28 C
Semarang
Sunday, 22 December 2024

Berdiri 1901, Bekas Pabrik Tertutup Pasar Ikan Hias

Menelusuri Jejak Hygeia, Pabrik Air Mineral Pertama di Kota Semarang

Artikel Lain

RADARSEMARANG.COM, Pabrik air minum kemasan pertama terdapat di Kota Semarang. Namanya Hygeia. Air mineral ini sudah ada sejak 1900-an. Namun minimnya literasi membuat masyarakat banyak yang tidak tahu keberadaan pabrik air minum dalam kemasan zaman Kolonial Belanda ini.

EKO WAHYU BUDIYANTO, Radar Semarang

Meruntut dari literatur sejarah, pabrik air minum dalam kemasan Hygeia sudah dibangun di Kota Semarang sejak 1901. Pendirinya seorang apoteker asal Belanda, Hendrik Freerk Tillema. Hygeia merupakan merek air minum kemasan pertama di Semarang, bahkan mungkin di Indonesia. Pendirian pabrik ini adalah akuisisi perusahaan farmasi, dan pabrik minuman limun bernama Klaasesz and Co, tempat di mana Tillema sebelumnya pernah bekerja.

Setelah ditelusuri, ternyata bangunan pabrik air mineral pertama tersebut masih ada. Terhimpit di antara kios penjual ikan hias di Jalan KH Agus Salim Semarang. Pintu masuk bangunan sudah dipindah ke belakang. “Setelah ada ini (pasar ikan hias) pintunya kan tertutup kios pedagang,” terang Sumarti, 42, salah satu pedagang di Pasar Ikan Hias Jalan KH Agus Salim, Jumat (23/4).

Tulisan nama “Faberik Hygeia” masih terlihat jelas. Penuturan para pedagang di pasar tersebut sekarang bangunan difungsikan untuk tempat pembuatan tepung tapioka. Namun itupun sudah jarang beroperasi. Ketika didatangi, bagian pintu belakang masih terkunci rapat. Untuk bisa menemukan ke pintu tersebut juga harus masuk ke dalam pasar ikan hias terlebih dahulu. Setelah sampai ujung pasar, ada pintu besar persis di sisi bagian kanan.

Jejak pabrik air mineral ini juga bisa ditemui di sentra penjualan barang antik di Kota Lama Semarang. Botol bening berlogo Hygeia bahkan dijual bebas. Harga yang dibanderol oleh penjual barang antik di belakang Gereja GPIB Immanuel atau Gereja Blenduk untuk satu botol Hygeia terbilang cukup murah. Mulai Rp 50 ribu sampai Rp 150 ribu, tergantung kondisi botol. Apakah logo Hygeia masih bisa terbaca atau tidak. Semakin jelas logo Hygeia, harganya semakin mahal. Namun masih di kisaran Rp 150 ribu.

Salah satu penjual barang antik di belakang Gereja Blenduk yang juga menjual botol Hygeia, yakni Rofiq Ahmad, 45. Pedagang yang juga tergabung dalam Paguyuban Asem Kawak tersebut memiliki tiga botol Hygeia.“Yang dua sudah dipesan, dan sudah laku. Tinggal satu botol yang belum laku,” ujar Rofiq kepada RADARSEMARANG.COM, Kamis (22/4).

Kepada koran ini, ia menunjukkan botol yang dimaksud. Dikatakannya, ia sudah tiga tahun terakhir menjual botol Hygeia. Botol Hygeia yang dijual terbuat dari kaca transparan, memiliki tinggi kurang lebih 30 sentimeter. Pada bagian tutupnya terdapat gambar kucing hitam dengan tulisan Hygeia. “Ini kondisinya masih original. Dijamin asli,” cetusnya.

Ciri khas lainnya tampak pada botolnya yang dihiasi tulisan timbul Hygeia sesuai nama pabriknya. Ia menceritakan bagaimana bisa mendapatkan botol tersebut. Kali pertama, ia mendapatkannya saat menjadi pemandu wisata untuk kawasan Kota Lama. Ketika tahun 2017 silam, ia bertemu dengan seorang story teller peranakan Tionghoa yang bernama Jongkie Tio yang membicarakan seputar sejarah Kota Semarang.

Dari obrolan itu, ia membeli buku milik Jongkie. “Karena waktu itu saya nyambi sebagai pemandu wisata, jadi ada niatan kepengin tahu sejarah panjang di Semarang,” katanya. Setelah ia mengetahui di Kota Semarang ada ada pabrik air mineral Hygeia ia lantas ingin memburu barang peninggalan pabrik air minum kemasan tersebut.
Upayanya yang berburu botol Hygeia pun memang tak mudah. Namun dewi fortuna tiba-tiba menghampirinya tatkala dirinya berhasil menemukan sebuah lembar kertas obligasi milik pabrik Hygeia dari tukang loak.

Setelah itu, ia juga mendapat sebuah koran lawas yang memuat gambar iklan Hygeia. Tak lama ketika seorang kenalannya memposting foto beberapa botol Hygeia di akun Facebook, Rofiq mengaku buru-buru membelinya.

“Pas saya dapat botolnya, terus saya ditawari gelasnya Hygeia dan saya beli,” terangnya. Rofiq cukup beruntung bisa mendapatkan botol sekaligus gelas milik pabrik Hygeia. Sebab, secara historisnya, gelas yang bergambar Hygeia sangat langka karena dulunya jadi hadiah dari pembelian air minum Hygeia.

Menurutnya, animo masyarakat untuk membeli botol Hygeia saat ini sangat tinggi. Terdapat sebuah komunitas yang bahkan rela mengulik barang peninggalan pabrik Hygeia lantaran tertarik dengan akar sejarah pabrik air mineral yang konon pertama kali berdiri di Semarang.

Meski begitu, bergerak di industri barang antik tak bisa seenaknya mematok harga. Ada sebuah standar harga yang bisa ditawarkan ke konsumennya. Untuk menjual sebuah botol Hygeia misalnya, Rofiq maksimal mematok harga Rp 150 ribu karena menyesuaikan dengan segmentasi pasarnya.

Ia yang menekuni barang antik sejak 2014 itu juga punya botol-botol unik lainnya. Mulai botol minuman jus buatan Austria yang berusia 200 tahun hingga botol soda kuno milik pabrik asal Pekalongan.
Tidak hanya Rofiq, penjual barang antik di kawasan tersebut Joko, 38, juga mengaku beberapa kali menjual botol Hygeia. Bedanya jika yang dijual Rofiq berwarna putih, botol Hygeia yang dijual Joko berwarna biru tua. “Kalau punya saya sudah laku Rp 200 ribu,” ujarnya. (*/aro)


Artikel Terkait

Sementara Itu ..

Terbaru

Populer

Menarik

Lainnya