31 C
Semarang
Sunday, 22 June 2025

Konsumennya Warga Biasa hingga Menteri

Winarno, Pengusaha Tegel Jadul Motif Asal Magelang

Artikel Lain

RADARSEMARANG.COM, Sudah sembilan tahun Winarno menjalankan bisnis tegel motif. Mulanya penjualannya biasa saja. Namun akhir-akhir ini tegel motif menjadi tren. Sejak Januari 2020, permintaan tegel pun terus meningkat.

RIRI RAHAYUNINGSIH, Mungkid, Radar Semarang

“NGGAK ngerti ya ini fenomena apa? Ini bukan kebutuhan pokok dan harganya lumayan,” ujar Winarno ketika ditemui RADARSEMARANG.COM di rumah produksi tegel miliknya, Minggu (18/4).

Dia bertanya-tanya. Kendati demikian, Winarno senang. Dia bersyukur usahanya mengalami kemajuan. “Mungkin orang-orang bosan karena pandemi, ya? Jadi ingin menghias rumah,” katanya menerka-nerka.

Winarno menekuni bisnis tegel motif bukan semata-mata karena ingin berbisnis. Dia mengaku ingin mempertahankan kebudayaan Indonesia. Baginya, ubin klasik ini memiliki nilai historis karena sudah ada sejak zaman penjajahan Belanda.

Ia membikin tegel dengan mengadopsi motif desain batik. Misalnya, dari motif batik Sidomukti dan Kawung. Dia lantas melakukan inovasi-inovasi agar desainnya tidak membosankan.

“Tegel motif sebenarnya itu bentuk kekayaan bangsa Indonesia. Tapi sudah banyak ditinggalkan,” ujar Winarno.

Tak hanya memproduksi tegel motif, Winarno juga memproduksi tegel polos berwarna abu-abu dan kuning. Untuk membuat tegel jadul ini, Winarno membutuhkan bahan dari campuran semen, pasir, pewarna, dan mil. Semua proses dilakukan secara manual. Diproduksi satu per satu.

Oleh karena dibikin secara manual, satu orang paling hanya memproduksi tegel polos sebanyak 250 buah atau 10 meter per hari. Sementara untuk tegel motif, paling hanya 75 buah atau 3 meter per hari. Makin rumit motifnya, makin lama.

Kini, pria asal Desa Sengi, Kecamatan Dukun, Kabupaten Magelang ini memiliki 13 karyawan. Mereka memproduksi tegel di rumah produksi yang berlokasi di Desa Tamanagung, Kecamatan Muntilan.

Untuk pemasaran, Winarno memanfaatkan media sosial Facebook dan Instagram. Winarno menggunakan tagar di setiap postingan untuk memperluas jangkauan. Selain itu, dia juga sering promosi di status WhatsApp.

“Dulu kalau bikin postingan nggak ada yang melihat atau nge-like. Tapi saya nggak putus asa. Sekarang malah banyak yang nyari,” kenang Winarno.

“Kebanyakan pembeli pesan lewat media sosial. Yang pesan langsung ke sini sedikit,” kata pria yang pernah berprofesi sebagai fotografer ini.

Sejak Januari 2020, pesanan yang masuk sudah antre. Pemesannya pun datang dari hampir seluruh kota di Indonesia. Mulai Jakarta, Malang, Kediri, Bogor, Bekasi, Manado, Bali, dan masih banyak lagi. Pemesan dari Magelang, katanya, justru tak seberapa.

Pemesan tegel motif Winarno pun tidak hanya dari kalangan warga biasa. Melainkan sampai kalangan pejabat negara. Salah satunya, Menteri Pertahanan Prabowo Subianto. Selain itu, Winarno juga menerima pesanan dari Taman Mini Indonesia Indah (TMII) sebanyak 500 meter.

Soal harga, tegel polos dia banderol seharga Rp125 ribu per meter persegi. Sementara tegel motif seharga Rp250 ribu per meter persegi. Makin rumit motif, bisa makin mahal.

Winarno tak mau membocorkan pendapatan per bulan. Namun sambil tersenyum, dia mengakui jika memperoleh keuntungan besar. Dia pun ingin terus mempertahankan kelestarian tegel motif. “Makanya saya ingin menjalin hubungan dengan departemen-departemen kebudayaan,” bebernya. (*/aro)


Artikel Terkait

Sementara Itu ..

Terbaru

Populer

Menarik

Lainnya