31 C
Semarang
Friday, 11 April 2025

Menikmati Kopi Lokal sambil Baca Buku dan Berdiskusi

Zaim Ahya Gagas Kedai Literasi di Kabupaten Batang

Artikel Lain

RADARSEMARANG.COM, Kedai kopi menjamur di Kabupaten Batang. Mulai di tepian pantai hingga pegunungan. Berbeda dengan kedai-kedai lain, Zaim Ahya, 31, justru menggagas kedai kopi dengan konsep literasi. Menyasar pemuda dan masyarakat umum.

RIYAN FADLI, Batang, Radar Semarang

TAK Selesai, tulisan di papan kecil kiri Jalan Limpung-Tersono cukup membuat pengendara berpikir. Kedai kopi itu punya nama unik. Bangunannya dominan berwarna gelap. Lokasinya di depan SMK Al Sya’iriyah Limpung, Desa Plumbon, Kecamatan Limpung.

Penggagasnya adalah Zaim Ahya, pemuda desa setempat yang menginginkan menumbuhkan budaya literasi. Menggunakan kocek pribadi, ia membangun kedai kopi itu sejak 2019. Di sana tersedia buku-buku bacaan dari berbagai genre. Pengunjung bebas membaca. Juga mengikuti kegiatan diskusi yang acap kali dilakukan.

“Usia kedai Tak Selesai sudah dua tahun, tepat di bulan April ini. Foto ini adalah bentuk paling awal dan sederhana dari kedai yang kata beberapa orang merupakan kedai ora rampung-rampung,” guraunya sembari menunjukkan foto awal kedai tersebut kepada RADARSEMARANG.COM.

Baru dua atau tiga hari buka, kedai itu dibobol maling. Kompor, tabung elpiji, bahkan tempe, dan minyak goreng diambil pencuri. Ia menjelaskan, beberapa teman berkata bahwa terjadinya pencurian di awal usaha adalah tanda akan ramai pembeli di kemudian hari.

“Dari awal saya memimpikan membuat kedai yang tidak sekadar menjual kopi dan buku, namun juga menyediakan buku-buku yang bisa dibaca gratis. Selain itu juga ada rutinan diskusi dan pelatihan menulis,” ujarnya.

Ia mengangkat konsep kedai literasi itu lebih kepada hobi. Latar belakang santri dan mahasiswa yang selalu bergelut dengan buku membuatnya terinspirasi. Saat ini, ia menjadi penulis lepas. Dua buku sudah diterbitkannya. Salah satu bukunya berjudul Dunia Kiai. Selain menulis buku, mahasiswa S2 UIN Sunan Kalijaga Jogjakarta itu juga aktif menulis artikel di kanal digital, seperti alif.id dan Lembaga Ta’lif wan Nasyr (LTN) NU.

Hobi menulis dan membaca terus dikembangkannya saat kuliah S1 di UIN Walisongo Semarang. Ia aktif di berbagai organisasi, salah satunya adalah pers mahasiswa.

“Saya ingin menularkan hobi itu. Literasi perlu digalakkan, salah satunya dengan cara mengenalkan buku-buku di kedai, tidak sekadar nongkrong-nongkrong. Tapi bisa menambah wawasan. Kakak saya pernah bercerita, ada anak tetangganya minta izin ke orang tuanya mau datang ke Kedai Tak Selesai. Dia mengatakan, saya izin ke kedai, Mak. Tidak hanya ngopi, tapi juga membaca buku di sana,” ceritanya.

Kedai Tak Selesai rutin menggelar diskusi dengan berbagai tema. Tidak monoton, baik itu tentang keilmuan maupun umum. Seperti diskusi menulis, jurnalistik, keagamaan, dan lainnya. Tema-tema aplikatif juga dibincangkan seperti beternak belut, sharing tentang jagung, maupun pemanfaatan dunia digital. Pesertanya dari berbagai kalangan, seperti petani, santri, mahasiswa, dan ormas keagamaan.

“Sebelum pandemi, setiap minggu diskusi bisa berjalan. Diskusi soal belut kita sandingkan dengan Kitab Kuning, jadi membahas hukum agama dalam beternak belut dan cara beternak belut,” paparnya.

Berkat aktivitasnya, kedai itu bahkan banyak didatangi mahasiswa, dan santri dari luar daerah. Mereka menyempatkan ngopi sembari mengikuti jalannya diskusi. Zaim pun merencanakan akan membuat kegiatan rutin baru, yaitu Kedai Tak Selesai membincang buku.

Pembicaranya bisa dari pengunjung kedai. Siapa yang ingin menjadi pembicara bisa mengajukan buku pada Kedai Tak Selesai, setelah dibaca bisa diulas dengan berdiskusi bersama. “Yang melakukannya nanti mendapatkan reward, seperti voucher ngopi, buku, dan lain sebagainya,” ucapnya.

Ditanya soal nama kedainya yang unik, ia menjelaskan bahwa Tak Selesai itu bukan berarti kita mengerjakan pekerjaan kemudian tidak diselesaikan. Melainkan, ketika sudah selesai mengerjakan sesuatu bisa lanjut mengerjakan atau belajar sesuatu yang lain.

“Jadi tak selesai, tidak stagnan di situ-situ saja. Seperti dalam ayat Alquran yang memiliki arti, jika kau selesai dengan suatu pekerjaan, maka lanjutkan ke pekerjaan yang lain,” jelasnya.

Selain itu, Kedai Tak Selesai juga menyajikan kopi-kopi lokal Kabupaten Batang. Hal itu dilakukan untuk mengenalkan bahwa produk lokal bisa bersaing. Kopi lokal unggulan di antaranya jenis Robusta dan Arabika. (*/aro)


Artikel Terkait

Sementara Itu ..

Terbaru

Populer

Menarik

Lainnya