum berjalan dengan baik. Mengingat kondisi masih pandemi, dan perlunya dukungan dari pihak-pihak terkait seperti Badan Usaha Milik Desa (BUMDES) dan Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM).
Selain berinovasi membuat tempe dari biji mangrove, sebelumnya Fenti juga pernah menciptakan pupuk dari keong mas dan limbah rumah tangga. Gadis yang pernah menjabat bendahara umum Himpunan Mahasiswa Program Studi Pendidikan Biologi UPGRIS, dan Sekretaris Divisi Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) di Unit Kegiatan Mahasiswa Kajian Ilmiah Penelitian Mahasiswa (UKM KIPM) ini juga aktif di lingkungan asalnya Dukuh Bombong, Desa Baturejo, Kecamatan Sukolilo, Pati, untuk membantu anak-anak belajar di rumah. (*/aro)